Nara Stephana, pengacara cemerlang yang muak pada dunia nyata. Perjodohan yang memenjarakan kebebasannya hanya menambah luka di hatinya. Dia melarikan diri pada sebuah rumah tua—dan takdirnya berubah saat ia menemukan lemari antik yang menyimpan gaun bak milik seorang ratu.
Saat gaun itu membalut tubuhnya, dunia seakan berhenti bernafas, menyeretnya ke kerajaan bayangan yang berdiri di atas pijakan rahasia dan intrik. Sebagai penasihat, Nara tak gentar melawan hukum-hukum kuno yang bagaikan rantai berkarat mengekang rakyatnya. Namun, di tengah pertempuran logika, ia terseret dalam pusaran persaingan dua pangeran. Salah satu dari mereka, dengan identitas yang tersembunyi di balik topeng, menyalakan bara di hatinya yang dingin.
Di antara bayangan yang membisikkan keabadian dan cahaya yang menawarkan kebebasan, Nara harus memilih. Apakah ia akan kembali ke dunia nyata yang mengiris jiwanya, atau berjuang untuk cinta dan takhta yang menjadikannya utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Tempat Yang Terkuak
Sebelum meninggalkan istana, Arven berdiri di ruangan pribadinya. Ia mengangkat tangannya, memusatkan sihir ke dalam tubuhnya. Cahaya perak mulai memancar dari dadanya, membentuk sosok lain yang perlahan-lahan keluar dari tubuhnya seperti bayangan yang dipisahkan dari sumbernya.
"Uto, kau akan menjaga Nara selama aku pergi," ucap Arven dengan nada tegas. Uto mengangguk, dan tanpa suara, ia menghilang menuju tempat Nara berada.
Setelah memastikan Uto telah meninggalkan istana, Arven menyelinap keluar melalui lorong rahasia yang hanya ia ketahui. Dengan jubah hitam panjangnya yang membalut tubuh, ia pulang ke rumah keduanya. Ia tahu bahwa bunga yang ditemukan Nara bukan sekadar tumbuhan biasa, dan satu-satunya tempat untuk memahami kekuatannya adalah kastil Dewa Iblis--Istananya yang penuh dengan rahasia dan pengetahuan kuno.
Perjalanan menuju kastilnya dipenuhi dengan tantangan khas wilayah kelam itu. Rintangan berupa kabut ilusi dan jebakan sihir muncul berkali-kali, tetapi semua itu tak berarti apa-apa bagi Arven. Dalam waktu singkat, ia tiba di depan gerbang kastilnya. Bangunan megah itu berdiri dikelilingi aura misterius yang dapat membuat siapa pun yang melihatnya merinding.
Di ruang peracikan, Arven mengambil bunga yang disimpan dalam pelindung sihir. Ia meletakkannya di atas meja dan mulai memeriksa setiap detailnya. Kelopak, batang, dan bahkan aroma bunga itu dianalisis dengan saksama. Dengan keahlian dan kepintaran yang dimiliki, ia meracik serbuk bunga tersebut ke dalam berbagai larutan.
Eksperimennya diawali dengan tujuan memastikan kemampuan bunga untuk menyamarkan energi, tapi semakin ia menggali, semakin banyak keanehan yang ditemukan. Ketika serbuk bunga itu diuji, ia menemukan bahwa partikel-partikelnya memiliki efek yang tidak terduga. Serbuk sari itu mampu memaksa makhluk hidup yang terpapar untuk berkata jujur.
Temuan ini membuat Arven terdiam lama. Di satu sisi, ia menyadari betapa berharganya bunga ini. Di sisi lain, ia tahu bahwa kekuatannya juga bisa menjadi senjata berbahaya di tangan yang salah. Sambil menatap bunga tersebut, ia memutuskan untuk menyimpan hasil riset ini rapat-rapat, setidaknya sampai ia yakin di situasi kapan ia akan menggunakannya untuk mendukung penyelidikan bersama Nara.
Setelah mengantongi keistimewaan bunga ajaib yang ditemukan Nara, Arven memutuskan menyelidiki lebih jauh. Dengan tenang, ia beranjak menuju wilayah sekitar Kuil yang tempo hari ia sambangi bersama Nara. Sebuah tempat yang dimana ditemukannya bunga ajaib itu. Di sana, ia menyusuri jalan setapak yang dihiasi bunga-bunga ungu yang menggantung anggun di sepanjang jalur. Aroma manis dan segar menyeruak di udara, tetapi sejauh matanya memandang, ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan bunga ajaib tersebut.
Rasa penasaran membakar dirinya. "Di mana Nara memetik bunga itu?" pikirnya, alisnya sedikit berkerut.
Arven bukan seseorang yang mudah menyerah. Ia menghentikan langkahnya sejenak, memejamkan mata, dan mengaktifkan kemampuan energinya. Energi samar yang familier berpendar di sekitar. Ia mengikuti aliran itu, langkah-langkahnya kini lebih hati-hati.
Setelah beberapa saat menyusuri hutan yang sunyi, ia sampai di sebuah area yang memukau berupa hamparan kebun bunga ajaib. Tempat itu begitu luas, dipenuhi kelopak-kelopak bunga ungu gelap yang menyala. Bunga-bunga itu teratur, seakan sengaja dibudidayakan.
"Ini bukan kebetulan," gumamnya pelan.
Ketika dia melangkah lebih dalam, aura kekuatan gelap di sekitarnya semakin terasa kuat. Aura kekuatan itu terasa mirip dengan miliknya, seperti orang tersebut satu tempat perguruan dengan Arven. Kalau memang benar begitu, artinya orang tersebut sama kuatnya atau mungkin perwujudannya bisa sama dengan Arven ketika dalam mode Dewa Iblis.
Hmm...menarik, ternyata ada dua perwujudan Dewa Iblis di dunia bayangan ini. Pantas saja pembicaraan orang-orang berbeda, karena mereka ada bilang Dewa Iblis itu kejam dan juga penolong.
...***...
Capek berteriak-teriak minta dikeluarkan, akhirnya Nara terdiam untuk menormalkan nafas. Dalam keheningan itu, Nara mendengar suara samar yang tidak tahu itu apa. Itu bukan suara langkah sipir, bukan juga tikus yang biasa berkeliaran di sudut-sudut sel. Suara itu aneh, tidak berasal dari tempat yang jelas. Dia menajamkan pendengarannya, mencoba memastikan apa itu.
Tiba-tiba, sebuah bayangan muncul di sampingnya.
"Nara," suara Uto yang khas terdengar ringan. Sosoknya muncul mengagetkan Nara.
"Uto?!" Nara nyaris meloncat kaget. "Lu kok muncul lagi?"
Uto tertawa kecil sambil menyandarkan tubuhnya di tembok sel. "Iya nih, gue dapat tugas lagi tapi bukan jadi pemandu, melainkan buat jagain lo. Gue cari-cari eh ternyata lo malah masuk penjara."
"Memangnya Pangeran Arven kemana?"
"Pangeran lagi ada keperluan lain di luar Istana. Lo mau gue bantu keluar dari sini nggak?"
Nara tertawa kecil, "Segala pakai ditanya...ya mau lah Uto...coba keluarin gue dari sini."
"Oke."
Namun belum sempat Uto mengeluarkan Nara, suara gadis itu menginterupsi. "Stop! Tunggu dulu Uto, gue baru nyadar sesuatu nih."
"Ada apa?"
"Lo denger nggak?" Nara berbisik, melirik Uto.
"Denger apa?" Uto menajamkan telinganya.
"Suara itu. Dari tadi ada, tapi gua kira itu suara lo datang. Ternyata bukan."
Uto sekarang wajahnya terlihat lebih serius, mendengarkan secara seksama tanpa berkata sepatah kata pun. Hening beberapa saat, lalu Uto lanjut ingin mengeluarkan Nara dari sana tanpa memberi tanggapan soal suara.
Tapi,
Nara betul-betul tidak bisa keluar ketika Uto menarik keluar bersama dirinya. Hanya Uto yang bisa menembus pintu dan dinding sel, tetapi tidak dengan Nara. Gadis itu jatuh tersungkur karena terbentur tembok penghalang. Uto pun menjadi mengerti, ternyata penjagaan di penjara ini tidak main-main. Kalau bukan Raja Veghour yang menghendaki tahanan keluar, maka tidak ada yang bisa mengeluarkannya walaupun masuknya begitu mudah.
"Nara, sepertinya gue gak bisa ngeluarin lo sekarang karena sel ini dijaga kekuatan yang besar. Lo tunggu di sini sebentar, gue mau ke sel sebelah."
Wuuushh.
Raze yang berada di dalam sel nya terkejut bukan main ketika Uto datang tiba-tiba ada di sampingnya. "Kau bukankah kakaknya Nara? Kenapa tiba-tiba bisa ada di sini? Apakah kau sudah mati, sehingga yang dihadapan ku ini adalah arwah mu?"
"Itu ceritanya panjang, dan sekarang ada yang lebih penting. Apakah Pangeran mendengarkan suara aneh di sini?"
Raze terperangah, "Benar sekali. Aku selalu mendengarnya dari arah sel yang sekarang ditempati oleh Nara. Aku tidak tahu suara apa itu, tapi yang jelas suara itu terdengar mencekam. Hei, apakah Nara baik-baik saja?"
Tidak lama, terdengar jeritan Nara. Uto langsung menghilang buru-buru memeriksa keadaan yang ternyata Nara menghilang tertelan pusaran gelap di dinding sel yang gadis itu tempati. Sesungguhnya sel tersebut tidak pernah terisi oleh terpidana mati sejak dulu, seolah memang dibiarkan kosong seterusnya.
Karena tindakan gegabah penjaga yang asal memasukan Nara ke sana, mungkin saja Nara memecahkan suatu kode yang akhirnya membuka sebuah tempat yang tersembunyi. Sebuah pusaran menyedot Nara untuk masuk ke dalamnya. Dia masuk ke dalam disusul Uto, lalu jatuh ke tempat mirip seperti gua, tetapi ada istana di dalamnya.
.
.
Bersambung.