Yan Chen yang unik, memiliki roh Wajan dan di putuskan tunangan, tapi siapa yang menyangka ia bukan pemuda biasa.
dari wajah lucu dan sering bersikap bodoh, mencuri perhatian, memiliki rasa yang besar di dalamnya.
dengan itu, satu persatu perubahan mengejutkan semua orang dan pandangan tentangnya semakin baik dan lebih baik.
saya berharap bisa konsisten menulisnya.
selamat membaca, jangan lupa Like, komentar dan favoritnya, supaya penulis tahu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Racun
Gadis itu masih berdiri, namun jubahnya di penuhi lubang-lubang dan lengannya terkoyak-koyak memperlihatkan tangannya yang ramping dan sedikit berbulu.
Luka besar menjalar dari sana dan darah hijau mengalir hingga ke tangannya dan menetes ke lantai.
Ada juga beberapa lubang-lubang yang di penuhi cairan dan nanah.
Bai Yin mengeram kesakitan dan menekan giginya. Wajahnya terlihat sangat menyedihkan namun menolak untuk memperlihatkannya, akan tetapi bagaimana pun ia berusaha melakukannya, ia tidak bisa. Sakitnya terlalu dalam dan itu bagaikan tanaman rambat yang menjalar ke seluruh tubuhnya, hanya tumbuh untuk menghisap kehidupannya.
Ia terlihat menyedihkan dan semua orang mengerti mengapa ia memakai jubah panjang itu. Ternyata ia terkena racun dan sulit untuk menyembuhkannya.
Zhao Huali di langit tidak menyangka akan melihat pemandangan ini, tapi ia tidak peduli dengan deritanya kemudian mendarat di arena.
Ketua ke empat menjentikkan jarinya.
Arena kembali di perbaiki. Tembok-tembok yang berlubang kembali di perbaiki. Arena yang hancur kembali di isi dengan baik.
Setelah beberapa saat arena kembali pulih seperti sebelumnya.
Bai Yin mengayunkan tangan kanannya ke belakang dan kembali muncul rantainya.
Rantai itu lebih lemah dan hanya sedikit ada cahaya ungu.
Ia kemudian melangkahkan kakinya dengan mantap kemudian melesat dengan cepat menerjang ke depan dengan kepercayaan diri yang sangat kuat.
Zhao Huali ikut melakukannya dan bergerak cepat ke depan.
Yan Chen memiliki tatapan aneh ketika melihat rupa gadis ini. Bai Yin memilih wajah lembab seperti air, pucat dan putih. Kecantikannya terlalu biasa dan samar-samar dari kerudungnya ia mendapati beberapa helai rambut putih yang berumur panjang.
Mengenai racunnya, Yan Chen menyadari identitasnya dan ia mulai memaklumi mengapa gerakan gadis itu tanpa celah, cepat, kuat dan sangat efisien. Itu tidak lain karena pengalaman yang panjang.
Dengan kemampuan seperti itu, Zhao Huali yang masih awam benar-benar kesulitan melawannya. Sering kali ia terpojok dan berusaha melawan kembali.
Ia dapat melawannya hingga lima kali sebelum akhirnya terhempas ke belakang seperti layang-layang yang terputus. Keringat menetes, wajahnya mulai pucat dan rambutnya berantakan. Ia mengatur nafasnya yang cepat sembari memegang pedangnya erat-erat berusaha menjaga fokusnya.
Bai Yin di sisi lain mengerut keningnya dan memuntahkan darah. Itu bukan karena serangan Zhao Huali yang kuat, tidak lain karena penyakitnya dan semakin parah setelah menggunakan energi Qi dengan paksa.
Setelah mengusap bekas darah di bibirnya ia berkata, “Sekarang giliranku.”
Yan Chen mengingat caranya berkata dan orang ini benar-benar orang yang sama di temuinya.
Aliran kata-katanya seperti samudra yang dalam berwarna biru kental dan sedikit cahaya. Ada ke dalaman dan sedikit kelembutan dalam kata-katanya.
Setelah mengatakannya, tubuhnya di selimuti cahaya ungu kental seperti api. Ujungnya menari-nari liar.
Bai Yin memegang lebih erat rantainya dan itu kemudian melesat ke udara lalu menembus tanah.
Getaran mulai menjalar hingga di bawah Zhao Huali.
Gadis itu merasakan firasat buruk. Menggunakan kakinya yang ramping melompat. Pada saat itulah, tangan tua yang memiliki jari-jari panjang yang berliku-liku dengan warna keunguan muncul dari dalam tanah dan ingin menggenggamnya.
Zhao Huali menyadari kekuatan yang di bawa tangan itu, sebab itu ia tidak menyerang dan kemudian ingin melesat ke samping. Namun di empat sisi dengan cepat muncul retakan-retakan dan tangan yang sama keluar dari sana.
Zhao Huali tercengang dan ia tidak mampu menghindar.
Lima telapak tangan bersatu di langit menekan Zhao Huali dan membuat lingkaran udara menyebar, meniup rambut orang-orang dan membuat mereka terkejut.
Meskipun ada pelindung yang membatasi, angin itu masih dapat menyebar ke luar.
Tidak lama beberapa garis-garis seperti akar menjalar di pelindung dan semakin memanjang dan lebih panjang hingga mereka semua bertautan.
Suara retakan bermunculan dan kaca-kaca pecah.
Serangan yang sangat tidak membuat orang-orang tegang seperti sebelumnya mampu menghancurkan pelindung dan membuatnya hancur.
Orang-orang menanyakan bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Beberapa orang berasumsi ini mungkin serangan kecil tapi sangat kuat.
Namun di hadapan Yan Chen, Serangan ini merupakan serangan yang sebenarnya. Serangan menurutnya harus terpusat pada objek dan berusaha sedikit mungkin untuk menghancurkan objek di sekitarnya. Dengan itu dapat menghemat tenaga dan meningkatkan serangan.
Bai Yin ini benar-benar dapat melakukannya dengan baik dan Yan Chen mengkhawatirkan keadaan Zhao Huali yang masih muda.
Tidak lama lima tangan itu runtuh dan berubah menjadi debu-debu yang tidak terhitung jumlahnya. Mereka terbang dan akhirnya tersapu angin. Di dalam debu-debu, Zhao Huali turun dengan cepat ke bawah dan debu-debu ke langit, mulai memisahkan diri dari dirinya.
Jatuh dengan tubuh lemah. Ia tetap menjaga kesadarannya.
Tangan dan kakinya lecet. Darah-darah memenuhi tubuhnya.
Dalam serangan lima tangan itu, ia seperti di tekan oleh batu berat puluhan ton dari segala sisi, membuat tubuhnya terasa remuk dan hancur berkeping-keping. Jantungnya hampir berhenti berdetak di timpa dengan berat seperti itu.
Jika bukan karena ia memiliki tekad yang kuat dan ayahnya selalu melatihnya di bawah air terjun, ia pasti sudah tidak sadarkan diri dan lebih parahnya tubuhnya akan hancur menjadi ribuan keping dan terbang bersama angin.
Sementara wajah Bai Yin semakin pucat seperti darah-darahnya menghitam dan mengalir lambat.
Ia memuntahkan darah lagi namun menyekanya dengan tangan. Memandang darah di tangannya seperti bunga mawar ia mengingat saat-saat kehidupan sebelumnya. Ada senyuman getir dan geli dalam wajahnya. Ia kemudian mengangkat tangannya untuk mengusap sisa darah, dan dengan dingin berkata, “Berakhir.”
Jantung Zhao Huali berdetak satu kali, terasa sangat menyakitkan. Seluruh aliran darahnya terasa berhenti bergerak. Ia kesulitan menarik nafasnya. Wajahnya memperlihatkan ekspresi kesakitan yang luar biasa.
Seharusnya setelah mendarat di tanah ia dapat berdiri kembali, namun sekarang ia hanya bisa berjongkok menahan rasa sakit yang sangat mengerikan.
Yan Chen dengan dingin berkata, “Racun.”
Zhao Huali berusaha berdiri dan menatap lawannya, tapi racun di dalam tubuhnya menjalar dengan cepat dan mengalir melalui pembuluh darahnya. Ia merasa jantungnya seperti ingin meledak, darah di seluruh tubuhnya terasa menggigitnya. Rasa sakitnya seperti tertusuk ribuan jarum-jarum kecil.
Kesadarannya berangsur-angsur menghilang dan beberapa kali selaput matanya terpejam, namun tekad Zhao Huali sangat kuat.
Beberapa kali ia melihat samar-samar seorang wanita paru baya berpakaian merah marun berdiri di depannya dengan ekspresi kalem dan menyejukkan.
Penampilan sederhananya selalu menjadi ciri khasnya.
“Ibu...”
Kemudian setelah beberapa saat ia melihat ayahnya berdiri di sana sembari memandangnya dengan penuh keprihatinan.
“Ayah...”
Zhao Huali berusaha berdiri.
Ketika kaki kanannya di injakkan, ada suara patah terdengar di pergelangan kakinya. Rasa sakit segera menjalar seketika seperti tersambar petir, membuatnya berteriak dan kembali terjatuh.
Keringat dingin merembes keluar dari seluruh tubuhnya membawa perasaan dingin yang mencekam.
“Ayah....ibu....”
Zhao Huali mencoba menggunakan kaki kirinya, pada akhirnya mendapatkan rasa sakit yang sama.
Ia akhirnya terjatuh. Wajahnya mendarat di lantai dan terasa sangat sakit.
Ia masih bernafas dan suaranya semakin cepat dan bertambah cepat.
Sementara Bai Yin jauh di sana jauh lebih baik. Ia berkata, “Menyerah, kau kalah.”
“Menyerah? Tidak, aku masih bisa berdiri.”
Kata-katanya masih mempunyai kekuatan dan dorongan yang kuat.
“Baiklah, jika kau ingin menyiksa dirimu sendiri.”