Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Misca
"Bi Misca!"
Suara teriakan dari anak sang majikan berhasil membuatnya terkejut dan langsung menghapus sisa air mata di pipi. Gadis kecil itu berlari menghampiri dalam kondisi wajah yang sangat sedih.
"I-iya, Non Nina. Ada apa?" tanya Misca berusaha tersenyum di tengah kesedihannya. Nina berhambur memeluk kaki sang pembantu sambil menangis karena merasa tidak ingin kehilangannya.
"Bi Misca jangan pergi. Bi Misca ikut Nina aja ke Singapur. Nina nggak mau pergi tanpa Bi Misca. Nina sayang sama Bi Misca. Nina sayang, hiks ...."
Misca tersenyum kecil, melepaskan pelukan Nina, lalu menyamakan tinggi gadis tersebut. Dia sangat mengerti bagaimana perasaan anak majikannya yang pasti tidak rela berpisah.
Meski Misca baru setahun menjadi pembantu di rumah keluarga Nina, rasanya sudah seperti keluarga sendiri. Perlakuan mereka pun baik, tidak pernah meremehkan pekerjaannya yang menjadi pembantu sekaligus mengasuh.
Jangankan Nina, Misca sendiri saja sebenarnya tidak sanggup jauh-jauh. Namun, ini sudah menjadi keputusan kedua orang tua gadis itu yang ingin tinggal di Singapura akibat bisnis keluarga mereka lagi berkembang pesat.
"Bi Misca juga sayang banget sama Non Nina, tapi Bi Misca harus pergi, Sayang. Tugas Bi Misca sudah selesai bekerja di sini. Beberapa hari lagi juga 'kan, Non Nina sama semuanya pergi ke Singapura, sedangkan Bi Misca harus mencari kerja lagi. Jika tidak, Bi Misca mau makan pakai apa, hem? Masa iya, Bi Misca jadi gembel di jalan, jangan dong, nanti bisa-bisa kecantikan paripurna Bi Misca hilang hehehe ...."
Misca tertawa kecil menutupi kesedihan hati supaya Nina tidak semakin berlarut. Tangannya terangkat menghapus air mata yang jatuh di pipi anak majikannya.
"Ta-tapi, Bi, Nina---"
"Sudahlah, Nina. Jangan beratkan langkah Bi Misca. Dia harus menjalani hidupnya di sini, sedangkan kita 3 hari lagi akan berangkat ke Singapura!"
Suara bariton Tuan Kris terdengar mengejutkan mereka yang langsung menatap ke arah wajah datarnya, walaupun cuek sifatnya tetap baik.
"Apa yang dibilang Papa benar, Nina. Mama tahu ini berat buat kamu melepas Bi Misca. Namun, Bi Misca juga harus meneruskan hidupnya untuk mencari pekerjaan. Jika Bi Misca ikut ke Singapura, lalu bagaimana dengan kehidupan di sini? Cuma kalau memang Bi Misca mau ikut tak masalah, Mama bisa urus semuanya. Iya, Pa?"
Tuan Kris menganggukan kepalanya sambil menatap sang istri. Senyuman Nyonya Salsa memang manis, sikapnya juga ramah dan sangat menghargai seseorang tanpa pandang bulu.
"Tuhh, Bi, kata Mama boleh ikut, jadi---"
"Tidak, Non. Bi Misca tidak bisa ikut. Hidup Bi Misca di sini, bukan di luar negeri. Bi Misca harus mencari uang untuk melunasi semua hutang-hutang keluarga, kalau tidak masa depan Bi Misca aka menjadi taruhannya. Sekali lagi maafkan Bi Misca, Non. Non Nina pergi saja sama Tuan Kris dan Nyonya Salsa, selebihnya kita masih akan tetap berkomunikasi. Jangan takut, suatu saat kita pasti akan bertemu lagi, Non. Oke?"
Nina yang tidak sanggup menahan tangis langsung memeluk Nyonya Salsa. Tangisnya tumpah bersamaan dengan perginya Misca dari rumah mereka.
"Ma-maafkan Bi Misca, Non. Bibi harus pergi, jaga diri Non Nina baik-baik. Bi Misca janji, kita pasti akan bertemu lagi. Bi Misca sayang banget sama Non Nina, terima kasih atas kebaikan keluarga Tuan Kris. Saya pamit, permisi."
Misca pergi sambil tersenyum dibalik tangisnya. Sementara Nina nangis kencang tak ingin ditinggal. Dengan segenap kekuatan Nyonya Salsa dan Tuan Kris berusaha menahan sang anak agar tidak lagi mencegah kepergian pembantu mereka.
Rasa sedih, kehilangan semua bercampur menjadi satu. Mereka tahu semuanya pasti berat, tetapi tidak ada pilihan lain lagi. Misca harus meneruskan hidupnya sendiri dan Nina pun melanjutkan kehidupan baru di luar negeri.
***
Cia dan Devano baru saja sampai di rumah. Wajah sang pria tak dapat dibohongi jika hari ini adalah hari bahagia di dalam hidupnya.
Beban berat yang selama ini menghantui pikiran dan hati telah hilang sepenuhnya. Mendiang sang istri pun sudah memberikan izin untuk Devano menuruskan hidup mencari kebahagiaan sendiri.
"Selamat siang, Bi. Tolong beritahu semua penghuni rumah mulai dari supir, security, tukang kebun, pokoknya semua pekerja di rumah ini karena gaji kalian bulan ini akan naik 10 kali lipat dari gaji biasanya. Dan, malam nanti tolong siapkan makanan enak untuk menyambut kedatangan seseorang yang akan menjadi bagian dari keluarga Aldebaran. Paham?"
Devano berbicara dengan sopan disertai senyuman lebar di bibirnya, lalu pergi ke kamar untuk bersiap-siap mengganti penampilan menemui sang pujaan hati.
Pembantu itu sampai tercengang melihat reaksi Devano yang sangat aneh. Baru kali ini dia memikirkan tentang orang lain, sebelumnya tidak sama sekali.
"No-non, Tu-tuan Devano habis kejedot di mana?" tanya sang pembantu dengan wajah bingung.
"Bukan kejedot lagi, Bi. Kelindes truk gendeng!" jawab Cia asal.
"Hihihh, Non Cia bisa saja. Ya, sudah ayo, Bibi antar ke kamar. Non Cia harus banyak istirahat, Bibi juga sudah masakin sop iga kesukaan Non Cia. Jadi, harus dihabisin, oke?" ujar sang pembantu sambil memberikan ibu jarinya penuh senyuman.
"Wahh, enak kayanya. Boleh, Cia makan di kamar aja boleh, Bi? Soalnya Cia masih lemes, nih," kata Cia yang memang wajahnya masih sedikit pucat.
"Boleh dong, ayo, Bibi antar Non Cia dulu, habis itu Bibi bawakan sop iga kesukaan Non Cia sama waffle ice cream vanilla toping stawberry dan blueberry. Mau?"
Wajah Cia benar-benar bersemangat. Sudah beberapa hari ini dia hanya bisa memakan makanan rumah sakit yang rasanya sedikit hambar dan tidak bisa memanjakan lidahnya seperti di rumah.
"Ini waktunya pembalasan! Hahah ...."
Suara batin Cia terdengar begitu imut, tanpa berkata apa-apa dia langsung memeluk pembantu tersebut dengan bahagia.
Meski mereka tidak terlalu akrab, tetap saja apa yang Cia butuhkan dan sukai pasti sangat hapal. Tanpa diminta pun pembantu itu sudah mengerti apa yang diinginkan gadis kecil tersebut.
***
Sekitar jam 2 siang menjelang sore hari, Devano kembali pergi untuk menemui Misca. Dia terlihat sangat rapi dengan penampilan khas seperti seorang duda yang menolak tua.
"Aku harus segera menemui Misca dan meminta maaf, pasti gadis itu sangat marah karena kejadian beberapa hari lalu. Kali ini aku harus berjuang kembali menaklukkan hati Misca karena aku sangat mencintainya!"
Devano begitu antusias sekali mengejar cintanya. Dia tidak ingin kembali merasakan kehilangan, padahal semua itu sudah terjadi.
Misca sudah sampai di terminal bus menuju ke arah kampungnya. Dia naik ke dalam bus dalam keadaan sedih, pikirannya terus memanggil nama Cia.
Semenjak hari itu, tidak ada lagi pertemuan di antara mereka, sehingga kerinduan terpendam mampu dirasakan oleh hati yang sedikit gundah gulana.
"Se-selamat tinggal, Non Nina. Selamat tinggal Non Cia. Dan, selamat tinggal Tuan Devano. Semoga kalian semua bahagia!"
Sesampainya di rumah Nina. Devano langsung disambut dengan pelukan oleh gadis kecil tersebut. Dia memohon, bahkan menangis akibat kehilangan Misca.
Devano yang syok, melepaskan pelukan Nina dan mencoba mencari kejelasan pasti apa yang sudah terjadi. Kebetulan Tuan Kris bersama Nyonya Salsa datang menghampiri, lalu menjelaskan semuanya.
Betapa terkejutnya Devano. Cintanya yang ingin dijemput telah pergi. Entah di mana kampung Misca pun, mereka semua tidak ada yang tahu.
"Aaarrghhh ... si-al! Aku terlambat!"
"Ini semua terjadi akibat kebodohanmu yang tidak bisa memilih, pengecut!"
Devano berlari meninggalkan rumah Nina. Semua jalan dia telusuri, sampai menyuruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Misca.
Akankah Devano mampu mengejar cintanya kembali? Atau justru, dia harus merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya? Saksikan terus keseruan mereka yang semakin seru. Terima kasih.
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...
" aku membencimu"