Dipaksa pulang karena suatu perintah yang tak dapat diganggu gugat.
ya itulah yang saat ini terjadi padaku.
seharusnya aku masih berada dipesantren, tempat aku belajar.
tapi telfon hari itu mengagetkanku
takbisa kuelak walaupun Abah kiyai juga sedikit berat mengizinkan.
namun memang telfon ayah yang mengatas namakan mbah kakung tak dapat dibantah.
Apalagi mbah kakung sendiri guru abah yai semakin tak dapat lagi aku tuk mengelak pulang.
----------------------------------
"entah apa masalahmu yang mengakibatkan akhirnya kita berdua disini. tapi aku berharap kau tak ada niat sekali pun untuk menghalangiku menggapai cita2ku" kataku tegas. takada sama sekali raut takut yang tampak diwajahku
masabodo dengan adab kali ini. tapi rasanya benar2 membuatku ingin melenyapkan seonggok manusia didepanku ini.
" hei nona, bukankah seharusnya anda tidak boleh meninggikan suara anda kepada saya. yang nota bene sekarang telah berhak atas anda" katanya tak mau kalah dengan raut wajah yang entah lah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa Salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
BAB 18
Sudah satu minggu sejak Aliya kembali menempuh pendidikannya. Meninggalkan sang suami dengan kesendirian tanpa ia tau.
Suara alarm terdengar nyaring membuat si empunya terusik dari tidur lelapnya yang sebenarnya baru ia nikmati sekitar tiga jaman. Namun alarm tanda waktu melaksanakan kewajiban pagi itu berbunyi membuat ia sekuat tenaga berusaha untuk bangkit dari ranjang empuk nan nyaman itu.
“Ahhh....hohh”. Lengkungan khas bangun tidur menggema sepenjuru kamar besar itu.
Dengan langkah gontai Dipta berjalan menuju kamar mandi. Bergegas untuk segera menunaikan kewajibannya sebelum waktu habis.
Jadwal yang begitu padat sampai- sampai membuatnya hanya bisa beristirahat beberapa jam saja. Berangkat pagi pulang kadang sudah lebih dari tengah hari. Rutinitas yang sebenarnya sedari awal sudah ia jalani sebelum kejadian beberapa minggu lalu terjadi. Kejadian yang membuatnya akhirnya terikat sebuah perempuan baik- baik karena kebodohannya.
MABUK Yah itu lah sang tersangka utama. Minuman laknat yang sialnya sengaja diberikan oleh rekan- rekannya saat ada acara yang sengaja diselenggarakan disalah satu bar ternama di sana.
Barang haram yang menjadi kunci pula atas mulainya karier keartisan yang saat ini tengah dia geluti. Perjanjian dengan sang papa agar jangan sampai ia bersentuhan dengan barang haram itu. Dengan pergaulannya yang lumayan bebas karena lingkup pertemanan dan juga karier membuatnya sedikit banyak pasti akan pergi ke tempat atau berkumpul dengan orang- orang yang mengonsumsi barang tersebut.
Tak terasa matahari sudah mulai menampakkan diri. Dipta berjalan turun menuju Pantry untuk sekedar memenuhi nutrisi pagi. Dia bukan termasuk lelaki pemilih makanan. Apa pun yang ada pasti akan ia makan.
Suara deringan telefon terdengar nyaring tanda ada panggilan masuk pagi ini saat ia baru saja menyuapi oat milk ke dalam mulut. Helaan berat dari Dipta ia hafal betul siapa yang menelfonnya di jam segini.
Restu, sang manajer lah yang telah menghubunginya di pagi ini. Bahkan dia masih menggunakan pakaian yang sama saat ia sholat subuh tadi.
“Assalamualaikum”. Salam dipta membuka percakapan dengan sang manajer. Karena sebenarnya Restu ini termasuk orang yang yah sebut saja dia awam lah ya. Jadi sangat jarang untuknya membuka pembicaraan dengan menggunakan salam tersebut.
“Hehe... waalaikumsalam bos”. Jawab restu dari seberang sana.
“Apa?”. Tanya Dipta tak bersemangat.
“Ada promosi film ke LN nih”. Kata Restu bersemangat.
“Kapan?”. Tanya Dipta lagi.
“Tunggu jadwal dulu sih tapi kemungkinan minggu depan kayaknya. Ini acaranya di Malaysia ya terus kalo sampek di sana bener- bener tembus dan membludak animonya kemungkinan untuk promosi ke Busan atau Berlin festival itu gede bro”. Jelas restu begitu bersemangat.
“Ok lah atur aja gimana gue ikut aja gimana mainnya”. Suara Dipta yang tak seperti yang di bayangkan oleh Restu membuat sang manajer terheranan.
“Lo sakit bro. Kok lemes gitu sih jawabnya. Kayak gak ikhlas banget gitu”. Seru Restu yang nampak mulai sedikit khawatir.
“Capek aja sih. Jadinya gak mood apalagi udah lo telefon sepagi ini”.
“Hei, secara tidak langsung lo nyindir gue ya. Mangkanya punya badan tuh dijaga jangan cuman kerjaan terus yang lo urus hidup lo tuh juga butuh ada yang ngurusin”. Kali ini jawaban Restu sedikit tak terima.
“Siapa yang bilang. Lo aja kali yang kepedean jadi orang”. Jawab Dipta serkasih. Sebenarnya dia begitu tak bersemangat hari ini. Yang sepertinya perkataan Restu benar juga mungkin oa memang akan segera sakit. Rasanya begitu tak nyaman. Mungkin nanti sepulang kerja ia akan pulang ke rumah kedua orang tuanya. Antisipasi kalo dia benar- benar sakit nantinya.
“Jadwal gue hari ini gak ada perubahankan?”. Tambah Dipta memastikan.
“Aman kalo itu sesuai sama yang lo minta. Full job dari pagi sampek malem. Gila sih lo tuh kenapa bro sebenernya. Lo tuh semingguan terakhir ini tuh aneh tau gak sih. Dari lo ambil cuti kemaren tuh. Sadar gak sih lo itu”. Ini lah Restu yang sebenarnya. Dia akan terus dan terus saja bicara dan anehnya dia gak pernah kehabisan topik pembicaraan.
“Gue tau, kan gue sendiri yang minta gimana sih”. Sahut Dipta
“ya. Iya... Udah deh. Jangan lupa sejam lagi. Buruan OTW”. Kata Restu pun sebagai kata penutup tak langsung yang diputus begitu saja sambungannya oleh lelaki itu juga.
Yah memang Dipta sengaja meminta job yang begitu padat dab tentunya dengna banyak alasan yang telah ia ajukan dengan manajemennya. Tapi memang alasan terkuatnya adalah agar ia bisa sampai rumah dalam keadaan lelah dan langsung beristirahat tanpa sempat memikirkan orang satu rumahnya yang sekarang tak ada di sisinya.
kalo siang ada jadwal yang lebih penting.
makasih ya dukungannya🙏🙏🫶🫶