Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya berubah semenjak kematian sang ayah, membuat dirinya berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Setelah menonton film, Hermawan memutuskan untuk mengajak Puteri jalan-jalan sambil mencari tempat untuk makan malam, sebelum mengantarkannya pulang.
Mereka memutuskan untuk makan malam di daerah Punclut, sambil melihat view malam yang indah. Tempat makan yang cukup terkenal dan makanannya juga cukup enak.
Hermawan dan Puteri langsung masuk, setelah memilih menu makanan, mereka lalu naik ke lantai atas memilih tempat duduk lesehan.
Sambil menunggu makanan datang, merekapun melanjutkan pembicaraan yang sepertinya semakin seru. Sedikit banyak mereka saling mengenal satu sama lain, bahkan Puteri sudah bercerita tentang sejauh mana ia berpacaran dulu dengan mantan kekasihnya.
Hermawan tidak mempermasalahkan masa lalu Puteri, ia sudah jatuh cinta kepada Puteri sejak pandangan pertama, walau ini bukan kali pertama mereka mengobrol, namun ini obrolan pertama mereka tatap muka secara langsung.
Perasaan Puteri jadi campur aduk, antara grogi karena dipandangi Hermawan terus, lapar dan kesemutan karena duduk dilesehan. Yah konyol memang namun itulah Puteri, kadang sulit mendeskripsikan perasaannya.
Singkat cerita makanan pun datang, dan mereka menyantapnya dengan lahap. Dirasa waktu sudah cukup malam, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang.
********************
Puteri akhirnya tiba di rumah dengan selamat, setelah perutnya merasa kekenyangan, dan setelah seharian keluar membuatnya lelah, maka ia memutuskan untuk beristirahat, karena esok adalah hari pernikahan Selvi.
Hari yang ditunggu-tunggu Selvi dan Riyad pun tiba, akhirnya mereka sudah resmi menjadi suami istri walaupun ada sedikit masalah yang hampir di lakukan oleh Aldi, namun semua bisa ditangani dengan baik.
Hari itu Puteri sangat sibuk hingga ia lupa mengabari Hermawan. Dilihatnya ada banyak panggilan dan pesan dari pria yang sedang dekat dengannya itu.
Puteri lantas menghubungi Hermawan, meminta maaf karena seharian ini ia sibuk hingga tidak sempat membalas pesannya.
Hermawan pun merasa lega karena akhirnya Puteri menghubunginya, ia hanya khawatir karena tidak biasanya Puteri sampai menghilang tidak ada kabar.
Setelah lama mengbrol ditelepon, mereka memutuskan untuk beristirahat. Kemudian Puteri mengisi daya ponselnya dan menyimpannya diatas nakas.
Beberapa hari berlalu, Selvi mengabari jika ia sudah kembali dari bulan madu mereka dan mengajak Puteri untuk bertemu, kebetulan sekali Puteri pun ingin berbicara penting kepada Selvi, mengenai masalah yang hampir terjadi diacara pernikahannya itu.
Awalnya Selvi menolak, namun Riyad mengatakan tidak ada salahnya jika Aldi memang ingin bertemu dan menyelesaikan ini, kemudian mereka janjian di sebuah cafe.
Selvi dan Riyad sudah tiba terlebih dahulu, disusul oleh Puteri, kemudian Aldi dan Lika. Selvi yang terkejut melihat Aldi dan Lika bertanya-tanya.
"Maksudnya apa nih, kok kamu datang sama Mbak Lika??" Tanya Selvi yang bingung.
"Tenang sayang, jangan dulu emosi!" Ucap Riyad seraya menenangkan istrinya.
"Iya Vi, kamu santai dulu, kasih mereka kesempatan buat jelasin, oke!" Sambung Puteri.
Selvi hanya mengangguk setelah mendengar ucapan Puteri. Kemudian Aldi dan Lika menjelaskan kronologinya. Selvi sempat menangis tidak percaya, bahwa mantan kekasihnya itu berselingkuh dengan ARTnya sendiri, bahkan mereka melakukan itu dikamarnya.
Aldi meminta maaf kepada Selvi untuk semua yang terjadi selama ini, dan apa alasannya dia sampai berlaku kasar saat mereka bertemu di mal.
Aldi juga mengatakan, untung saja Puteri menggalkan rencananya di acara resepsi Selvi, jika tidak ia akan menyesal sekali sudah menghancurkan hari bahagia mantan kekasihnya itu.
Intinya masalah ini sudah selesai, mereka sudah bisa berdamai dengan keadaan, dan mereka sudah menemukan kebahagiaan masing-masing. Aldi pun berencana menikahi Lika, dan ia berharap jika Selvi dan Riyad mau menghadiri pernikahannya, juga ia mengindang Puteri secara khusus.
Jujur Aldi ucapkan kepada Puteri ia benar-benar merasa trauma setelah kejadian itu, ia tidak menyangka bahwa dalang dari penyekapannya adalah seorang wanita, yaitu Puteri. Dan berkat Puteri lah ia bisa mendapatkan kenyataan soal kehamilan Lika, seandainya kala itu ia tidak disekap, maka mungkin ia tidak akan pernah mengetahui jika Lika sedang mengandung anak yang selalu ia nantikan.
Setelah mengungkapkan semuanya, Aldi dan Lika lalu pamit, menyisakan Selvi, Riyad dan Puteri di cafe itu. Namun kemudian Selvi menanyakan sesuatu kepada Puteri mengenai penyekapan apa yang Aldi maksudkan.
Dengan tertawa geli Puteri pun menceritakan semua kejadiannya dari A-Z, ia sengaja tidak memberitahu Selvi, karena tidak ingin saudari sepupunya itu menjadi tidak fokus dan malah menjadi pikiran yang tidak-tidak menjelang pernikahannya.
Selvi dan Riyad yang mendengar itu hanya diam mematung, seolah tidak percaya bahwa seorang Puteri bisa melakukan hal sesadis itu, membuat bulu kuduk mereka merinding, pasalnya Puteri menceritakan itu semua dengan santai sambil mengaduk-aduk minumannya lalu menatap mereka dengan tatapan tajam.
Selvi dan Riyad saling pandang, mereka seolah melempar pertanyaan dalam tatapan masing-masing, apakah benar ini Puteri yang mereka kenal selama ini?? Bahkan Selvi yang memang sepupunya pun tidak pernah menyangka Puteri bisa melakukan itu.
Puteri lalu terdiam melihat mereka yang masih saling pandang. Menyadari Puteri sedang memperhatikan mereka, mereka pun jadi salah tingkah.
"Kalian bedua kenapa sih, kok saling pandang gitu??"
"Eeeeh, eee-eenggaak kok Put!!" Jawab keduanya kompak.
"Hmmm" Puteri berdehem sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Put, are you ok??" Tanya Selvi ragu-ragu, takut menyinggung sepupunya.
"I'm ok, Why??"
"Sumpah Put, aku merinding denger cerita kamu!!" Lanjut Selvi sambil memperlihatkan tangannya, seolah menunjukan bulu kuduknya yang berdiri.
"Iya aku juga, aku merasa saat kamu bercerita, itu seperti bukan kamu!!!" Timpal Riyad, polos.
"Sungguh???" Tanya Puteri menatap mereka dengan pandangan tajam lagi.
Mereka hanya mengangguk sambil menelan saliva yang rasanya sangat sulit untuk ditelan. Suasana seketika menjadi horor. Sampai Puteri berjalan kearah mereka yang sedang duduk, memunculkan kepala ditengah-tengahnya sambil berkata.
"Aku paling gak suka, kalo ada orang luar, yang mengusik kebahagiaan orang-orang yang aku sayangi, dan itupun berlaku untuk kamu Riyad!!, kalo sampe aku tahu kamu buat Selvi menderita maka... Keeeeeekk!" Gayanya seolah memotong leher. Sambil kembali dudui di kursinya.
Selvi dan Riyad hanya diam menunduk, melihat tatapan tajam Puteri yang memperagakan itu seolah nyata. Keheningan terasa di tempat itu, hanya terdengar suara nafas mereka yang bergemuruh.
"Hahahah woy, kalian ini kenapa sih??? Serius amat, aku cuma becanda kali!!!" Ucap Puteri mengejutkan mereka.
"Gak lucu deh Put, horor banget anjir!!!" Gerutu Selvi yang kesal dengan sepupunya.
"Sorry-sorry, aku becanda, abisnya kalian sih yang mancing!!"
"Mancing apa coba??" Sewotnya lagi.
"Mancing aku buat ngomong apa adanya, ya aku sambil mendalami peran kala itulah!!! Ahahahahahah"
"Sialan!!!" Makinya sambil mendelikkan bola mata malas.
Tiba-tiba teleponnya berdering, Puteri beranjak menjauh untuk mengangkatnya dan setelah ngobrol sebentar Puteri kembali ke meja.
"Put, kayaknya kita harus balik nih, mau anterin oleh-oleh dulu ke yang lain, takut keburu malem, kamu mau balik juga atau ada acara lagi??" Tutur Selvi sambil membereskan barang-barang miliknya dan suaminya yang ada diatas meja.
"Aku masih mau disini, kebetulan janjian sama orang, kalian duluan aja!!"
"Yaudah kita duluan ya!" Pamit Selvi sambil cipika cipiki.
"Mari Put!" Pamit Riyad sambil tersenyum.
*****************
15 menit kemudian Hermawan tiba dicafe tersebut. Sepertinya ia begitu rindu ingin segera bertemu Puteri, terlihat dari caranya yang buru-buru menghampiri saat masuk ke dalam cafe, kemudian duduk dihadapan Puteri.
Puteri yang tidak menyadari kedatangan Hermawan karena sedang fokus dengan ponselnya, sempat terhentak kaget.
Hermawan yang melihat reaksi Puteri pun langsung tersenyum, kemudian ia memesan minuman untuknya. Sambil menunggu Hermawan langsung membuka obrolan.
"Put, weekend ini kamu mau ikut ga??" Ajak Hermawan sambil menatap wanita dihadapannya itu.
"Kemana??"
"Aku pengen ngenalin kamu sama keluarga aku." Jawabnya antusias.
"Hah??" Puteri hampir tersedak saat mendengar jawaban Hermawan
"Iya, kenapa kok kamu kaget gitu??"
"Ya, aa-aku kaget aja, kenapa kamu tiba-tiba mau kenalin aku ke keluarga kamu??" Sambil mengelapkan tisu di bibirnya.
"Aku suka sama kamu Put, dari awal kita chat, teleponan, terlebih saat kita ketemu, rasa aku makin besar, dan aku pengen serius sama kamu!, apa kamu mau jalani sama aku??"
Puteri hanya terdiam, ia bingung harus menjawab apa, pasalnya ini terlalu terburu-buru, namun tak dipungkiri juga, Puteri memang mulai jatuh hati pada Hermawan.
"Put, kok diem???"
"Hah gimana gimana??" Jawab Puteri yang tersadar dari lamunannya.
"Kamu mau gak jalani sama aku?, aku suka sama kamu, aku pengen serius sama kamu, kalo kamu punya perasaan yang sama juga sama aku, tolong kamu terima ini." Sambil menyerahkan kotak cincin ke hadapan Puteri.
Hening seaaat, Puteri sedang bergelut dengan pikirannya sendiri, ia takut untuk menjalin hubungan lagi, namun melihat kesungguhan Hermawan, ia yakin pria yang ada dihadapannya itu ialah jawaban dari Tuhan atas nazarnya.
"Hmm ya aku mau!!" Jawab Puteri tersipu malu.
Hermawan tersenyum bahagia, lalu ia memakaikan cincin itu dijari manis Puteri.
********************
Hari ini, mereka memutuskan untuk bertemu dengan keluarga Hermawan. Ia adalah anak ke 4 dari 5 saudara. Kakak pertama dan adik bungsunya adalah perempuan, sedangkan kakak kedua dan ketiga adalah laki-laki.
Hermawan masih mempunyai kakek dan nenek yang masih sehat, dan mereka semua welcome terhadap Puteri, termasuk paman, bibinya juga sepupunya.
Puteri merasa sangat bahagia, itu pengalaman pertamanya langsung dipertemukan dengan keluarga besar, hingga ada obrolan dari keluarganya bahwa bulan depan mereka akan melamar Puteri.
What????, Kejutan apalagi ini??, Apa tidak terlalu terburu-buru??, mereka mengatakan jika mereka tidak ingin menunda hal baik, ditambah usia Puteri dan Hermawan sudah cukup untuk menikah.
Kemudian Hermawan dan Puteri kembali pulang kerumah masing-masing, Puteri masih belum percaya dengan semua yang terlalu terburu-buru ini, pasalnya hubungannya dengan Hermawan masih dibilang sangat baru, belum seumur jagung pun.
Namun Puteri tidak mau mengecewakan Hermawan dan keluarganya, Puteri masih berpikir, ini mungkin jawaban atas nazarnya, namun ini sungguh terlalu cepat.
Singkat cerita setelah melakukan lamaran, 1 bulan kemudian Puteri menikah dengan Hermawan, acaranya memang tidak terlalu meriah, namun tamu undangan dari pihak Hermawan ternyata jauh dari yang Puteri perkirakan, teman-teman Hermawan yang datang pun berkali-kali lipat dari temannya Puteri.
Hari itu begitu meriah bagi Puteri, sayang dia harus menjalani pernikahan tanpa sosok Ayah yang menjadi walinya, sedih memang, namun Puteri yakin ayah sedah menyaksikan ini, dan beliau pun bahagia atas pernikahan Puteri.