Perhatian!!!
Jika nggak suka novel ini nggak usah kasih bintang 1,2,3, retting novel jadi turun. Mending nggak usah baca novel ini, gara-gara bintang 1,2,3 patahin semangat penulis yang sudah begadang untuk menulis novel ini. Baca di NT kan gratis, maka hargailah penulis.
Deskripsi
Andin, istri yang gendut setelah melahirkan. Ia di hina oleh ibu mertua dan kakak iparnya karena kegendutannya itu. Bahkan Rafif sang suami malu dengan penampilan istrinya yang sekarang. Sebelum menikah seksi tapi setelah melahirkan tubuhnya sangat melar. Rafif menceraikan Andin karena Andin mempunyai tubuh yang sangat gendut.
Bagaimana nasib Andin setelah bercerai dari Rafif
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Farida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Licik melawan Cerdik
POV Andin
Hari ini sesuai jadwalku, aku akan kerumah kedua orang tuaku. Aku harus segera menemui mereka untuk membicarakan pabrik kain. Semalam aku telepon mas Rafif tapi dia beralasan ada meeting di luar kota. Aku tahu itu akal-akalan bulus mas Rafif saja, mungkin dia sudah bermalam dengan perempuan seksi itu. Dia sudah berani tak pulang semalam, itu artinya ia akan merasakan akibatnya. Jarak rumahku dengan rumah kedua orang tuaku cukup jauh, memakan 2 jam perjalanan. Aku membawa Natasha putri kecilku. Kuorder taksi online untuk berangkat.
"Assalamu'alaikum." Aku mengucap salam ketika sampai di gerbang pagar.
Satpam langsung mengenaliku dan membukakan pintu gerbang.
"Waalaikumsalam, eh Mbak Andin," ucap mang Udin, satpam rumah kedua orang tuaku.
"Ayah, Mamah, ada di rumah Mang?" tanyaku kepada mang Udin.
"Ada Mbak, di dalam rumah. Sepertinya di taman belakang," jawab mang Udin.
Akupun melangkahkan kakiku menuju taman belakang, Natasha menangis mungkin di luar terkena panas matahari. Tangisan Natasha membuat mamahku mengenali suara cucunya.
"Andin, kamu ke sini dengan Rafif?" tanya mamah. Sudah 6 bulan aku tidak ke rumah kedua orang tuaku. Aku selalu beralasan mas Rafif sibuk dan tidak bisa mengantar. Ironis aku kembali ke rumah ini dengan taksi online.
"Tidak Mah, aku naik taksi online. Tiba-tiba ingin bicara sesuatu dengan ayah," jawabku.
Ayahku langsung menghampiriku. tak lupa aku mencium punggung tangan kedua orang tuaku.
"Mau bicara apa Din?" tanya ayah.
"Begini Ayah, aku sedang merintis design fashion Ayah, seperti dress untuk ukuran big size seperti tubuhku. Ternyata responnya sangat luar biasa, aku sudah tanda tangan kontrak untuk memasukan designku di sebuah mall dan mengiklankan merek ku juga." Aku memperlihatkan instagramku, kedua orang tuaku bahagia. Mereka tak menyangka aku bisa sehebat itu.
"Tapi Ayah dan Mamah jangan bilang Mas Rafif karena aku ingin kasih kejutan buat dia. Ayah, karena permintaan pesanan banyak, aku butuh kain yang berkwalitas. Kitakan punya pabrik kain Ayah. Bagaimana posisi CEO aku yang pegang bukan mas Rafif." Kalimatku sudah mulai menjurus ke niatku.
"Tapi kan Rafif bisa memberikan kain, tanpa kamu jadi CEO, kamu mana bisa Din, kamu kuliah di fakultas design fashion bukan ekonomi bisnis." Ayahku memang selalu meragukan aku, ia menganggap mas Rafif CEO yang pas.
"Ah Ayah ini kan kejutan, jika Mas Rafif masih memegang jabatan CEO maka dia bisa tahu dong bisnis baruku ini. Jadi nggak kejutan dong. Beri aku waktu 6 bulan Ayah untuk membuktikan akupun bisa menjalankan bisnis Ayah, kalau aku berhasil menjalankan 2 bisnis. Ini akan menjadi hadiah pernikahan aku dan Mas Rafif yang ke 2 dan jika aku mampu mendapatkan keuntungan lebih dari mas Rafif maka aku mau Ayah percaya sama aku, aku anak Ayah satu-satunya," Aku melihat ayah memikirkan ucapanku, terlihat ia menimbang-nimbang. Apalagi aku sudah tanda tangan kontrak selama 2 tahun ke salah satu mall terbesar di Jakarta. Ayah juga melihat artis terkenal memakai designku karena istrinya adalah teman yoga ku.
"Baiklah Ayah setuju, jabatan CEO kamu yang pegang. Rafif akan menjadi wakil CEO, jika mau berhasil penjualan melonjak dalam 6 bulan maka CEO akan kamu yang akan pegang." Aku tersenyum, bujukku berhasil kepada ayahku. Aku akan membuktikan putrinya ini akan mengembangkan bisnisnya, aku tidak akan membiarkan mas Rafif menikmati harta ayahku.
"Kapan Ayah akan umumkan aku sebagai CEO oleh para karyawan?" tanyaku untuk memastikan.
"Besok, Ayah yang akan langsung umumkan," jawab ayah tegas.
Aku tersenyum penuh kemenangan, ini baru awalan. Akan ada lagi kejutan dari tubuhku yang akan berubah, aku akan membuat mas Rafif menyesal telah menghinatiku. Tadinya aku masih menahan hinaan dari suami dan keluarganya, karena aku yakin mas Rafif akan berubah karena kita mempunyai buah hati. Tapi menghianati aku dengan perempuan lain, aku tidak bisa mentolerkan. Penghianat tetaplah penghianat.
Aku mengunjungi kedua orang tuaku sampai sore hari, karena hari ini hanya ada produksian untuk produkku, besok baru ada pengecekan quality control.
"Mah, Ayah aku pulang," ucapku.
"Loh, kok pulang? Mamah masih kangen sama Natasha, kamu bermalam di sini. Telepon suamimu agar pulang kerja langsung ke sini," ucapku.
"Aku nggak bisa Mah, maaf karena aku akan mendata orderan yang masuk. Ini sudah banyak banget WA masuk. Nanti aku janji akan sering main ke rumah sini sama Natasha." Aku mencium pipi mamahku. Di dalam hati aku sangat minta maaf kepada kedua orang tuaku karena masih menutupi kelakuan mas Rafif. Aku tidak mau berpisah begitu saja, dia harus menyesal karena sudah menghianatiku, sampai mas Rafif bertekuk lutut kepadaku baru aku akan mengakhiri permainan.
Sepulangnya aku dari rumah kedua orang tuaku, Luna sudah berdiri di depan pintu rumahku. Dia tersenyum melihat kedatanganku.
"Lun, kok nggak bilang kalau mau datang? Sudah lama yah?" tanyaku.
"Nggak lama kok, baru 1 jam," ledek Luna.
"Ya Allah Lun, itu mah lama banget. Kenapa nggak telepon agar aku cepat pulang," ucapku.
"Never mind Din, udah yuk masuk. Capek juga nungguin kamu," ucap Luna.
Aku masuk ke dalam rumah, aku lihat Natasha tertawa-tawa melihat Luna. Luna memang sangat suka sekali dengan anak-anak, ketika di rumah sakit. Luna lah perawat anak-anak, ia selalu membawakan balon agar anak-anak senang. Luna mengatakan bahwa sakit itu berasal dari hati dan pikiran. Jika hati kita senang dan pikiran kita nggak terbebani dengan suatu hal maka cepat sehatnya. Luna ini perawat yang hebat.
"Lun, gendong Natasha bisa?" tanyaku. Aku ingin mengambil makanan di kulkas.
"Letakkan aja di karpet Din, kan sudah belajar merangkak. Biar dia terbiasa." Ah Luna, ia selalu menolak secara halus jika aku minta bantuan kepadanya untuk gendong Natasha. Aku berjalan ke kulkas untuk mengambil cemilan, kulihat Natasha tertawa ngakak ala bayi bermain dengan Luna. Aku tersenyum melihat interaksi antara mereka.
"Din, aku bermalam di rumahmu yah, suamimu kan nggak pulang seminggu ini," ucap Luna. Aku terkejut dengan perkataan Luna karena mas Rafif hanya bilang sedang ada meeting di luar kota.
Handphoneku berdering tertera nama mas Rafif, aku mengangkatnya.
Aku \= ["Assalamu'alaikum Mas Rafif."]
Rafif \=["Waalaikumsalam, Din. Aku nggak pulang selama 1 minggu ini. Harus selesai, ternyata di luar dugaan. Aku sudah kirim uang seminggu ini ke rekening kamu."]
Aku \=["Masa sih Mas, ada meeting sepanjang itu. Biasanya meeting selalu di pabrik kenapa sekarang keluar kota?"]
Rafif \=["Hai Andin, suami kerja di curigai terus. Urus aja badanmu yang sudah gendut seperti ikan badut."]
Tut tut tut
Telepon di putus sepihak oleh mas Rafif, aku menatap Luna. Kenapa Luna sudah tahu bahwa mas Rafif tidak akan pulang selama seminggu. Jika aku tanya pasti jawabannya bercanda. ' Aku punya telepati, bisa membaca pikiran orang lain.'
Bersambung
✍✍✍ Mari beri komen kalian yang positif di novel ini. 1 komentar kebaikan Insha Allah membawa kebaikan saya khususnya dan di diri yang membaca. Aamiin 💞
Jadilah dermawan dengan cara like, subscribe dan follow aku. Vote nya juga yah🙏🙏🙏🙏
Baca juga yuk cerita serunya
5 tahun menikah tanpa cinta (Tamat)
Salah lamar
Retak Akad Cinta (bab 1 s.d 18 nyata, fiksi dari bab 19 dst)
Dicampakkan suami setelah melahirkan
Love dari author sekebon karet ❤💞