FOLLOW IG @THALINDALENA
Jika seluruh wanita di dunia ini sangat mengagumi dan mengidolakan Leo Launder yang merupakan penyanyi solois ternama dunia. Tapi, bagi Danna Capela, Leo tak lebih dari seonggok sampah. Kisah masa lalu Leo yang membuat gadis bernama Danna sangat membenci pria itu.
Tapi, bagaimana jadinya kalau mereka menghabiskan malam panas bersama, hingga pada akhirnya Danna mengandung benih Leo? Apakah Danna akan membuka hatinya atau justru sebaliknya?
Simak kelanjutannya, jangan lupa subcribe agar tidak ketinggalan notif update-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin membenci!
Leo dengan terpaksa memberikan ponsel tersebut kepada pemiliknya. Ia tidak bisa mengabaikan ancaman Danna yang ingin menendangnya.
Setelah mendapatkan ponselnya, Danna segera pergi dari sana mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah.
"Sial!" maki Leo saat mobil Danna sudah tidak terlihat. Ia sangat marah karena tidak berhasil menjebak Lara ke dalam pelukannya. "Okey! Aku akan menggunakan cara lain!" Leo bergumam seraya tersenyum licik, kemudian masuk ke dalam mobil, meninggalkan area tersebut.
"Bagaimana Danna, kau mendapatkan ponselmu kembali?" tanya Lara kepada Danna yang baru masuk rumah.
Danna tersenyum lalu menggoyangkan ponselnya di depan dada. "Sudah, Nyonya, terima kasih atas bantuan Anda. Oh, iya, bisakah Anda memblokir nomor yang menghubungi Anda itu? Karena dia bukan orang baik, hampir saja aku dirampok lagi," jawab Danna sekaligus memberikan saran kepada Lara.
"Oh, begitu ya. Tapi, kau tidak apa-apa 'kan?" Lara mencemaskan Danna, seraya menelisik penampilan wanita itu barang kali ada yang terluka.
"Aku baik-baik saja, Nyonya, aku berhasil menghajarnya," jawab Danna, berbohong.
"Syukurlah kalau begitu, dan aku akan segera memblokir nomor tersebut."
.
.
Beberapa hari telah berlalu.
Nanti malam adalah ulang tahun perusahaan yang di gelar di ballroom hotel mewah di London. Semua pelayan ikut serta menghadiri perayaan ulang tahun tersebut. Dan semua pelayan telah mendapatkan gaunnya masing-masing.
"Nyonya kalau aku ikut bagaimana dengan anak-anak Anda?" tanya Danna, sangat mencemaskan ketiga anak majikannya.
"Danna, kau tidak perlu mengkhawatirkan mereka. Selama ini kau sudah berkerja keras dan banyak berjasa untuk kami. Jadi malam ini kau harus tampil cantik dan mempesona dihadapan para tamu yang datang," kata Lara seraya memaksa Danna duduk di depan meja riasnya. Ia akan merias pelayannya itu.
"Tapi, Nyonya..."
"Aku akan marah kalau kau tidak menuruti ucapanku, Danna!" tegas Lara, tidak mau mendegarkan penolakan.
Danna akhirnya diam, dan menuruti perintah nyonyanya.
.
.
"Aku akan hadir di sana, memberikan kejutan untuk pasangan suami istri itu!" kata Leo sembari menatap layar televisi yang menyiarkan berita tentang pesta perusahaan milik Lio.
"Kau yakin akan datang ke sana? Bukankah kau dan Lio sedang bermusuhan?" Mack bertanya dengan nada tidak percaya. "Kau bahkan tidak mempunyai undangannya, Leo!" Ia berusaha mengingatkan teman sekaligus artisnya itu.
"Apakah seorang Leo Launder membutuhkan undangan, Mack?" jawab Leo, penuh percaya diri.
Mack menghela nafas panjang, "aku sudah mengingatkanmu agar tidak datang ke sana! Karena jika Lio mengetahuinya maka karirmu akan hancur!" Mack sampai kesal sendiri kepada pria menyebalkan itu.
"Kau tenang saja, Mack!" Leo berkata dengan nada santai sambil tersenyum tipis.
Mack menghela nafas berat, sambil mengangkat kedua tangannya di depan dada, masa bodo dengan keputusan pria itu.
"Siapkan pakaianku, Mack! Aku akan segera bersiap!"
"Hemm!" Mack menjawab malas, meski begitu ia segera menjalankan tugas dari Leo.
.
.
"Danna, kau cantik luar biasa!" Lara berbinar-binar, mata tak berkedip menatap Danna yang kini berubah menjadi sosok yang sangat mempesona dengan riasan sempurna dan balutan gaun malam.
"Tapi, Nyonya, aku merasa seperti ini bukan diriku." Danna mengungkapkan dengan nada ragu, sambil tersipu menarik-narik ujung gaun hitamnya yang menerawang di atas lutut, yang seolah terlalu berani untuknya. Danna tampak seperti bintang yang bercahaya, dengan gaun yang memperlihatkan belahan pundak yang indah dan rambut panjangnya yang diurai begitu menggoda, namun jelas terlihat kegelisahan dalam kilau matanya yang sempurna dilukis.
"Lihat dirimu, seperti dewi malam yang mempesona!" Lara mencoba membangkitkan kepercayaan diri Danna.
Tapi di balik keanggunan itu, Danna merasa ada yang tidak sesuai; kecantikan yang terasa dipaksakan, membatasi kebebasan gerak dan rasa nyamannya.
Visual Danna, cantik banget yak.
"Ayolah, Danna! Kau sangat luar biasa," puji Lara lagi agar Danna lebih percaya diri dengan penampilannya.