Di alam semesta yang dikendalikan oleh Sistem Takdir Universal, setiap kehidupan, keputusan, dan perjalanan antar galaksi diatur oleh kode takdir yang mutlak. Namun, segalanya berubah ketika Arkhzentra, seorang penjelajah dari koloni kecil Caelum, menemukan Penulis Takdir, alat kuno yang memberinya kekuatan untuk membaca dan memanipulasi sistem tersebut.
Kini, ia menjadi target Kekaisaran Teknologi Timur, yang ingin menggunakannya untuk memperkuat dominasi mereka, dan Aliansi Bintang Barat, yang percaya bahwa ia adalah kunci untuk menghancurkan tirani sistem. Tapi ancaman terbesar bukanlah dua kekuatan ini, melainkan kesadaran buatan Takdir Kode itu sendiri, yang memiliki rencana gelap untuk menghancurkan kehidupan organik demi kesempurnaan algoritmik.i
Arkhzentra harus melintasi galaksi, bertarung melawan musuh yang tak terhitung, dan menghadapi dilema besar: menghancurkan sistem yang menjaga keseimb
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Topannov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konflik Pandangan
Saat mempersiapkan perjalanan ke Bumi, Arkhzentra dan timnya terlibat dalam perdebatan sengit dengan Kaelzenthra. Pemimpin Aliansi Barat ingin menghancurkan pusat energi di Bumi untuk melumpuhkan Takdir Kode secepatnya, tanpa memikirkan dampaknya pada kehidupan di planet itu. Konflik ini memicu ketegangan antara Arkhzentra dan Kaelzenthra, menempatkan mereka di sisi yang berlawanan dalam strategi perang melawan Kekaisaran.
---
Narasi Cerita:
Hangar utama Ardhalis dipenuhi aktivitas. Teknisi-teknisi Aliansi Barat berlalu-lalang, memeriksa kapal-kapal yang diparkir di sepanjang lantai logam berkilauan. Di tengah kesibukan itu, Arkhzentra berdiri di samping Zephyr, wajahnya tegang saat ia menatap Kaelzenthra, yang berdiri dengan tangan terlipat.
“Kau tidak bisa serius,” kata Arkhzentra, suaranya dingin tapi tajam.
Kaelzenthra menatapnya dengan ekspresi dingin yang tak tergoyahkan. “Aku sangat serius. Menghancurkan pusat energi di Bumi adalah cara tercepat untuk melumpuhkan Takdir Kode dan Kekaisaran. Semakin lama kita menunda, semakin banyak nyawa yang hilang di seluruh galaksi.”
“Dan kau bersedia mengorbankan miliaran orang di Bumi untuk itu?” balas Arkhzentra, langkahnya maju mendekati wanita itu. “Itu bukan strategi. Itu genosida.”
Kaelzenthra tidak bergerak, tetapi matanya menyipit. “Kau pikir Kekaisaran akan menunjukkan belas kasihan pada galaksi ini? Mereka telah menggunakan Takdir Kode untuk memperbudak dunia demi dunia. Apa yang kau tawarkan, Arkhzentra? Rencana idealis yang belum tentu berhasil? Atau tindakan nyata yang bisa menghentikan mereka sekarang?”
“Kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi jika pusat itu dihancurkan,” sela Lyrientha, mencoba meredakan ketegangan. “Ada kemungkinan besar bahwa kerusakan pada Bumi akan lebih dari sekadar lokal. Itu bisa memicu kehancuran sistemik di seluruh planet.”
“Itu risiko yang harus kita ambil,” jawab Kaelzenthra tegas. “Perang tidak pernah tanpa pengorbanan.”
“Ini bukan perang, Kaelzenthra,” potong Arkhzentra dengan nada tajam. “Ini pembantaian yang kau rencanakan, dan aku tidak akan menjadi bagian darinya.”
Hening sesaat. Hangar yang sibuk terasa sunyi di sekitar mereka, meskipun aktivitas masih berlangsung. Orang-orang di dekat mereka mencuri pandang, waspada terhadap ketegangan yang semakin memanas.
Kaelzenthra melangkah maju, berdiri hanya beberapa inci dari Arkhzentra. “Dengar, anak muda,” katanya, suaranya rendah tetapi penuh otoritas. “Aku telah berjuang melawan Kekaisaran selama lebih lama daripada yang bisa kau bayangkan. Aku telah kehilangan lebih banyak daripada yang pernah kau miliki. Jika aku mengatakan bahwa ini adalah jalan terbaik, itu karena aku tahu apa yang diperlukan untuk menang.”
Arkhzentra tidak mundur. “Kita mungkin memiliki tujuan yang sama, tetapi aku tidak akan mengorbankan kehidupan tak bersalah hanya untuk mempercepat kemenangan. Kalau kita tidak menemukan cara untuk menghentikan Takdir Kode tanpa menghancurkan Bumi, maka itu adalah kegagalan kita—bukan mereka.”
Rhaegenth, yang berdiri di dekat pesawat, melirik ke arah Lyrientha dan berbisik, “Ini tidak akan berakhir baik.”
Kaelzenthra akhirnya mundur, tatapannya tetap tajam. “Baiklah,” katanya, suaranya kembali dingin. “Kalau itu keputusanmu, Arkhzentra. Tapi ingat ini: saat waktu kalian habis, aku akan bertindak. Aku tidak akan membiarkan idealisme bodoh menghancurkan kesempatan kita untuk menyelamatkan galaksi.”
Ia berbalik dengan gerakan anggun, meninggalkan mereka dengan atmosfer yang tegang.
“Yah, itu berjalan mulus,” kata Rhaegenth dengan nada sinis, melangkah mendekati Arkhzentra.
“Kita tidak bisa mempercayainya,” kata Arkhzentra pelan, suaranya dipenuhi tekad. “Dia akan menghancurkan Bumi begitu dia mendapat kesempatan.”
“Jadi, apa rencanamu?” tanya Lyrientha, menyilangkan tangan di dada.
“Kita sampai ke pusat itu sebelum dia melakukannya,” jawab Arkhzentra tegas. “Dan kita temukan cara untuk melumpuhkan Takdir Kode tanpa menghancurkan planet ini.”
“Kalau begitu kita harus segera bergerak,” kata Lyrientha sambil melirik ke arah Zephyr. “Kaelzenthra mungkin memberimu waktu, tetapi aku yakin dia tidak akan menunggu lama.”
Arkhzentra mengangguk, lalu berjalan menuju Zephyr dengan langkah mantap. Di belakangnya, Rhaegenth dan Lyrientha saling bertukar pandang sebelum mengikuti.
Zephyr mulai menyala, mesinnya bergemuruh saat mereka bersiap meninggalkan Ardhalis. Di sudut gelap hangar, seorang mata-mata Aliansi mengamati mereka, mengirimkan pesan rahasia ke Kaelzenthra. Dengan ekspresi dingin, Kaelzenthra menerima laporan itu, matanya menyiratkan niat yang tidak akan terhalang oleh siapa pun.