Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.
Rachel...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adelard Town
"Diem kan lu. Udah lah dia di luar dunia kita. Lagian gua dari awal gua juga ngga ngarepin apa-apa, dan ngga nyangka bakal bertahan se lama ini. Tapi... Aohhh... Bang... Hati gua... Hati gua sakit banget... Hiks...". tangisan Rachel pecah dipelukan Jevon.
Sementara di Orion, Numbers Institute
Seseorang terperangah melihat isi ponsel Rachel, tentang bagaimana Bella menggiring pikiran Rachel bahwa ada sesuatu antara dirinya dan Bella. Mulai dari pesan chatingan Bella yang bertanya pada Rachel tentang Vano, yang paling menyakitkan adalah story whatsp Bella.
"Gila... ", kesal Vano.
Belum lagi bagaimana lihainya Rachel merangkai kata meyakinkan dirinya melalui Jevon.
Tidak membuang-buang waktu lagi, ia langsung menghubungi Bella dan minta bertemu, tidak tanggung-tanggung Vano meminta bertemu langsung di apartemen si wanita manipulatif itu.
Klek, dengan girangnya Bella membuka pintu.
"Wahhh ada apa nih Van. Tiba-tiba banget kan aku ngga prepare apa-apa." Serunya salting sambil membetulkan rambut di daun telinganya.
Tanpa basa-basi Vano masuk dan duduk di sofa ruangan super luas itu.
"Lu tahu apa tentang gua sama Rachel?".
"Hah? ".
"Ngga usah pura-pura bego Bella. Dari awal gua udah illfeel liat lu, agak geli liat tingkah lu yang kadang terlalu maju, terlalu pede ke gua."
"Kenapa kamu ngomongnya begitu Van?".
"GUA TANYA LU TAHU APA GUA TENTANG GUA SAMA RACHEL. SAMPAI-SAMPAI LU BUAT SCENE MANUIPLATIF KAYAK GITU!!! ", kesal Vano tidak sabar lagi.
"Dia ngadu ya ke kamu?! Dasar memang cewe ngga jelas. Cewe jahat...! ". Kesal Bella sendirian.
" DIAM.... !!! ".
"V-Vann... Hiks ". Bella sudah ketakutan, karena sekenalnya Vano memang dingin tapi bicaranya lembut, berbeda sekali dengan yang dihadapinya kali ini.
"Jangan usik Rachel! ", tegas Vano.
"Dia pacar kamu kan? Benar kan? Aku ngga sengaja denger pembicaraan kalian waktu pertama kalinya aku datang ke Numbers. Setelah kami keluar, ngga lama aku balik lagi karena mau minta nomer handphone kamu, tapi yang aku denger kalian malah berantem, hanya karena Rachel mau resign, Vano... Apa lebihnya dia di banding aku... Hiks, aku kurang apa buat kamu Vano? ".
Vano tertawa keras, gummy smilenya jelas terlihat. Tertawa lebar, lalu berubah menjadi pandangan tajam pada Bella.
"Lebihnya dia? Kurangnya elu? Lu tanya kelebihan dia apa? Hahahah... Astaga ibu dokter, dia segalanya buat gua. Hahahah... Segalanya b4j! n9an.... SEGALANYAAA.....! PAHAM LU."
Deg, Bella benar-benar ciut melihat Vano murka.
"Dan ngga perlu gua jelasin kan apa lebih kurangnya cewe gua ke elu, emang lu siapa? Lu cuma anak temen mama gua, yang buat gua ya bukan siapa-siapa. Gua ngga ada urusan sama lu, dan ngga niat sama sekali berurusan sama lu. Jangan usik gua dan dia lagi, jangan coba-coba ngomong ke mama gua atau ke siapapun soal Rachel dan gua. Bukannya gua takut, gua cuma menuhin permintaan dia yang ngga gila validasi kaya lu. Paham lu Bella... "
"Hiks... Vano... Aku suka kamu."
"Gua tahu, tapi jangan. Stop. Gua ngga sudi Bella. Bukan lu kurang cantik, bukan. Lu cantik banget, tapi hati sama kelakuan lu buruk banget. Bisa-bisanya lu buat sandiwara seolah kita beneran couple in real life, pake acara seolah-olah gua nidurin elu aduh, hahaha... Bisa-bisanya lu buat story seolah kita habis ngapa-ngapain. Lu hebat Bell, harusnya lu ngga jadi dokter tapi jadi aktris kayaknya lu laku banget. Gara-gara lu cewe gua kabur, puas lu.. Awas kalo lu ngomong macam-macam diluar sana ya. Keluarga lu ngga bakal aman."
"Maksudnya kamu apa? Hiks... "
"Team Cyber Numbers punya data pribadi keluarga lu. Sejak lu dikenalin mama ke gua, feeling gua udah ngga enak, dan nyari taju tentang lu sampai ke akar-akarnya untuk wanti-wanti yang terjadi kayak sekarang ini contohnya. Termasuk korupsi recehan bapak lu yang bakal bikin gempar satu Emery Hospital."
Deg
"Itu bukan urusan gua sebenernya, tapi karena lu usik gua, gua harus ikutin cara kotor lu. Inget ucapan gua Bella. Jangan ganggu gua atau Rachel, jangan berusaha masuk ke hidup gua, jangan ngomongin apa pun tentang gua dan cewe gua, ini peringatan. Jangan main-main sama gua."
Brak... Vano keluar meninggalkan Bella yang membeku. Ia tidak habis pikir semuanya akan begini. Rencananya memang berhasil, Rachel pergi tapi imbalannya kenapa seram sekali? Korupsi? Korupsi apa? Kenapa Papanya begitu? Bella pun memilih bungkam pada akhirnya.
Vano tidak tahu harus kembali kemana. Sejak insiden ia di copot dari jabatannya bulan lalu, ia tidak pernah kembali ke apartemennya atau ke rumah utamanya bersama Margareth, ia selalu kembali ke rumah kecil Rachel, dengan harapan selagi ia disana ia akan melihat Rachel pulang dan ia akan menyambutnya.
Tapi sepertinya ia akan bermalam di kantor hari ini. Banyak yang harus ia kerjakan apalagi program barunya Numbers Kids, akan segera di jalankan minggu depan. Sudah hari ke 5 Rachel tidak terlihat atau berkabar sama sekali. Hingga...
Klek, pintu dibuka.
"Mama".
"Gimana Numbers Kidsnya udah mulai?", tanya Margareth dengan girangnya.
"Sebelum nanya itu bisa ngga mama tanya gimana aku?".
"Kamu baik-baik aja, udah dewasa, udah bisa nikah. Ngga usah manja kamu. Gimana perkembangan Numbers Kidsnya. Rachel pinter banget, cerdasnya aduh, ngalah-ngalahin yang lulusan luar negeri, kamu hebat banget didik dia. Ide kamu bener-bener dia paparkan se apik itu, seolah-olah emang dia yang berproyek."
Sungguh hati Vano sakit mendengarnya, dan jika bisa ia ingin meneriaki Margareth bahwa Numbers Kids adalah memang benar milik Rachel, proyek Rachel, program Rachel, Karya Rachel.
"Dan sekarang, Rachelnya malah hilang?".
"Hilang? Hilang gimana?".
"Dia udah ngga masuk lima hari?".
"Masih lima hari, dia minta cuti seminggu kemarin. Emang dia ngga ngabarin kamu?".
"HAH? ", Kini Vano yang terperangah.
"Iya, kemarin sepulang dari rapat terbuka, dia minta cuti seminggu. Ya mama izinin, toh dia berhasil."
"Vano boleh cuti juga ngga? Dua hari aja."
"Kamu mau ngapain? ".
"Vano itu nyambung soal Numbers Kidsnya cuma sama Rachel, sepaham kita. Nanti dia balik ke Numbers Vano juga. Boleh kan ma? Apalagi coretan awal sama kerangka poin nya cikal bakal Numbers Kids itu ada di dia. Vano mau liat lagi, tunggu dibawain dia aja nanti pas balik kesini." Bohong Vano dengan lancarnya.
"Oh... Ok. Kalo mau kamu begitu.Mama juga ngga bakal ada disini sebulan kedepan. Mama mau urusin Numbers yang di Seleste."
Vano senang bukan main. Permintaannya kali ini tidak banyak syarat dari Margareth dan entah kenapa sejak dulu jika Margareth akan pergi lama karena perjalanan bisnis Vano merasa sangat bebas, sangat lega. Karena sejujurnya, dengan atau tanpa Margareth ia akan tetap sendirian.
🍀🍀
Adelard Town
Pria tampan dengan gadis cantik yang merupakan sahabat kekasihnya itu mendarat di bandara Adelard. Wajah Vano lebih tenang di banding beberapa hari belakangan. Sekarang ia tahu Rachel tidak lari, ia hanya ingin cuti sebentar. Ia muncul tiba-tiba di Adelard karena ia memang, serindu itu.
📞 Mikhaela : Halo Mas Jev, maaf ganggu mas. Saya mau ketemu Rachel. Sa..
📞 Jevon : Mikh, maaf. Saya lagi ngga bisa ngomong. Lagi ada rapat, kamu chat aja ya.
Dengan nada bisik-bisik.
📞 Mikhaela : Iya mas, maaf.
Padahal Jevon sedang sembunyi karena menguping pembicaraan antara adiknya dan anak temen mama yang disebutkannya tempo hari Sebastian. Iya benar, Sebastian yang dikenalkan Mikha sewaktu kencan buta itu. Mikhaela tidak lagi membalas pesan Chatnya yang terakhir.
"Kak... Rachel bawa HP kantor kak, cepet kak. Kata mas Jevon ada stiker Numbers di casing belakangnya. Apa lagi kalau bukan dia salah bawa HP kantor kakak." sibuk Mikhaela.
Vano sejak tadi menunduk lemas seketika tegak dan menegak, dan merogoh kantongnya untuk mengambil ponsel, mengutak-atik benda pipih itu dan menempelkan di telinga kanannya.
"Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi ".