Kenzo Abriano sang mafia datang kenegara X untuk bertemu ibunya, ia tidak menyangka hari pertama kedatangan dia dituduh melakukan pembunuh, untuk membersihkan namanya ia harus berkerja sama dengan polisi, bagaimana ia akan menghadapinya saat orang terdekat dan tersayang menjadi terancam karena keterlibatannya mengungkap kematian saudaranya yang tidak memiliki kejelasan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Loka Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XIII Kasus Berantai
Adriana dan Kenzo diajak Calvin sesuatu tempat, itu adalah sebuah bangunan yang terbengkalai ditengah pemukiman warga, kebanyakan dari tempat itu adalah para orang buangan yang tidak memiliki keluarga. Saat melihat Kenzo dan Adriana datang orang disana langsung menjadi pusat perhatian Calvin melambaikan tangan dan mereka langsung mengerjakan aktivitas mereka.
Bangunan kosong terlihat kotor dari luar, Adriana ingin mengeluh dengan tempat ini kenapa mengajak kemari tetapi baru ingin ia bertanya ia dikejutkan oleh tombol kecil yang baru saja ditekan oleh Calvin. Sebuah pintu besi terbuka lalu mereka masuk dan itu seperti lift turun kebawah.
Adriana terkejut tidak percaya bahwa tempat diluar yang terlihat kumuh ternyata di bawahnya terdapat ruangan yang seperti ini. Ruangan yang dilengkapi dengan cctv disetiap gedung diluar, padahal ia sama sekali tidak melihat adanya cctv tetapi dilayar didepan matanya semua tempat diluar dan didalam gedung terdapat cctv. Ada 2 orang disana, duduk didepan komputer, satu cewek berambut keriting yang diikat satu, permen lolipop tidak lepas dari mulutnya, ia tersenyum melihat Adriana dan Kenzo, satunya adalah laki-laki dengan tubuh tinggi tegak, dia tampan normal tetapi saat melihat mereka berdua ia langsung mengendus bau tubuh membuat Adriana tidak nyaman.
Kenzo langsung menarik pria itu menjauh dari Adriana saat ia mencoba mengendus tubuh adriana, pria itu terkejut saat mendapat tatapan tajam Kenzo, ia langsung menoleh pada Calvin saat mendapat Anggukan kecil dari Calvin pria itu langsung kembali ketempat duduknya.
" Namanya Andrew, dia dijuluki anjing pelacak karena penciuman yang tajam juga sensitif." Kata Calvin. " Disana Sabrina, dia IT peretas, dia lumayan hebat." lanjutnya melihat Adriana dan Kenzo yang manggut-manggut saja mendengar Calvin berbicara. Calvin sudah menelpon meminta kedua orang itu saat mereka dalam perjalanan untuk menyiapkan dua tempat bagi mereka.
" Aku sudah menyiapkan tempat untuk kalian berdua bekerja disini, tempat ini adalah orang-orang yang berkerja diluar resmi kepolisian, kita tidak terikat aturan yang penting kita mendapatkan pelaku kita bisa melaporkannya barulah bekerja sesuai peraturan kalau peraturan itu sesuai dengan hukuman yang didapat pelaku." jelas Calvin membuat Adriana bergelidik ngeri mendengarnya.
" Tenang saja, kalau kau tidak punya sandaran aku siap membiayai hidupmu." bisik Kenzo ditelinga Adriana.
" Heh, terima kasih tapi itu tidak perlu." kata Adriana sinis, Kenzo tertawa kecil melihat tingkah Adriana yang takut pada Calvin karena karirnya yang menurutnya diujung tanduk.
Kenzo sangat mengenal Calvin, pria itu tidak akan mencelakakan orang lain malah ia siap berkorban tetapi rumor tetap tidak bisa dihentikan, rumor paling parah yang terdengar adalah Calvin rela mengorbankan nyawa sahabatnya untuk karir yang cemerlang. Tidak ada yang tau apa yang terjadi tetapi orang-orang senang membicarakan hal yang tidak mereka ketahui apapun dan membuat cerita versi mereka sendiri.
tempat Kenzo dan Adriana bersebelahan juga berhadapan dengan Andrew dan Sabrina, sedangkan Calvin berada di ruangan sebelah.
" Apa yang kau bawa di amplop coklat?" tanya Kenzo, Sedari tadi Adriana memang menenteng amplop coklat dari mereka datang.
" Han yang memberinya tadi pagi tetapi belum sempat ku lihat, ini adalah hasil autopsi dan foto TKP Violet, gadis kampus yang dibunuh pacarnya." jawab Adriana.
Adriana membuka amplop itu dan melihat isinya, terdapat banyak foto hasil TKP tetapi Adriana terkejut memperhatikan satu foto, foto telapak tangan gadis itu.
" Ken-zo." panggil Adriana gagap, Kenzo yang sedang berkutat dengan ponselnya untuk membaca pesan yang dikirim ibunya, ia menoleh pada Adriana karena terdengar suara Adriana yang cemas.
" Ada apa?" Kenzo mengambil foto yang disodorkan Adriana, matanya membulat terkejut melihat foto itu, lambang bintang ditengah lingkaran tercetak ditelapak tangan gadis itu yang diukir dengan pisau kecil dilihat dari guratan luka pada telapak tangan.
" Ini foto TPK yang dikirim oleh Han." kata Adriana.
" Itu sudah dimulai tanpa disadari." kata Adriana lagi, ia memang tidak memperhatikan mayat sedangkan Kenzo hanya melihat mayat saat diautopsi. Kenzo sudah menjelaskan pada Adriana saat didalam mobil bahwa lambang di TKP di tepi hutan adalah lambang psikopat yang hilang selama 5 tahun terakhir sejak Kenza meninggal, lambang itu tidak pernah terlihat lagi jadi itulah mengapa Kenzo terkejut melihat lambang itu muncul saat dirinya datang kemari seolah kedatanganya telah ditunggu.
" Brian sudah ditangkap, jika si pembunuh adalah Dia, kenapa Brian mengaku bahwa dia yang membunuh pacarnya sendiri, mungkinkah..." Adriana tidak menyelesaikan kata-katanya.
" Mungkinkah apa?" tanya Kenzo penasaran.
" Mungkinkah Brian adalah pembunuh yang kita cari." kata Adriana yakin, Kenzo mendengus kesal, ia terlalu berharap lebih pada otak Adriana yang kecil.
" Jika pembunuh berfikir sepertimu, penjara akan penuh." kata Kenzo, Adriana langsung memukulnya.
" Jadi kau mengatakan kalau aku ini bodoh."
" Aku tidak mengatakannya, kau yang mengatakannya sendiri." Adriana memukul Kenzo bertubi-tubi, tetapi pukulan itu tidak menyakiti Kenzo sama sekali, sehingga hanya tampak gadis lemah yang memukuli prianya.
" Baiklah maafkan aku, cukup memukulku." kata Kenzo akhirnya walaupun ia tidak merasa sakit sama sekali karena pukulan Adriana.
" Haruskah kita mengintrogasi Brian?" tanya Adriana.
" Um, kemungkinan ia melihat pelakunya." Kata Kenzo. " Calvin." panggil Kenzo.
Calvin yang berada diruang sebelah keluar ketika Kenzo memanggilnya.
" Aku tidak tau kalau Calvin sangat jinak padamu." kata Adriana pelan yang hanya didengar oleh mereka berdua, Kenzo hanya mengabaikan perkataan Adriana karena ia memang belum menceritakan hubungannya dengan Calvin.
" Lihat." Kenzo menyerahkan foto lambang itu, Calvin terkejut.
" Dimana kalian mendapatkannya?" tanya Calvin tidak sabar. Kenzo mulai menceritakan tentang berita beberapa hari yang lalu, pembunuhan yang dilakukan oleh pacarnya sendiri dan hasil autopsi, foto itu diambil sebelum Mayat diantar ke forensik dan Louis tidak mengatakan apapun tentang lambang itu atau memang ia mengabaikan lambang itu karena tidak mungkin jika ia tidak melihat lambang itu karena dokter forensik akan memeriksa fisik terlebih dahulu.
Mereka bertiga segera pergi kantor polisi, setau Adriana hukuman Brian masih menunggu proses persidangan jadi ia akan pergi ke polisi penjara sementara untuk menahan sampai menunggu persidangan. Adriana, Kenzo dan Calvin datang melapor bahwa mereka ingin mengintrogasi ulang pelaku, polisi yang berjaga merasa heran melihat mereka bertiga.
Adriana mengeluarkan kartu identitas, polisi itu merasa bimbang karena pelaku sudah diserahkan pada pengadilan maka polisi yang bersangkutan harus mendapat surat izin dari pengadilan untuk bertemu pelaku tetapi pangkat Adriana sebagai pembawa pelaku tidak bisa diabaikan, Adriana meminta bertemu tetapi akhirnya polisi itu mengikuti aturan untuk tidak membiarkan siapapun bertemu sampai peradilan memutuskan.
Han tiba dikantor polisi karena Adriana sudah memintanya meminta surat izin bertemu saat Adriana dalam perjalanan menuju kantor polisi, awalnya Han heran karena Adriana tidak menjelaskan alasannya tetapi tetap ia lakukan. Setelah melihat surat izin yang dibawa Han polisi itu baru membiarkan Adriana bertemu dengan pelaku.
Sebuah ruangan interogasi disiapkan, hanya mereka berdua didalam ruangan itu, Adriana dan Brian yang terlihat kuyu entah itu wajah bersalah atau sedih karena ditangkap tidak ada yang tau.
Han, Calvin dan Kenzo diruang monitor menonton apa yang terjadi didalam ruangan.
" Aku tau bukan kau yang membunuh pacarmu." kata Adriana membuka pembicaraan dengan Brian, pria itu berkedip tangannya sedikit gemetar tetapi ia sembunyikan, ia lalu tertawa mengejek.
" Untuk apa melakukan semua ini? Aku yang melakukannya, aku sudah mengaku, apa lagi?" kata Brian , ia serasa muak seolah ia tidak ingin membahas tentang kekasihnya.
" Apa yang ia janjikan padamu?" tanya Adriana lagi, Brian memukul meja, ia menjadi marah.
" Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti." teriaknya marah.
" Kalau tidak mengerti, kenapa kau marah?"
" Pergi, aku sudah mengaku aku yang melakukannya, aku yang membunuhnya..." ia berdiri ingin keluar ruangan, karena tidak ingin berbicara dengan siapapun.
" Kalau begitu katakan padaku bagaimana kau membunuhnya." Seolah itu serangan fatal, Brian mengingat malam itu, malam dimana orang yang ia cintai mencoba meminta tolong padanya, mata gadis itu membulat sempurna sembari air mata mengalir, tetapi rasa sakit hati mengalahkan rasa kasihan. Ia menyesal saat melihat orang itu membunuh kekasihnya karena bujukan, gadis itu meronta, merintih meminta tolong padanya yang berada didepan mata, tetapi ia hanya menonton semua itu, tetapi disaat-saat terakhir ia menjadi tidak tega ia ikut memohon agar kekasihnya tidak dibunuh tetapi sudah terlambat.