MELINTASI DUA DUNIA

Algeria, berdiri menjulang di angkasa,di antara Lembah Mysthaven dengan perbatasan Galespire. Energi gelap yang di bangkitkan dari banyaknya kekuatan yang dahulu ia serap. Kini bagaikan neraka kengerian yang menakutkan.

"Akhirnya kau datang juga,anak kecil? Aku pikir kau begitu takut denganku sehingga bersembunyi di bawah Menara milik perempuan serakah itu!" Algeria tertawa dengan senyuman miring menghiasi bibir hitamnya.

Wajahnya yang tertutup bedak tebal sedikit terlihat lebih kencang dari biasanya. Tidak terlalu kelihatan garis keriputnya. Zi, tersenyum tipis, menatap ke arah Algeria yang kini menyusulnya ke permukaan.

"Aku tidak pernah takut padamu Nenek tua! Aku hanya ingin melihat reaksi angkuhmu saja, jika aku datang terlambat apakah kau akan mengamuk? Nyatanya kau cukup penyabar,dan menungguku menemuimu ke sini!" Zi,berseru santai. Tidak perlu terburu-buru untuk menunjukkan taring. Biarkan saja Algeria yang memulainya lebih dulu,kali ini Zi ingin melihat selama apa kuatnya Algeria dalam bersabar.

"Rayuanmu tidak akan menggoyahkan pertahananku,anak manis!" Algeria,mengambil jarak sejauh lima meter dari tempat Zi berdiri. Kemudian memutar telunjuknya di telapak tangan hingga pusaran angin berwarna hitam pekat keluar dari putarannya tersebut. Tanpa menunggu apapun lagi, Algeria, langsung mengarahkan pusaran angin berwarna hitam pekat,dengan jari telunjuknya ke pada Ziqiesa.

Seketika pusaran angin itu seperti berjalan dengan langkah seribu,memanjang seperti benang,dan menghantam kuat tubuh Ziqiesa. Zi, mengelak ke kanan dan ke kiri. Pusaran angin yang melesat menerbangkan apapun yang di jangkauannya. Bahkan menghancurkan pelindung transparan di perbatasan.

Zi, sempat menoleh ke arah belakang, ternyata Efaylin dan para penyihir lainnya sudah siap siaga membantunya di sana. "Mereka ikut membantuku." Batin Zi. Tidak ingin terkecoh oleh Algeria, Zi, kembali fokus pada penyihir gelap itu.

Zi, mengeluarkan pedang Maellartach, seketika sinar terang mengelilingi tubuhnya. Menangkis serangan Algeria dengan pedang jiwa, sedikit membantunya dalam mengatasi rasa sakit di terpa kuatnya pusaran angin.

Algeria, menghentikan gerakan tangannya. Menatap tajam ke arah Efaylin yang kini kembali memperbaiki pelindung transparan di perbatasan Galespire dan Mysthaven. Zi,berada di luar pelindung itu, lebih tepatnya berada di Lembah Mysthaven,namun belum sampai masuk ke hutannya,masih pinggirannya. Karena meminimalisir terjadinya sesuatu yang lebih buruk,jika Zi sampai kembali terjebak di hutan lebat itu.

Algeria, tidak sendirian. Kini binatang bersayap peliharaannya 'Kelelawar' sebanyak puluhan ribu menyerang Efaylin dan para penyihir,berniat untuk menggagalkan rencana Mereka untuk memperbaiki pelindung transparan yang sudah hancur akibat pusaran anginnya.

Zi, memperhatikan Algeria. "Jika seperti ini Bibi Efaylin dan para penyihir akan kesulitan untuk memperbaiki pelindung yang rusak." Batin Zi, mencari cara agar pelindung itu tidak kembali rusak jika serangan Algeria meleset lagi dan sasarannya adalah bagian belakang tubuh Zi.

"Cincin serbaguna? Bereaksi lah kita terbang ke udara!" Ucap Zi lirih sambil mengusap cincin pemberian dari Muchen. Algeria, tersenyum,pandangi Zi yang pergi meninggalkannya.

"Ternyata kau, takut denganku!" Kekeh Algeria salah paham dengan maksud Zi meninggalkannya dan terbang ke udara.

Zi, hanya mengangguk singkat. " Ya. Aku takut karena kau begitu jelek! Bisa-bisanya seluruh para penyihir yang lain akan ketularan dengan virus jelekmu itu!" Ulas Zi dengan suara datar,dan dingin.

"Kurang ajar! Rupanya kau suka sekali menghina anak sialan!" Algeria, mengepalkan tangannya sebelah kanan di atas telapak tangannya sebelah kiri. Mengeluarkan gumpalan awan panas dan kembali menyerang,Zi.

Zi, mengayunkan pedangnya dengan anggun dan elegan. Tidak terlalu membuatnya terdesak karena ia masih bisa mengimbangi dengan baik. Algeria,kembali membuat kejutan selanjutnya yang membuat Zi terkejut. "Apa kau masih bisa bersantai dengan gumpalan awan panas dan sulur akar tumbuhan ber duriku ini,heh?" Tanya Algeria menatap Zi dengan wajah angkuh. Dia, berdiri menjulang di atas kepala Zi,masih dalam jarak lima meter.

Zi, tidak menjawab pertanyaan Algeria. Ia, fokus pada dua serangan yang di terimanya sekaligus. Tentu saja membuat Zi waspada karena sulur itu bisa membelit tubuhnya dan mengancam keselamatan.

Zi, berlari di udara untuk menghindari sulur akar berduri, sedangkan tangannya masih sigap menangkis gumpalan awan panas yang terus menerus menghantamnya.

Algeria. Kini mengerahkan kekuatannya ke arah permukaan, sehingga para penyihir terbanting hingga mereka memuntahkan cairan berwarna merah (darah). Tidak hanya itu,para penyihir kembali di serang ribuan kelelawar yang tersisa,dari puluhan ribu sebelumnya.

Tidak ada kata menyerah, ataupun lari ke istana seperti perkataan Fraynilin tadinya. Efaylin dan para penyihir masih tetap berjuang, kembali bangkit untuk mengalahkan binatang bersayap peliharaan Algeria yang menyerang mereka.

Kesempatan itu, Zi,gunakan untuk memanah dada Algeria dengan anak panah beracun yang keluar dari cincin serbaguna. Hanya bagaikan kejut sentrum batu batrei ABC bagi Algeria, dia bahkan tertawa terbahak-bahak, melihat reaksi wajah frustasi,Zi.

"Ck. Aku lupa jika Nenek tua itu kebal dengan racun!" lirihnya menjatuhkan bahunya. Namun tidak ingin menyerah Zi kembali mengusap lembut cincinnya dan sinar cahaya berwarna putih, kebiruan,berpendar pada cincin itu. Menguar hingga menerangi sebagian wilayah Mysthaven. Algeria, terkejut melihat gadis kecil itu berhasil mengeluarkan sinar cahaya yang begitu besar sehingga menekan energi negatifnya.

"Jangan besar kepala dulu, gadis manis! Karena aku juga memiliki kekuatanmu itu!" Lirih Algeria tersenyum miring. Mengeluarkan kekuatannya yang sepadan dengan sinar cahaya milik Zi.

Mereka berdua sama-sama mengarahkan kekuatan sinar cahaya itu hingga keduanya menyatu terang, bahkan kini mampu menerangi seluruh wilayah Mysthaven yang semulanya gelap gulita.

Duar..Suara ledakan yang sangat keras mengejutkan semua para penyihir,dan Efaylin yang kini menahan rasa sakit di dadanya menatap ke angkasa, secara bersamaan.

"Efaylin? Lihat! Ledakan cahaya yang sangat dahsyat." ucap salah satu dari teman Efaylin. "Ya. Aku melihatnya." Sahut Efaylin, mengangguk singkat.

"Sekarang, mengarah ke istana semuanya! Hiraukan apapun yang terjadi dan teruslah menuju ke Istana! Jangan ada satupun yang berbalik arah,ke belakang!" Teriak Efaylin pada semua para penyihir yang kini berada dalam bahaya besar.

Zi, berlutut menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Dadanya terasa sangat sakit,darah keluar dari mulutnya. Ya! Zi muntah darah. Lagi-lagi Algeria melakukan larangan pertarungan seperti yang di ketahui dari buku yang pernah Zi baca sebelumnya. 'Jika sinar cahaya bertemu dengan sinar cahaya , kemudian adanya tekanan yang sangat kuat maka akan terjadi ledakan, karena sinar berbeda yang menyatu maka salah satunya akan mengalah karena tidak dapat menahan tekanan dari cahaya itu sendiri'. Hanya kata author ini ya! Jangan terlalu percaya!

Tidak hanya Zi yang muntah darah akibat ledakan yang terjadi. Tetapi Algeria juga. Perempuan itu menekan dadanya yang terasa sakit dengan napas memburu.

"Nak? Kamu tidak apa-apa?" Fraynilin akhirnya sampai di perbatasan. Dia, melihat kondisi Zi yang terluka bagian dalam tubuhnya. Hal itu membuat Fraynilin, menggeleng lemah namun kembali tersenyum. "Kamu pasti bisa,nak!" Ulasnya memberikan Zi semangat.

"Bibi Nil? Mengapa Bibi Nil datang kesini? Sangat berbahaya Bibi!" Sahut Zi dengan suara lirih, saking lirihnya mungkin Algeria yang di dekatnya tidak bisa mendengarnya. Namun Fraynilin dapat mendengar lirihan kecil itu dari permukaan. Fraynilin, mengangkat tangannya membentuk kepalan semangat. "Kamu bisa,nak! Bangkitlah Bibi disini menunggumu!" Ucap Fraynilin, membuat wajah Zi kembali cerah. Meskipun dadanya terasa sangat sakit dan berdenyut namun wajahnya bisa menyembunyikan semuanya.

Zi. Berdiri dari berlutut,dan memutar tubuhnya membentuk sebuah pola dengan pedangnya kemudian menyerang Algeria dengan penuh rasa percaya diri. "Demi Ayah,dan Ibu,aku akan menyelesaikan ini segera." Batin Zi menggenggam erat gagang pedangnya.

Algeria,menahan serangan Zi dengan salah satu tangannya. Karena kekuatan gelap Algeria tidak bisa di sepelekan begitu saja! Dia saja mampu bersembunyi di balik topeng Iblisnya di hadapan Muchen dan Graysen, apalagi melawan Zi yang hanya manusia,dan berbekal dari bantuan kekuatan campuran.

Algeria, melirik sekilas ke arah Zi, karena di rasanya tidak cukup berbahaya, jadi matanya menatap Fraynilin yang kini berdiri di permukaan sambil menatap ke arah Zi yang menyerangnya.

Kilatan mata Algeria berubah. Ada kesedihan, kekecewaan, dan rasa dendam, saat melihat Fraynilin. Di tambah lagi Zi yang menyerangnya dengan pola sihir keabadian, membuatnya semakin murka dan merasa terhina, karena tidak pernah mendapatkan kepercayaan siapapun selain dari pada Iblis!

"Galespire dalam kehancuran!!"