Alden adalah seorang anak yang sering diintimidasi oleh teman-teman nakalnya di sekolah dan diabaikan oleh orang tua serta kedua kakaknya. Dia dibuang oleh keluarganya ke sebuah kota yang terkenal sebagai sarang kejahatan.
Kota tersebut sangat kacau dan di luar jangkauan hukum. Di sana, Alden berusaha mencari makna hidup, menemukan keluarga baru, dan menghadapi berbagai geng kriminal dengan bantuan sebuah sistem yang membuatnya semakin kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6 Pria besar pemarah
Saat Alden dan Naira larut dalam pembicaraan mereka, pintu rumah mereka tiba-tiba diketuk dengan keras, membuat mereka semua menjadi waspada.
Jika di tempat normal, mungkin mereka akan membuka pintu dan menyambut tamu yang datang dengan hormat. Tapi saat ini, mereka bukan berada di tempat yang normal.
"Apa kau biasa menerima tamu?" tanya Alden berbisik pelan.
"Tidak, memberikan alamat kepada orang asing sama saja dengan bunuh diri, aku akan memeriksanya."
Naira perlahan menuju pintu dan membukanya dengan hati-hati namun tetap waspada, begitu pun dengan Alden yang sudah mengamankan Lucy di belakang badannya.
Begitu pintu terbuka, terlihat seorang pria tua berpenampilan lusuh, penuh keringat serta ketakutan.
"Kakek Val, apa yang terjadi padamu?!" kata Naira, kenal dengan pria tua tersebut.
"Naira! Kau harus segera pergi dari tempat ini!" Pria tua yang dipanggil Kakek Val terlihat begitu panik dan terburu-buru. "Sudah! Jangan banyak tanya dan larilah sekarang."
Belum sempat Naira bertanya, seorang pria berbadan besar, botak, dan tubuhnya yang dipenuhi tato muncul di belakang Kakek Val. Dengan sekali ayunan tangannya, Kakek Val terbanting ke samping hingga kepalanya mengalami pendarahan hebat.
"Kakek Val!" teriak Naira.
"Akhirnya aku menemukanmu, pencuri kecil, mwehehehe!" Alden dan Naira terperangah saat pria bertubuh besar itu mendekat, langkahnya berat dan mengintimidasi. Alden mundur selangkah, melindungi Lucy di belakangnya dengan lebih erat.
"Siapa kau?" kata Alden, suaranya berusaha tetap tegar meski ada sedikit getaran tak disengaja.
Pria itu tertawa lagi, suara tawanya lebih mirip geraman. Sorotan matanya seolah-olah membara dengan kebencian. "Seseorang yang sudah bosan dikecoh oleh kalian yang lemah," dia menyeringai—sebuah pemandangan yang justru membuat suasana semakin mencekam.
Sementara itu, Naira berlari menuju Kakek Val yang tergeletak di lantai, berusaha memastikan kondisinya. Tetapi Kakek Val hanya bisa menggumamkan beberapa kata lemah, "Pergi, Naira. Selamatkan dirimu dan temanmu."
Naira mengangguk, tercekik emosi, namun tahu bahwa keadaan menuntutnya untuk bertindak cepat dan rasional. "Alden, kita harus pergi," bisiknya penuh urgensi.
Alden sejenak terpaku sebelum akhirnya mengangguk. Mereka berpikir keras, mencari jalan keluar terbaik dalam situasi yang semakin memburuk ini.
Namun, pria bertato itu sepertinya tak memberi mereka banyak waktu berpikir. "Kalian pikir bisa lari dariku?" katanya sambil menarik sebuah belati dari pinggangnya, genggamannya saja sudah mematikan, sekarang ditambah dengan senjata.
Alden mengambil napas dalam-dalam, mempersiapkan langkah berikutnya. "Kau salah jika mengira kami akan menyerah begitu saja," ucapnya, mencoba terdengar lebih percaya diri dari yang ia rasakan.
Kekacauan dalam ruangan semakin memuncak dengan ketegangan yang kian menebal. Naira dan Alden saling memberikan tatapan penuh pengertian—satu pergerakan yang salah, dan segalanya akan berakhir dengan malapetaka. Pilihan satu-satunya adalah bertarung atau mencari celah untuk melarikan diri.
Saat pria besar itu mulai bergerak mendekat, Naira dan Alden bersiap untuk menghadapi ancaman yang ada di depan mata, berharap ada keajaiban yang berpihak pada mereka.
Dengan kecepatan dan kelincahan alami Naira, ia berhasil menghindari seluruh serangan pria besar itu. Berkali-kali ia berhasil mendaratkan pukulan dan tendangan, namun tidak ada satu pun dari itu yang berdampak.
"Hehehe, rasanya sangat geli," ucapnya membuat bulu kuduk siapa pun berdiri.
"Dasar bajingan!"
"Naira, tenangkan dirimu!" teriak Alden memberi peringatan melihat gerakan Naira yang semakin kacau.
Hingga hal yang tidak diinginkan pun terjadi, pria berbadan besar itu berhasil menangkap kaki Naira, ia mengangkat gadis itu seperti kucing yang tidak berdaya.
"Lepaskan tanganmu darinya!" Alden menerjang ke arah si bongsor dan menggunakan skill Hunter Strike ke leher lawannya.
Namun, sebelum serangan Alden bisa mengenai sasaran, pria bertubuh besar itu dengan mudah mengayunkan Naira seperti senjata, menghalanginya untuk mendekat. Alden terpaksa berbelok di udara, mendarat dengan lincah untuk menghindari bentrokan.
Naira menjerit, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman pria itu, tetapi kekuatannya benar-benar luar biasa. "Kau harus melakukan yang lebih baik dari itu," ejek pria tersebut sambil mempererat cengkeramannya di pergelangan kaki Naira.
Sementara itu, di tengah kebingungan dan ketakutan, Alden harus berpikir cepat. Sambil mengerutkan alis, otaknya bekerja keras memikirkan strategi lain. Ia tahu, menyerang secara langsung hanya akan membahayakan Naira.
Dia kembali mengambil posisi, menatap musuh dengan tekad. "Aku harus mengalihkan perhatiannya," pikir Alden. Matanya tertuju pada benda-benda di sekitar ruangan yang mungkin bisa dimanfaatkan sebagai senjata atau alat pengalih perhatian.
Sejenak kemudian, mata Alden tertuju pada sebuah guci besar di sudut ruangan. Mencari kesempatan, dia menerjang ke arah guci dan menghantamkannya ke arah pria bertubuh besar. Suara pecahan keramik bergema, dan pecahan guci beterbangan ke segala arah.
Namun, alih-alih marah, pria bertato itu justru tertawa terbahak-bahak, "Benar-benar lelucon yang bagus, anak kecil!"
Di tengah keributan itu, Naira yang tergantung pada bahu pria besar itu memanfaatkan gangguan sesaat untuk mencapai pinggang pria tersebut, mengeluarkan pisau kecil yang tersembunyi di balik sabuknya. Dengan gerakan cepat, dia menusukkannya ke lengan pria itu.
Terkejut dan mengerang kesakitan, pria bertubuh besar itu melepaskan Naira, memungkinkan dia untuk berlari menjauh sebelum belati terbang kembali ke tangan pria itu.
Mengambil napas panjang, Naira dan Alden berdiri berdampingan, keduanya tahu bahwa waktu untuk melarikan diri sudah semakin menipis. Pria itu mungkin terluka, tetapi kemarahannya membuat dia semakin berbahaya.
[Quest baru: Kalahkan Bugo! Hadiah: 7.000 koin, Strength +10, dan membuka fungsi toko sistem!]
"Apa rencanamu?" tanya Naira, bersandar pada Alden.
Alden merenung sebentar dan berkata penuh percaya diri, "Kita akan mengalahkannya! Aku punya rencana."
Alden menatap Bugo, pria bertubuh besar itu, yang kini terlihat marah dan semakin liar. Meskipun mereka telah memberikan perlawanan, Alden tahu bahwa kekuatan dan ketahanan Bugo jauh di atas rata-rata. Mereka harus menggunakan strategi cerdas, bukan hanya mengandalkan kekuatan semata.
"Kita harus memanfaatkan kelincahan kita," bisik Alden, memastikan suaranya hanya terdengar oleh Naira. "Kita buat dia terus bergerak, sambil mencari celah untuk menyerang titik lemahnya."
Naira mengangguk, berdebar-debar tetapi bersemangat. Dia mempercayai insting dan kepemimpinan Alden. Bersama-sama, mereka mengitari ruangan, menjaga jarak dari Bugo yang tampak semakin gusar.
Dengan gerakan cepat, Alden menyambar potongan pecahan guci terdekat dan melemparkannya ke arah Bugo. Pecahan itu mengenai bahunya, memicu reaksi marah. Saat perhatian Bugo teralih pada Alden, Naira bergerak mendekati sudut ruangan mengambil seutas tali yang tampaknya bisa berguna.
Alden terus bergerak, menghindari serangan Bugo yang datang bertubi-tubi. Di satu titik, dia berhasil mengalihkan perhatian Bugo dengan melontarkan satu pertanyaan tajam, "Apa kau takut menghadapi seseorang yang lebih kecil dan lebih lemah darimu?"
Provokasi ini membuat Bugo semakin berang. Saat itulah, Naira bertindak. Dengan cepat dia meletakkan tali di lantai, membentuk sebuah jerat yang siap kapan saja digunakan. Dia memberikan isyarat pada Alden, yang segera mengerti maksudnya.
Mereka berdua terus berpindah-pindah, mencoba membuat Bugo kelelahan. Alden memancingnya untuk bergerak ke arah set jerat. Seiring dengan semakin berkurangnya kesabaran Bugo, langkahnya menjadi ceroboh. Ketika Bugo akhirnya menginjak jerat, dengan sigap Naira menarik ujung tali dan membuat pria besar itu terjatuh.
Suara keras tubuh Bugo menumbuk lantai membuat ruangan bergetar. Alden dan Naira dengan cepat melompat ke depan. Sambil memanfaatkan momentum, Alden menekan kepalan tangannya ke leher Bugo, sementara Naira mengunci pergelangan tangannya.
Namun, meskipun terjebak, Bugo masih berusaha melawan, mengerahkan seluruh kekuatannya. Dengan susah payah dia bangkit setengah duduk, tetapi Alden memukul pelipisnya dengan tangan kosong, mengurangi sisa-sisa usaha perlawanan Bugo.
Kesempatan ini tidak disia-siakan. Alden dan Naira terus menekan hingga akhirnya Bugo pingsan, terbaring tak berdaya di lantai. Mereka terengah-engah, sejenak merasa lega karena berhasil mengatasi ancaman itu.
[Quest selesai: kamu telah mengalahkan Bugo! Hadiah: 7.000 koin, Strength +10, dan membuka fungsi toko sistem!]
[Level anda meningkat menjadi 5]
"Sekarang, kita harus segera pergi dari sini," ucap Alden dengan suara yang masih terengah, mengulurkan tangannya ke Naira. "Dia bisa saja mengumpulkan kekuatannya lagi."
Naira menggenggam tangannya dengan erat. Bersama dengan Lucy yang aman terkendali, mereka pun bergegas meninggalkan ruangan itu, melangkah menuju kebebasan dan tantangan berikutnya yang menanti mereka.