NovelToon NovelToon
Tentang Dia

Tentang Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cintapertama
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lissaju Liantie

Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab_031 Selamat! semoga bahagia selalu

Ponsel yang sejak tadi digenggam erat oleh Anand kini terjatuh ke lantai dengan menghasilkan bunyi nyaring yang menggema diseluruh ruang, suara tersebut seketika membuat semua orang yang berada dalam ruangan langsung mengarahkan pandangannya pada sosok Anand yang masih berdiri mematung dengan tatapan kosong, ia tak beranjak sejengkal pun dari posisi semula.

"Abang..." Ujar Hanin mencoba membangunkan Anand dari kebingungannya.

Suara Hanin tak memberi efek sama sekali, Anand masih terlihat linglung tanpa arah.

"Abang Anand..." Ujar Hanin pelan kali ini ia memanggil Anand setelah ia berjalan mendekatinya, lalu tangan kanannya menyentuh tangan Anand yang terasa begitu kaku.

"Hmmm, aaah, abang, hmmmmm..." Jelas Anand dengan kata yang begitu berantakan, matanya menatap dalam tatapan Hanin.

"Ada hal yang ingin abang bicarakan dengan mu. Sorry, abang nggak tau kalau kamu sedang ada pasien, kalau begitu nanti saja abang kembali, bye...!" Jelas Anand yang berusaha untuk sadar diri.

Tubuh Anand hendak berbalik untuk keluar dari sana, namun Hanin mencengahnya, Hanin memungut ponsel Anand yang ada dilantai lalu menyerahkannya kepada sang pemilik.

"Ponsel abang..." Ujar Hanin yang mengerti betul dengan perasaan Anand saat ini.

"Jika memang itu penting sebaiknya dokter Hanin ikut saja bersamanya. Biar Ria, aku yang jagain aja..." Jelas Dariel.

"Tidak perlu, nanti saja." Tegas Anand setelah mengambil kembali ponsel miliknya dan langsung kabur dari sana.

"Sepertinya kalian berdua lah yang butuh waktu untuk bicara, anggap aja ruangan sendiri, aku juga harus mengurus sedikit masalah pribadi, bye..." Hanin pun ikut pergi dari sana dengan meninggalkan Deria bersama dengan Dariel.

Keduanya masih terdiam dalam suasana yang begitu canggung, Dariel mencoba untuk menenangkan dirinya yang sejak tadi merasa gugup.

"Soal yang tadi..." Ujar Dariel yang langsung diselip oleh Deria.

"Dariel, kamu belum mengenal aku dengan baik dan kamu juga belum tau tentang masa lalu ku, bagaimana kamu bisa mengatakan kalau kamu jatuh cinta pada ku? Aku tidak sebaik yang kamu lihat." Jelas Deria.

"Aku bahkan tidak ada niat untuk mengetahui masa lalu mu, tentang apapun itu, dan aku juga tidak ingin tau hal-hal yang lainnya karena yang aku tau, aku jatuh cinta pada mu, aku mencintai mu, hanya itu. Karena aku berfikir itu lah hal pentingnya, aku jatuh cinta tanpa peduli pada siapapun sebenarnya diri mu." Jelas Dariel.

"Aku juga sama sekali tidak berniat untuk mempermasalahkan cinta mu, kamu jatuh cinta dan itu murni hak kamu pribadi tapi jika aku orangnya maka aku juga ikut ambil andil di dalamnya. Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan, aku memiliki masa lalu kelam dan masa depan yang tidak jelas alurnya kemana." Jelas Deria.

"Jika itu masalahnya, aku akan terima bagaimana pun masa lalu dan juga masa depan mu nanti. Ria, berpikirlah dengan hati-hati dan santai, aku tidak akan memaksamu, aku akan menunggu jawaban mu dengan sabar. Tolong pertimbangkan perasaan ku ini, seminggu, berpikirlah selama seminggu dan setelah itu aku akan menagih jawaban mu, terlepas apapun jawaban apa yang bakal kamu berikan aku janji, aku akan menerimanya dengan baik. Hmmmm?" Pinta Dariel dengan penuh harap agar Deria mau memberikannya sedikit saja kesempatan.

"Baiklah..." Jawab Deria pasrah.

"Aku akan menebus obat mu di apotik, istirahat lah sebentar lagi." Jelas Dariel yang langsung mengambil resep obat yang diletakkan diatas meja oleh Hanin.

"Terima kasih banyak." Ucap Deria dengan senyuman.

Anand langsung berlarian menuju ruang kerja Hanin setelah ia mendengar kabar dari Kaivan bahwa Deria pingsan dan sekarang sedang di rawat oleh Hanin, Anand bahkan berlari tanpa mengenakan alas kaki karena saat itu ia sedang rebahan diatas ranjang kosong pasien lalu berlari begitu saja tanpa memikirkan hal lainnya.

"Aku jatuh cinta pada mu!"

Kata-kata Dariel yang tadi sempat ia dengar kini kembali menari indah di alam ingatannya. Sejak keluar dari ruangan Hanin tadi, Anand hanya bisa termenung dalam tatapan kosong. Dia duduk di dalam salah satu ruangan operasi kosong saat ini. Matanya berputar mencoba memandangi seisi ruangan, lalu kembali tertunduk lemah. Tatapannya tertuju pada kedua kaki telanjangnya yang terulur begitu saja karena saat ini ia sedang duduk tepat atas ranjang yang di gunakan pasien saat melakukan operasi.

"Dulu aku merasa bahwa aku lah cowok yang paling sempurna dan punya segalanya, terlahir dari keluarga bahagia, berlimpah harta, pintar, punya sahabat dan juga punya istri yang bak bidadari. Aku merasa hidup aku begitu sempurna namun ternyata aku salah, aku lupa bahwa di dunia ini tidak ada kata sempurna untuk hidup seseorang, karena setiap orang pasti memiliki setidaknya satu kekurangan, setiap orang pasti akan melewati sebuah ujian atau mungkin sebuah teguran, tidak akan mungkin tidak tertimpa masalah. Dan ternyata, yang harus aku hadapi saat ini benar-benar seimbang dengan apa yang sudah aku dapatkan selama ini, aku harus melepaskan istri yang begitu aku cintai, aku kalah dengan kenyataan yang tidak bisa aku lawan sama sekali. Aku..." Keluh Anand dengan berusaha menahan air matanya, dadanya begitu sesak, ia benar-benar tidak bisa mengendalikan rasa sakit yang membuat hatinya hancur berkeping tak tersisa.

Dengan wajah tertunduk ke lantai, air mata yang perlahan  menetes mengenai kakinya, tangan kirinya mencoba menekan bagian dadanya yang terasa begitu sesak hingga membuatnya sulit untuk bernafas dengan lega.

"Maafkan aku, maafkan aku Ria karena menempatkan mu dalam kurang ku, seharusnya sejak awal aku tidak menikahi mu setidaknya kamu tidak harus menyandang status janda, maafkan aku! Dan juga, selamat, semoga bahagia selalu dengan pasangan baru mu." Ungkap Anand yang terlihat jelas begitu membenci dirinya sendiri saat ini.

~~

"Boleh aku masuk?" Tanya Hanin setelah membuka pintu ruangan sang direktur utama.

"Abang sedang tidak mood, nanti saja kita bicara." Jelas Sean yang masih fokus pada layar monitor yang ada dihadapannya.

"Abang..." Ujar Hanin dengan melangkah pelan mendekati meja Sean.

"Stop, berhenti disana, jangan mendekat. Abang belum bisa meredakan cemburu dan amarah, jika kita bicara sekarang, abang takut, abang akan menyakiti mu dengan kata-kata kasar abang." Jelas Sean.

"Aku hanya menawarkan sedikit makanan yang abang belikan untuk Kenzie, hari ini adalah hari yang berat bagi dia. Aku hanya makan siang bersama dengannya, aku hanya mencoba menjadi pamong yang baik untuk Kenzie, hanya itu." Jelas Hanin dengan tangan yang menyentuh lembut tangan Sean yang sedang memegang mouse.

"Tapi kalian terlalu dekat, Hanin!"

"Abang melihatnya dari sudut yang salah, jarak kami bahkan berjengkal-jengkal, sama sekali tidak menempel satu sama lain bahkan  jaraknya bisa abang isi dengan mudah."

"Tapi..."

"Sorry karena membuat mood abang jelek, sorry karena membuat abang khawatir."

"Jangan ulangi lagi!"

"Hmmm, aku janji!" Jawab Hanin dengan senyuman lebar.

(Sudut pandang yang salah? Apa itu juga berlaku pada saat aku melihat Ria dan Dariel?) Tanya hati Sean yang mulai terlintas kembali ingatan tentang kejadian di ruangan Anand tadi.

~~

"Calvin..." Panggil Anand dengan suara lemah tak berdaya.

Anand bahkan langsung membuka pintu ruang kerja Calvin tanpa mengetuknya lebih dulu, Calvin yang memang sedang melakukan konsultasi dengan pasiennya seketika langsung menatap kearah Anand.

"Maaf, maaf buk, pak..." Ucap Anand pada pasangan suami istri yang sedang duduk di hadapan Calvin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!