Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Berjarak
Karena kata-kata dari Margin, Alina benar-benar menuruti Margin dan bahkan menghindari dari Fathan yang membuat Fathan benar-benar tidak tahu apa kesalahannya.
Alina yang kerap kali menghindari dirinya yang menjaga jarak, bukan hanya menolak berkomunikasi lewat telepon dan bahkan secara langsung Alina tidak ingin berhadapan dengan Fathan.
Saat berpapasan Alina benar-benar lewat begitu saja tanpa menunggu Fathan dan bahkan di saat-saat tertentu juga mereka tidak bertegur sapa dan Alina seringkali berpura-pura untuk tidak melihat Fathan. Fathan yang sepertinya memberikan waktu kepada Alina dan berusaha untuk mencari apa kesalahan yang telah dia lakukan.
Alina yang sekarang berada di dalam kamar yang seperti biasa dia sedang belajar. Tetapi konsentrasi belajar itu kurang fokus, Karena bagaimanapun dia ternyata masih memikirkan Fathan.
"Alina!" Alina dikejutkan dengan suara pintu kamar yang membuat Alina langsung menoleh kearah pintu kamar.
"Ada, Ma?" tanya Alina.
"Mama kehabisan tepung. Kamu belikan sebentar di minimarket ya," ucap Ratih.
"Kamu tidak mendengar Mama?" tanya Ratih ketika tidak mendapatkan respon.
"Baiklah! Alina juga sudah selesai mengerjakan PR," jawab Alina.
"Ya. Sudah buruan sana," ucap Ratih.
Alina menganggukkan kepala yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan tidak lupa mengambil blazer sebelum dia pergi.
Alina yang sudah membelikan keperluan yang dibutuhkan ibunya di minimarket yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah membayar di kasir, Alina keluar dari minimarket tersebut yang kembali berjalan menuju rumahnya.
Di saat langkahnya yang sudah semakin jauh dari mini market, Alina yang melewati beberapa anak muda yang nongkrong sembari merokok.
"Cantik!" salah satu dari mereka menggoda Alina. Alina yang tampak takut-takut yang berusaha menghindar dan bahkan mempercepat jalannya.
"Jangan buru-buru cantik!" mereka terus menggoda Alina dan bahkan sampai menyusul Alina.
"Apa yang mereka inginkan dan kenapa harus mengejarku," batin Alina dengan panik.
Alina yang benar-benar sangat cemas dan terus melanjutkan langkahnya dengan cepat. Beberapa kali kepalanya menoleh ke belakang yang mana 3 orang tersebut terus mengejarnya yang membuat Alina langsung berlari dengan ketakutan.
Alina merasa langkahnya begitu sangat jauh yang pada larinya sudah sangat kencang dan sangat lama sekali sampai ke rumahnya. Mungkin karena ditambah dia begitu sangat panik.
Bruk.
Alina yang menabrak bidang dada seseorang yang membuatnya takut dan bahkan berteriak.
"Alina ini aku!" Alina membuka mata saat mendengar suara yang tidak asing itu dan ternyata benar itu adalah Fathan yang memegang kedua bahunya yang melihat Alina terlihat pucat.
"Kak!" Alina yang begitu takut dengan suara bergetar dan Fathan yang melihat ke arah 3 orang itu yang mengganggu Alina.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Fathan dengan lantang yang sekarang Alina sudah bersembunyi di belakangnya yang benar-benar melindungi Alina.
"Jangan ikut campur urusan kami. Kami hanya ingin bersenang-senang dengan gadis cantik itu," sahut salah seorang pria tersebut yang mengundang tawa teman-temannya mereka begitu sangat puas tertawa terbahak-bahak.
"Sudahlah serahkan saja dia kepada kami atau kita menikmati bersama-sama. Tetapi harus kami terlebih dahulu," sahut yang satunya lagi yang sangat kurang ajar berbicara.
"Bajingan kau!" Fathan yang sangat tidak terima wanita yang dia sukai diperlakukan seperti itu dan langsung terpancing emosi yang menghajar pria tersebut yang terjadi baku hantam.
Alina begitu sangat khawatir bagaimana Fathan melawan 3 orang pria itu dan Fathan juga tidak bisa mengelakkan pukulan yang mengenai wajahnya.
Sampai akhirnya Fathan juga menang melawan 3 orang tersebut walau wajahnya terlihat terluka.
"Pergi kalian dari sini dan jika berani mengganggunya sekali lagi aku akan membunuh kalian!" teriak Fathan dengan emosi yang menggebu-gebu dan tiga orang tersebut langsung bangkit dengan berlari ke birit-birit.
Fathan terlihat masih begitu sangat marah dengan nafas yang naik turun dan Alina langsung menghampiri Fathan.
"Kakak tidak apa-apa?" tanya Alina yang begitu sangat khawatir kepada Fathan.
"Kamu bisa melihat sendiri bahwa aku baik-baik saja. Bagaimana dengan kamu? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Fathan yang lebih mengkhawatirkan Alina.
"Alina baik-baik saja," jawab Alina.
"Kakak terluka!" Alina yang melihat luka di pipi Fathan dan bahkan membuat Fathan lirih kesakitan.
"Kak. Maafkan Alina. Karena Alina. Kakak jadi terluka parah seperti ini," ucap Alina yang begitu merasa bersalah.
"Aku tidak apa-apa Alina. Kamu tidak perlu khawatir dan aku senang bisa menolong kamu," jawab Fathan dengan sesantai mungkin.
***
Karena Fathan yang terluka yang akhirnya membuat Fathan membawa Alina ke rumahnya. Alina yang langsung mengobati luka di pipi Fathan akibat pukulan dari orang-orang tersebut.
"Isssss....." lirih Fathan sedikit manja karena begitu merasakan sakit.
"Maaf, Kak," ucap Alina yang sejak tadi terus saja merasa khawatir.
"Alina akan pelan-pelan," ucap Alina yang membuat Fathan menganggukan kepala.
"Aku tahu kamu tidak mungkin kasar mengobati ku," ucap Fathan.
Alina menganggukkan kepala dengan tersenyum.
Alina yang melanjutkan mengobati Fathan dan dengan sangat lembut yang tidak ingin pria itu kesakitan.
"Fathan tidak perlu dibawa ke rumah sakit?" tanya Ratih yang tiba-tiba keluar dari kamar.
"Tidak Tante! ini hanya luka sedikit saja," tolak Fathan.
"Ya. Sudah Alina kamu obati dengan benar dan jangan sampai lukanya jadi berbisa nantinya," ucap Ratih.
"Iya. Bu," jawab Alina.
"Tante mau kemana?" tanya Fathan yang melihat Ratih membawa paper bag.
"Ibu harus ke rumah sakit untuk melihat adik ibu yang beberapa hari ini dirawat," jawab Ratih.
"Apa tidak bisa besok saja. Ini sudah malam?" tanya Alina.
"Kasian Tante kamu tidak ada temannya. Jadi Mama harus pergi sekarang. Kamu baik-baik di rumah dan tutup pintu begitu Fathan sudah pulang, jangan membuka lagi," ucap Ratih.
"Baiklah!"
"Kalau begitu Tante pergi dulu," ucap Ratih pamit
"Tante hati-hati," ucap Fathan yang membuat Ratih menganggukkan kepala dan langsung pergi
"Apa Mama kamu tidak akan pulang?" tanya Fathan.
"Tidak! Mama akan menginap di rumah sakit," jawab Alina.
"Lalu kamu berani tinggal sendirian di rumah?" tanya Fathan.
"Itu tidak masalah sama sekali dan juga sudah biasa dan juga di sini dekat dengan tetangga. Jadi tidak ada sama sekali yang perlu dikhawatirkan," jawab Alina.
"Memang Kakak kamu belum pulang dari pendidikan?" tanya Fathan yang membuat Alina menggelengkan kepala.
"Kak Fathan jangan banyak bicara. Alina mengalami kesulitan untuk mengobati luka Kakak. Jadi diamlah sebentar. Biar Alina bisa fokus melakukannya," ucap Alina yang membuat Fathan menganggukkan kepala.
Alina yang kembali melanjutkan mengobati luka Fathan dengan sangat lembut dan begitu hati-hati sekali. Fathan yang terus saja menatapnya begitu dalam.
"Kenapa harus menatap Alina seperti itu?" tanya Alina yang pasti menyadari hal itu.
"Aku ingin mencari tahu dari mata kamu. Apa yang membuat kamu tiba-tiba ingin mengakhiri hubungan kita," jawab Fathan.
Alina menelan saliva dan memberanikan diri menatap Fathan.
"Aku sampai detik ini belum tahu kesalahanku apa. Aku ingin kamu memberitahu agar aku bisa memperbaikinya dan bukan dengan cara kita mengakhiri hubungan ini tapa ada kejelasan," ucap Fathan.
"Aku tidak mungkin memberitahu jika Mama Kak Fathan tidak menyukai hubungan kita," batin Alina.
Bersambung ........