Jangan lupa follow Author yaaaaa!!!!!!!
Hidup Kayla yang awalnya begitu tenang berubah ketika Ayahnya menjodohkannya dengan seorang pria yang begitu dingin, cuek dan disiplin. Baru satu hari menikah, sang suami sudah pergi karena ada pekerjaan mendesak.
Setelah dua bulan, Kayla pun harus melaksanakan koas di kota kelahirannya, ketika Kayla tengah bertugas tiba-tiba ia bertemu dengan pria yang sudah sah menjadi suaminya tengah mengobati pasien di rumah sakit tempat Kayla bertugas.
Bagaimana kelanjutannya? Bagaimana reaksi Kayla ketika melihat suaminya adalah Dokter di rumah sakit tempatnya bertugas? Apa penjelasan yang diberikan sang suami pada Kayla?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Kasar-kasar
Hari terus berlalu, akhirnya hari yang tidak ditunggu Kayla pun tiba, hari ini ia akan menikah dengan pria yang baru ia kenal satu bulan lalu. Pernikahan yang begitu mendadak dan terburu-buru, padahal Kayla tengah fokus pda pendidikannya.
Pernikahan Kayla dan Arthur dilaksanakan di gereja yang tak jauh dari apartemen Kayla, tidak ada resepsi, tidak ada acara besar, hanya makan-makan sederhana yang dilakukan kedua keluarga di apartemen Kayla, di mana apartemen Kayla memang terbilang cukup besar.
Skip...
Janji suci antara Kayla dan Arthur pun berjalan lancar, saat ini keduanya sudah sah menjadi suami istri. Setelah pemberkatan Arthur hanya diam, tidak ada obrolan diantara keduanya, Arthur hanya akan bicara jika Papa Bastian dan Mama Emma mengajakanya bicara, selebihnya ia hanya diam.
Saat ini, Arthur, Kayla dan seluruh keluarga keduanya sudah berada di apartemen Kayla. "Apartemennya bagus ya, luas juga," ucap Mama Emma.
"Aku suruh Kayla cari apartemen yang besar biar dia enak tinggalnya disini," ucap Ayah Demian.
Acara pun terus berlanjut, Arthur dan Naura duduk berdampingan di sofa ruang tamu, mereka hanya diam ketika orang-orang asik mengobrol hingga Mama Emma pun menghampiri mereka.
"Arthur, jangan diam aja. itu Kayla diajak ngobrol," ucap Mama Emma.
"Iya," jawab Arthur.
Setelah itu, Arthur menoleh Kayla. "A-ada apa?" tanya Kayla yang begitu gugup karena Arthur menatapnya dengan tatapan tajam seolah ingin menguliti Kayla.
"Mau makan?" tanya Arthur.
"Gak, a-aku kenyang," jawab Kayla.
"Kenyang? Kapan makannya?" tanya Arthur.
"Tadi pagi sebelum ke gereja," jawab Kayla asal.
"Yasudah," ucap Arthur lalu berdiri dan pergi ke meja makan.
Di meja makan, Mama Emma melihat Arthur yang menghampirinya dan mengambil makanan yang disediakan di meja tersebut.
"Mana Kayla?" tanya Mama Emma.
"Di ruang tamu, gak amu makan katanya udah kenyang," jawab Arthur.
"Harusnya kamu paksa lagi, perempuan itu mainya di paksa," ucap Mama Emma dan pergi ke runag tamu untuk menemani Kayla.
Disisi lain, Kayla melihat Arthur yang berjalan menjauh menuju meja makan hanya bisa menghela napas panjang. Rasanya oksigen di sekitarnya baru saja kembali setelah pria itu beranjak. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama karena Mama Emma justru mendekat dan duduk di samping Kayla, menggantikan posisi anaknya tadi.
"Kayla sayang, Arthur memang begitu. Dia kaku dan tidak pandai berbasa-basi, tapi dia perhatian dengan caranya sendiri," ucap Mama Emma sambil mengelus tangan Kayla lembut.
Kayla hanya tersenyum tipis, tidak berani menyanggah. 'Perhatian? Dia bahkan tidak bertanya kenapa aku takut padanya,' batin Kayla.
"Iya, Ma," jawab Kayla.
Sedangkan, di meja makan Arthur terlihat tenang menyantap makanannya. Gerakannya sangat rapi dan efisien, mencerminkan kedisiplinannya sebagai seorang Dokter. Meskipun sedang makan, auranya tetap mendominasi ruangan dan sesekali ia menjawab pertanyaan Ayah Demian dengan anggukan dan memberikan jawaban singkat satu atau dua kata.
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam dan semua keluarga pun memutuskan untuk menginap di hotel, mereka ingin memberikan waktu untuk Kayla dan Arthur saling mengenal, karena itu tidak ada yang menginap di apartemen Kayla.
"Ingat Arthur, jangan kasar-kasar, kasihan Kayla," ucap Mama Emma.
Kayla yang mendengarnya pun wajahnya terasa panas, sedangkan Arthur tampak biasa saja bahkan Arthur membalas perkataan Mama Emma. "Iya, nanti Arthur pelan-pelan," jawab Arthur.
"Bunda gak sabar pengen punya cucu," ucap Bunda Anya.
"Iya, sama ya Jeng," ucap mama Emma.
"Pa, bawa Mama pergi," ucap Arthur pada Papa Bastian.
"Hahaha, iya. Kita pergi dulu ya," pamit Papa Bastian.
"Ingat, yang nurut sama suami ya," ucap Ayah Demian.
"Iya, Yah. Ayah sehat-sehat ya, jangan lupain Kayla," ucap Kayla.
"Gak akan, mana bisa Ayah lupain putri kesayangan Ayah ini, Ayah pergi dulu ya. Arthur, jagain anak Ayah, awas kalau sampai anak Ayah terluka," ucap Ayah demian.
"Iya, Yah. Arthur gak akan pernah lukai Kayla," ucap Arthur.
"Bagus, Ayah pegang janji kamu," ucap ayah Demian lalu pergi dari apartemen Kayla.
Apartemen yang tadi ramai kini mendadak sunyi senyap, hanya ada Kayla dan Arthur yang berdiri di ruang tengah.
"A-aku mau bersih-bersih dulu," ucap Kayla yang memecah keheningan.
Kayla segera masuk ke kamarnya, yang kini juga menjadi kamar Arthur. Di dalam kamar, Kayla melihat koper Arthur yang sudah diletakkan di sudut ruangan. Rasanya aneh melihat barang milik pria asing di ruang pribadinya, setelah mandi dan berganti pakaian dengan piyama panjang yang tertutup rapat, Kayla keluar dan mendapati Arthur sedang duduk di tepi ranjang, baru saja selesai melepas kemejanya.
Kayla mematung di ambang pintu kamar mandi, punggung tegak Arthur dengan otot yang kokoh terlihat sangat jelas dan Kayla refleks membuang muka.
"Sudah selesai?" tanya Arthur tanpa menoleh.
"Sudah," jawab Kayla pelan.
Arthur berdiri dan mengambil handuk lalu berjalan melewati Kayla untuk masuk ke kamar mandi. Saat pria itu lewat, aroma parfum woody bercampur aroma maskulin yang kuat tercium oleh Kayla, membuat jantungnya berdegup tak karuan.
Tak lama kemudian, Arthur keluar hanya dengan mengenakan celana panjang kaos, ia naik ke atas ranjang dan bersandar pada kepala tempat tidur. Kayla masih berdiri kaku di sisi lain tempat tidur.
"Tidurlah, aku tidak akan memintanya. Aku terlalu capek hari ini," ucap Arthur.
Kayla pun naik ke ranjang dengan sangat hati-hati, ia tidur di posisi paling pinggir, bahkan hampir jatuh dari ranjang karena terlalu takut bersentuhan dengan Arthur.
"Jangan tidur terlalu pinggir, nanti kamu jatuh," suara bariton Arthur tiba-tiba terdengar di kegelapan dan membuat Kayla tersentak.
"I-iya," jawab Kayla singkat, namun ia tetap tidak bergeser.
Melihat Kayla yang masih berada di posisinya Arthur pun kesal, "Geser kesini, aku tidak akan meminta apa-apa darimu," ucap Arthur.
"Iya, ini sudah pas kok," ucap Kayla.
'Pas apanya, udah mau jatuh gitu,' batin Arthur.
Karena merasa gemas dengan Kayla, Arthur mendekati Kayla dan memeluk Kayla dari belakang lalu menariknya hingga posisi mereka saat ini berada di tengah kasur.
Kayla yang terkejut pun masih mencerna apa yang baru saja terjadi, ketika ia sadar dan ingin menjauh dari Arthur, Arthur sudah menahan pinggangnya.
"Sudah jangan bergerak, hari ini adalah hari yang melelahkan, jadi cepat tidur," ucap Arthur yang masih memeluk Kayla dari belakang.
Kayla yang tidak bisa menjauh dari Arthur pun hanya pasrah dan memejamkan matanya hingga ia terlelap di pelukan sang suami yang baru saja ia nikahi hari ini.
.
.
.
Bersambung.....