Keluarga besar Bramasta tidak menyukai Dian, gadis yatim piatu dan koki biasa yang menjadi istri Stefan karena pernikahan kilat di Las Vegas.
Tidak ada yang menyangka Dian menyembunyikan identitas aslinya sebagai hacker dan juga putri bungsu dari pemilik Perusahaan Wijaya, demi untuk mendapatkan cinta Stefan yang merupakan cinta pertamanya.
Kecantikan, kecerdasan dan kehebatan Dian memimpin Perusahaan Jayanata setelah bercerai membuat semua orang yang pernah menghinanya mati kutu.
Berhasilkah Stefan rujuk kembali dengan Dian setelah menyadari kesalahannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LYTIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. Tamu tak diundang
***Restoran lantai dua Vallkyrie Club***
Acara fine dining selesai pukul sepuluh malam. Dian, Sherina, dan Natasha berpamitan ke toilet sebentar. Sementara Leon dan Billy mengobrol ringan sambil menikmati anggur merah.
Di meja sebelah, Stefan dan Rizky pun sudah selesai makan. Rizky mengangkat tangannya memanggil pelayan restoran, lalu mengeluarkan satu lembar kartu kreditnya untuk membayar set menu fine dining yang dipesan olehnya.
Stefan melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Besok pagi Stefan harus meeting di Perusahaan Bramasta.
"Kita pulang sekarang?" tanya Stefan.
"Jangan Fan! Aku gak mau pulang sekarang. Nanti diomelin ayah di mansion, tambah pusing! Temanin aku satu jam lagi ya," pinta Rizky.
"Baiklah," jawab Stefan.
Mereka berdua menunggu pelayan restoran mengantarkan kembali kartu kredit milik Rizky yang dibawa untuk proses pembayaran.
Beberapa saat kemudian Dian, Sherina, dan Natasha sudah kembali ke meja makan. Billy berdiri dari tempat duduknya dengan cepat dan membantu menarik kursi Dian serta mempersilakan gadis muda itu duduk.
"Thank you traktirannya Billy," ucap Sherina.
"Apa acara kita selanjutnya?" tanya Natasha.
"Karaoke di ruang VVIP," jawab Billy.
"Boleh juga. Let's go!" ucap Sherina dengan antusias.
Mereka berlima pun menaiki anak tangga menuju lantai tiga tempat karaoke VVIP yang sudah dipesan oleh Billy.
Sementara Rizky dan Stefan yang masih duduk di tempatnya mendengar jelas percakapan Dian dan teman-temannya. Suara handphone Rizky berbunyi sehingga pria itu menerimanya dengan semangat.
"Halo Aurick! Aku di restoran. Kamu langsung ke lantai tiga saja."
Rizky menyimpan handphone ke dalam saku celana dan berdiri dari tempat duduknya.
"Ayo Fan! Kita bergabung bersama mereka," ajak Billy.
Stefan mengerti kata mereka itu ditujukan kepada Dian dan keempat temannya.
"Kamu yakin mereka tidak akan mengusirmu?" tanya Stefan dengan wajah tanpa ekspresi.
"Tenang saja, Fan! Ada Aurick. Aurick sering hang out bareng Billy. Billy tidak akan mengusir kita jika bersama Aurick mencarinya," jawab Rizky sambil tersenyum lebar.
***Ruang karaoke VVIP***
Sherina dan Leon sedang nyanyi duet bareng. Sementara Dian, Natasha, dan Billy menikmati nyanyian kakak adik itu sambil minum anggur merah.
Suara ketukan pintu dari luar membuat mereka berlima menoleh ke sana.
Aurick membuka pintu ruang karaoke dan tersenyum lebar ke Billy.
"Hi Bro! Aku boleh join?" tanya Aurick tanpa sungkan.
Senyuman di wajah Billy menghilang seketika karena kemunculan Aurick mengganggu privacy-nya. Saat Billy ingin menolak tanpa ragu, dirinya memicingkan matanya karena melihat dua sosok pria mengikuti Aurick dari belakang.
"Tentu saja Billy tidak akan menolak kita bergabung," ujar Rizky dengan tidak tahu malu, sedangkan Stefan masih berdiri di depan pintu dan belum melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.
"Oh ternyata Rizky dan Stefan yang ingin bergabung. Boleh saja!" jawab Billy sambil tersenyum penuh makna.
Billy percaya Dian sudah menghilangkan semua perasaannya terhadap Stefan karena gadis muda itu sendiri yang mengajukan cerai sehingga Billy tidak merasa terintimidasi oleh kehadiran Stefan.
Billy pun ingin mencari kesempatan membantu Dian membalas dendam terhadap Rizky karena mengetahui dari Leon bahwa wartawan yang menjelekkan nama baik Dian dibayar oleh Rizky.
Aurick duduk di samping Billy, sedangkan Rizky segera menarik tangan Stefan dan mereka berdua duduk di samping Aurick.
Kemunculan tiga tamu tak diundang itu membuat suasana ruangan menjadi tidak sehangat sebelumnya. Bahkan Sherina dan Leon pun meletakkan mic di atas meja dan duduk di kursi sofa.
Rizky menyiku lengan Aurick sambil memberi isyarat mata. Billy menyadari gerakan kecil di antara mereka berdua dan tetap bersikap tenang.
"Bro! Boleh kenalan dengan teman-teman wanitamu?" tanya Aurick.
"Mereka bertiga adalah teman spesialku. Jangan coba-coba mengganggu mereka!" ancam Billy dengan tegas.
"Tentu saja bro! Aku tidak akan macam-macam," jawab Aurick dengan wajah pucat seperti warna kertas.
Rizky pun merasa ciut dengan ancaman Billy yang terus terang sehingga mengalihkan topik pembicaraan lain dan membahas tentang usahanya.
Billy dan Leon hanya menjadi pendengar setia dan tidak menimpali perkataan Rizky. Mereka berdua berfirasat Rizky pasti akan mencari masalah dengan Dian lagi.
Sementara Dian, Sherina, dan Natasha duduk berdekatan sambil mengobrol ringan. Sesekali terdengar suara tertawa kecil dari mulut mereka.
Satu jam berlalu. Selama satu jam itu Stefan tidak melepaskan pandangan matanya dari Dian. Pria muda itu berusaha menekan perasaan hatinya yang bergejolak sejak dirinya masuk ke dalam ruangan ini.
Hati Stefan terasa rumit karena Dian mengacuhkannya. Bahkan satu lirikan mata pun tidak diberikan oleh gadis muda itu. Seolah-olah mereka tidak berada di ruangan yang sama.
Stefan menyadari perasaan yang dirasakannya saat ini pastilah sering dirasakan oleh Dian selama sebelas bulan pernikahan mereka.
Tiga botol anggur merah kosong di atas meja. Wajah Rizky sudah memerah karena mabuk. Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan untuk mengambil botol yang kosong.
"Tuan Billy. Apakah perlu satu botol anggur merah lagi?" tanya pelayan dengan ramah.
Apa pun keinginan Billy, pelayan pasti akan menyediakannya untuk tamu VVIP Vallkyrie Club.
Billy melihat jam tangan di pergelangan tangannya sebentar, lalu menoleh ke arah Dian.
"Princess! Mau pulang sekarang?" tanya Billy dengan suara lembut.
"Oke," jawab Dian.
"Tidak! Kalian semua tidak boleh pulang sekarang!" teriak Rizky secara tiba-tiba.
Semua orang melihat ke arah Rizky yang mabuk berat dan mulai bicara tidak karuan.
"Kamu mau apa?" tanya Billy.
"Kalian harus menemaniku bermain. Main dadu!" jawab Rizky.
"Dia sudah error!" ujar Sherina sambil memperagakan menarik garis miring dengan jari telunjuk di dahinya.
"Semua harus main dadu denganku," ucap Rizky sambil berlari ke arah pintu dan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar untuk menutup jalan keluar satu-satunya
"Dasar pemabuk!" keluh Natasha.
"Baiklah! Aku dan Billy main dadu denganmu!" ujar Leon.
"Ada dadu di club?" tanya Billy ke pelayan yang masih berada di dalam ruangan.
Ruangan VVIP karaoke dilengkapi dengan kamera cctv sehingga para pelanggan tidak pernah bertaruh menggunakan uang secara ilegal. Semua permainan yang dilakukan di ruangan itu biasanya dengan taruhan yang kalah harus minum minuman alkohol dan hal itu sudah biasa di kalangan kelas atas.
"Ada tuan Billy. Aku akan ambilkan sekarang," jawab pelayan.
"Sekalian satu botol air mineral," kata Stefan yang sedari tadi diam.
"Baik tuan," jawab pelayan.
Perkataan Stefan mengingatkan Dian akan pertemuan pertamanya dengan pria muda itu di Las Vegas. Saat itu Dian juga memesan satu botol air mineral untuk menyadarkan Stefan yang mabuk.
Dian tidak peduli apakah Stefan sengaja ingin mengingatkan mengenai pertemuan pertama mereka ataupun kebetulan belaka karena saat ini nama Stefan sudah tercoret sepenuhnya dari hati Dian.
***
Selamat malam readers tercinta. Jangan lupa baca kelanjutan ceritanya besok ya 🤗
TERIMA KASIH
SALAM SAYANG
AUTHOR : LYTIE