Akhir diskusi di majelis ta'lim yang dipimpin oleh Guru Besar Gus Mukhlas ternyata awal dari perjalanan cinta Asrul di negeri akhirat.
Siti Adawiyah adalah jodoh yang telah ditakdirkan bersama Asrul. Namun dalam diri Siti Adawiyah terdapat unsur aura Iblis yang menyebabkan dirinya harus dibunuh.
Berhasilkah Asrul menghapus unsur aura Iblis dari diri Siti Adawiyah? Apakah cinta mereka akan berakhir bahagia? Ikuti cerita ini setiap bab dan senantiasa berinteraksi untuk mendapatkan pengalaman membaca yang menyenangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendro Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pil Buatan Siti Adawiyah
Zeus melanjutkan perkataannya. "Siti Adawiyah orangnya sangat baik, cantik, cerdas, pintar ilmu pengobatan. Sangat mustahil dia terlibat dengan suku Iblis. Bagaimana bisa.. Ini sudah pasti sebuah kesalahpahaman!"
"Krakatak.. Dhuar!"
Tidak lama Zeus menyanjung Siti Adawiyah, tiba-tiba mereka mendengar suara menggelegar seperti sebuah bom yang sedang meledak. Semua yang mendengarnya sangat terkejut, kecuali Asrul.
"Ini yang kau katakan orangnya sangat baik, cantik, cerdas, pintar ilmu pengobatan?" Asrul menunjuk kamar Siti Adawiyah.
Asrul telah mengetahui bahwa suara menggelegar itu adalah perbuatan Siti Adawiyah, karena dia pernah mendengar seperti ini sebelumnya.
Surti dan Bianca yang juga mendengar suara menggelegar itu, segera mendatangi kamar Siti Adawiyah.
"Siti Adawiyah! Apa yang telah terjadi?" Surti bertanya kepada Siti Adawiyah.
"Surti, Bianca, lihatlah! Akhirnya aku berhasil membuat sebuah pil yang telah dimurnikan." Siti Adawiyah dengan bangga menunjukkan dua buah pil yang berukuran sebesar bola pingpong berwarna hitam.
Walaupun seluruh pakaiannya lusuh, mukanya hitam gosong dan rambutnya acak-acakan, Siti Adawiyah merasa sangat bahagia karena telah berhasil dalam penelitiannya.
Surti yang melihat pil buatan Siti Adawiyah, sedikit kaget. "Pil ini sepertinya mirip dengan senjata rahasia milikku. Apakah sebenarnya engkau tidak membuat pil melainkan membuat senjata?"
Bianca juga berkomentar setelah melihat pil buatan Siti Adawiyah ini. "Sebaiknya berhati-hati jika hendak menggunakan pil yang baru engkau murnikan ini. Jika ternyata ada sedikit kesalahan dalam pembuatannya, bisa menyebabkan keracunan. Apalagi engkau baru kali ini memurnikan pil. Bukankah demikian?"
Siti Adawiyah tidak perduli dengan tanggapan Surti ataupun Bianca. Justru Siti Adawiyah hendak menguji sendiri khasiat pil hasil pemurnian yang dilakukan sendiri olehnya.
"Surti. Aku pernah mendengar bahwa dibelakang dapur istana terdapat sebuah danau yang airnya sangat dingin. Benarkah selama ini tidak ada yang berhasil selamat setelah berendam didalam danau itu?"
Surti membenarkan perkataan Siti Adawiyah. "Ya, memang benar demikian. Saya pernah mendengar tentang meninggalnya seorang anak pelayan kerajaan. Saat itu dia bermain dipinggir danau tersebut, lalu terpeleset kedalam danau itu. Padahal anak tersebut segera dikeluarkan dari dalam danau. Namun nyawanya tidak tertolong karena betapa dinginnya air danau tersebut."
"Yes! Sekarang aku bisa langsung membuktikan kemanjuran pil buatanku ini." Siti Adawiyah berfikir jika dia memakan pil buatannya ini, dia dapat mengatasi rasa dingin karena berendam didalam danau tersebut.
Malam harinya, saat semua penghuni istana sedang beristirahat, Siti Adawiyah pergi sendirian ke danau dibelakang dapur istana. Siti Adawiyah tidak mengetahui kalau sebenarnya Asrul secara diam-diam sedang mengawasi dia.
"Wuih.. Benar-benar dingin hawa disini." Siti Adawiyah menyentuhkan ujung jari kakinya pada air danau. "Hmm.. Dinginnya air danau ini seperti air es."
Siti Adawiyah mengeluarkan pil buatannya dari kantong yang dibawanya. "Mau tak mau aku harus mencoba membuktikan khasiat pil ini. Aku akan berenang didalam danau ini setelah aku memakan satu pil ini."
Asrul terus mengawasi Siti Adawiyah dari kejauhan. Dilihatnya Siti Adawiyah memakan pil itu sambil nyengir, seperti orang yang tidak tahan memakan makanan yang rasanya getir.
Setelah Siti Adawiyah memakan satu pil, tiba-tiba Siti Adawiyah meloncat kedalam danau tanpa ragu. Asrul sangat terkejut melihatnya, dia tidak menyangka kalau Siti Adawiyah mempertaruhkan nyawanya demi membuktikan kemanjuran pil buatannya.
Asrul segera berlari mengejar Siti Adawiyah, segera mengeluarkannya dari dalam danau.
"Siti Adawiyah! Engkau sangat ceroboh! Bagaimana jika pil buatanmu tidak berhasil? Engkau bisa tewas karena dinginnya air danau ini."
"Panglima. Engkau lihat sendiri kan? Aku tidak mati setelah berenang selama dua putaran didalam danau ini. Engkau menjadi saksi bahwa pil buatanku sangat manjur." Siti Adawiyah dengan bangga memperkenalkan pil buatannya.
"Sudahlah, jangan berlama-lama disini. Sangat dingin sekali disini." Asrul buru-buru mengajak Siti Adawiyah meninggalkan danau.
Siti Adawiyah baru sadar bahwa udara dingin tidak baik untuk kesehatan Asrul. "Baiklah, Panglima. Benar juga. Udara disini tidak baik untuk kesehatanmu. Ayo kita pulang."
"Fikirkan dahulu kesehatanmu. Lihatlah pakaianmu basah kuyup." Asrul berjalan meninggalkan danau.
"Panglima.. Tunggu aku.." Siti Adawiyah mengejar Asrul.
Sesampainya di kamar Siti Adawiyah, Surti dan Bianca sedang menunggu kepulangan Siti Adawiyah. Ketika dilihatnya Siti Adawiyah telah pulang, mereka berdua segera menginterogasi Siti Adawiyah.
"Darimana saja kau Siti Adawiyah? Kami dari tadi menunggu kamu hingga larut malam, engkau malah pulang dalam keadaan basah kuyup seperti ini."
Siti Adawiyah menjelaskan kepergiannya. "Aku baru saja menguji pil buatanku. Setelah memakan pil itu, aku tidak merasakan kedinginan saat berenang didalam danau yang berada dibelakang dapur istana."
"Nekat kamu Siti! Bagaimana jika pil buatanmu tidak berhasil? Ah. Aku sekarang tahu. Ternyata selama ini engkau membuat pil untuk menyembuhkan penyakit radang dingin Panglima. Aku tidak menyangka betapa pedulinya engkau kepada Panglima."
Siti Adawiyah menceritakan kejadian di danau saat dia menguji pil buatannya. "Iya. Bahkan Panglima sendiri yang mengatakan bahwa aku adalah ahli alkimia. Panglima yang mengeluarkan aku dari dalam danau, dia juga tidak menyangka kalau aku baik-baik saja."
Siti Adawiyah melanjutkan. "Mulai sekarang, kita tidak perlu lagi repot-repot meminta obat ke pusat obat istana. Saya yang akan menyediakan seluruh kebutuhan pengobatan untuk Panglima. Bahkan aku juga bisa menyediakan obat-obatan untuk kalian, seperti obat penambah energi, peningkatan daya kultivasi, bahkan obat untuk awet muda."
Bianca menanggapi. "Benarkah? Kalau begitu aku akan menunggu kabar darimu. Aku sungguh membutuhkan obat untuk meningkatkan kultivasi."
"Engkau sungguh luar biasa, Siti Adawiyah. Aku juga akan menunggu obat buatanmu untuk meningkatkan daya tahan tubuhku dalam bertarung." Surti juga menanggapi.
Surti sedikit meragukan kemampuan Siti Adawiyah. "Siti Adawiyah. Apakah engkau yakin obatmu ini untuk menyembuhkan radang dingin, bukan untuk menghilangkan rasa dingin?"
"Apa maksudmu?" Siti Adawiyah sedikit mengernyit.
Surti menjelaskan keraguannya. "Aku melihat bentuk pil yang engkau buat, sungguh tidak biasa. Aku khawatir akan menjadi masalah kedepannya."
"Bagaimana mungkin? Aku tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengikuti petunjuk buku ini. Aku sangat percaya diri atas usahaku ini." Siti Adawiyah meyakinkan Surti sambil menunjukkan buku pengobatan yang didapatkannya dari ayahnya di Lembah Taman Seribu Bunga.
Jenderal Ali yang hendak menemui Asrul, melihat perbincangan mereka, lalu dia penasaran. "Apa yang sedang kalian bicarakan? Buku apa ini?"
"Kami sedang membicarakan tentang obat untuk menyembuhkan penyakit radang dingin Panglima. Ini adalah buku pengobatan milik ayahku." Siti Adawiyah menunjukkan buku yang dipegangnya.
Jenderal Ali mengambil buku itu dan membolak-balik beberapa halaman. Dilihatnya ada sebuah gambar bunga seperti yang dilihatnya saat bertemu dengan Maelin di pinggir pantai Sanur.