The Emir Dan Istri Taruhan

Yasmin menoleh ke arah Kaysan yang masih bertepuk tangan ke arahnya. Gadis itu baru sadar jika dia sudah membuat keributan di ruang sidang, membuat dirinya malu akibat terpancing emosi.

"Eh, maaf ...." Yasmin pun duduk kembali sambil menundukkan wajahnya dan pipinya merona.

"Ngapain kamu harus malu, justru itu yang bagus." Kaysan menatap ke arah Taslima. "Kamu sudah menghina namaku, dan sudah seharusnya mendapatkan hukuman tambahan tapi ... Aku sedang berbaik hati jadi, aku tidak akan menuntut ... Saat ini."

Semua orang bisa melihat wajah dingin Kaysan yang lebih menyeramkan dibandingkan ayahnya, Alexander Khalid atau pun pamannya, As'ad Khalid, bahkan Rauf Khalid tidak seperti itu.

"Tuanku Emir ...," bisik Yasmin yang takut jika Kaysan meledak.

"Tuanku Emir, anda yakin tidak akan menuntut nyonya Taslima?" tanya Hakim Ketua.

Kaysan menggelengkan kepalanya. "Tidak, tuan hakim. Saya hanya minta mereka segera dikirimkan ke penjara!"

Hakim ketua itu mengangguk. "Bawa para terdakwa pergi!"

Yasmin menatap kepergian kedua orang yang dulu dianggapnya sebagai orang tuanya tapi ternyata tidak sekedar dari benalu yang memanfaatkan uang orang tua kandungnya. Gadis itu menghembuskan nafas lega setelah Ali dan Taslima dibawa keluar dari ruang persidangan.

"Alhamdulillah ...." Berulang kali Yasmin mengucapkan hamdalah sebagai rasa syukur semuanya sudah selesai dan dia lebih fokus dengan pekerjaannya yang menumpuk.

"Jangan lupa acara kencan besok Sabtu," bisik Kaysan membuat Yasmin mendelik.

"Masih tetap?" tanya Yasmin.

"Masih lah. Memangnya aku itu bantu kamu tidak ada pamrih?" jawab Kaysan dengan wajah menyebalkan.

Yasmin memicingkan matanya. "Oh, tentu saja tuanku Emir! Aku tidak suka jika masih ada hutang!"

Kaysan tersenyum manis. "Aku senang kalau kamu paham!"

Yasmin melengos karena gemas dengan pria ganteng ini. Jika tidak ingat tanganku bisa kena hukum pukul karena meninju Emir Kaysan, sudah dari tadi aku sudah menghajar pria menyebalkan ini!

***

Kaysan mengantarkan Yasmin kembali ke butiknya tanpa dia ikut turun dan gadis itu langsung menuju ruang kerjanya karena dia ada pekerjaan disana. Fatima dan Sabila serta para pegawai lainnya, menatap Yasmin dengan perasaan kepo karena mereka ingin tahu berapa lama hukumannya.

"Dua puluh lima tahun," jawab Yasmin membuat semua orang bersorak hingga gadis itu terkejut karena para wanita disana macam habis nonton sepakbola saking ramainya. "Ya Allah ... Kalian itu !"

Fatima dan Sabila langsung memeluk Yasmin, begitu juga para pegawainya yang lain karena selain Sabila, semua orang disana sudah melihat bagaimana kejamnya Ali dan Taslima yang semena-mena dengan Yasmin.

"Ya ampun, sudah - sudah. Ayo kita lanjutkan pekerjaan. Para klien tidak ada yang mau menunggu!" senyum Yamsin.

"Baik Buu ..."

***

Istana Khalid Doha Qatar

"Kamu sudah pulang Kay?" tanya Kalila yang baru saja keluar dari ruang kerjanya bersama dengan para asistennya.

Kaysan lalu menghampiri ibunya dan mencium pipi Kalila. "Baru saja datang."

"Bagaimana hukumannya?" tanya Kalila penasaran.

"Dua puluh lima tahun penjara," jawab Kaysan.

Mata Kalila melebar. "Alhamdulillah ! Dasar orang dzolim! Main pakai uangnya tapi malah nyiksa ! Untung baby nya Oma Sabine ditahan Radeva ... Kalau tidak ...."

"Mom ... Please, deh. Jangan jadi sniper lagi," kekeh Kaysan yang tahu ibu dan ayahnya terlibat dalam gegeran Hongkong. ( Baca Jayde and Wira Stories, My Undercover Prince ).

"Makanya itu. Untung mas Bayu minta si Baby disimpan di Radeva. Kalau nggak, mommy bisa gatel pengen pakai!"

"Kalau gatal, garuk ... Addduuuhhhh!" Kaysan menjerit saat Kalila menjewer telinganya.

"Kamu itu !"

"Mom, sakit ini !" rengek Kaysan.

Kalila melepaskan jepitannya. "Lalu ? Kamu sama Yasmin?"

"Nggak kenapa-kenapa. Emang kenapa?" Kaysan menatap datar ke ibunya. "Aku kerja dulu."

Kalila menatap kepergian putranya menuju ruang kerjanya. Keningnya tampak berkerut. "Yakin tidak ada apa-apa?" gumam istri Alexander Khalid itu mengambang.

Kaysan masuk ke dalam ruang kerjanya bersama Ahmed dan mereka melanjutkan semua tugas kerajaan yang diberikan As'ad dan Alexander. Sudah menjadi perjanjian, jika Rauf tidak bisa, maka Kaysan yang akan maju.

Menjelang Maghrib, Kaysan mengehentikan semua pekerjaannya dan meminta Ahmed untuk beristirahat. Kaysan pun memutuskan untuk mandi dan sholat Maghrib di ruang kerjanya daripada harus berjalan ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Kaysan hendak bersiap sholat Maghrib, ketika ponselnya berbunyi. Pria itu lalu mengangkatnya karena tahu siapa yang menghubungi dirinya.

"Apa Iqbal ?" tanya Kaysan dingin.

"Yo bro, kamu tidak lupa kan soal taruhan kita ?" kekeh Iqbal di seberang.

"Kenapa memang? Apa kamu takut kehilangan satu juta dollar?" senyum Kaysan.

"Hahaha ... Aku dan Malawi sih tidak masalah harus membayar satu juta dollar sama kamu, anggap saja hadiah pernikahan. Karena kami ingin melihat kamu menikah dengan gadis yang tidak sempurna ! Lihat kakakmu Rauf Khalid yang mendapatkan Diana Blair Zidane, cantik, tinggi, Lansing. Adikmu Aghnia, juga mendapatkan pria yang sempurna. Kami ingin kamu mendapatkan ketidak sempurnaan itu!" seringai Iqbal.

"Bagaimana dengan dirimu ? Apakah kamu sudah mendapatkan wanita yang lebih sempurna dari Diana atau Aghnia ?" balas Kaysan.

"Kamu akan lihat nanti," kekeh Iqbal.

Sebenarnya Kaysan sebal dengan kedua sahabatnya yang minus akhlak tapi hanya mereka yang tidak perduli Kaysan seorang Emir. Bisa dibilang teman menyebalkan juga bukan yang terbaik, tapi mereka yang tidak memanfaatkan nama Kaysan.

"Tentu saja akan aku lihat!" balas Kaysan.

***

Butik As Salam

Yasmin baru saja menyelesaikan ibadah sholat Maghrib berjamaah bersama dengan Fatima dan Sabila. Dan sekarang mereka berada di lantai tiga butik untuk makan malam. Gadis itu menatap ke arah Sabila yang membantu Fatima menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga.

"Sabila, kamu tidak kembali ke istana?" tanya Yasmin.

"Tidak Bu Yasmin," jawab Sabila.

"Kenapa?"

"Karena tugas saya harus mengawal Bu Yasmin plus, saya juga suka pekerjaan disini. Setidaknya jiwa suka menjahit saya bisa tersalurkan disini," jawab Sabila santai.

"Begitu ya?" gumam Yasmin.

Sabila meletakkan sendok diatas meja. "Apa ibu hendak memecat saya?"

Yasmin melongo. "Oh bukan bukan, aku hanya bingung kenapa kamu memilih untuk tetap disini padahal sebenarnya tugas kamu sudah selesai kan?"

"Memang benar tugas saya sudah selesai tapi tuanku Emir Kaysan, tahu saya suka kerja di butik jadi beliau mengijinkan saya disini," senyum Sabila.

"Nah kalau begini kan jadi jelas. Karena aku tidak mau dianggap tuan Kaysan menahan anak buahnya," kekeh Yasmin.

Fatima yang dari tadi hanya mendengarkan percakapan keduanya, lalu menyeletuk.

"Ibu kapan kencan lagi dengan tuan Emir Kaysan?" tanya Fatima dengan wajah polos, membuat Yasmin yang sedang minum air putih, tersedak.

"Apa?"

***

Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu