Honey merasa jengah dengan kehidupannya yang maha sempurna. Ditengah rasa jengah yang melanda, ia mempunyai ide gila; mengajak teman daringnya bertukar posisi. Teman daringnya merupakan anak dari penyelam handal di Barcelona.
Ia pikir setelah bertukar tempat dengan temannya, kehidupannya akan berubah menyenangkan, nyatanya salah. Ia harus menghadapi berbagai masalah, termasuk masalah hatinya yang terpaut pada ayah teman daringnya.
Follow IG Author @ThalindaLena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Jamie Dorgan
Pantai Galicia, Barcelona.
Keindahan pantai pasir putih begitu memikat. Ombak tinggi di laut tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk para turis atau warga setempat untuk berselancar. Mobil BMW klasik warna merah melaju dengan kecepatan sedang menuju sebuah rumah sederhana yang berlokasi tak jauh dari pesisir pantai.
Mobil merah itu berhenti di depan rumah sederhana tersebut. Seorang pria tampan berlari menghampiri sembari membawa papan selancar, kemudian membuka pintu mobil tersebut.
"Ana, aku sudah menunggu--" ucapan pria itu terhenti ketika melihat wanita asing duduk dibalik setir mobil putrinya. "Siapa kau?!" tanyanya dengan nada dingin, dan tatapan tajamnya mengintimidasi.
Honey tersenyum simpul, kemudian keluar dari mobil dengan anggun dan mempesona, setiap gerakannya tak luput dari pandangan pria matang itu.
"Namaku Honey. Teman Anatasha." Honey mengulurkan tangannya pada pria tersebut.
"Jamie Dorgan. Ayah Anatasha," jawab pria matang itu tanpa menyambut tangan Honey. Suaranya sangat dingin, serak, tapi terdengar sangat memikat.
Honey segera menarik tangannya dengan perasaan kesal, karena baru kali ini ada orang yang mengabaikan pesonanya, dan tidak menjabat tangannya. Padahal diluaran sana, banyak pria yang mengantre meski hanya untuk bersalaman atau bertegur sapa dengannya.
"Oke, Uncle, jadi aku ..."
"James!" Pria itu memberikan protes tegas dengan menyebutkan nama panggilannya karena tidak suka dipanggil dengan sebutan 'uncle'. Dia tidak setua itu, usianya baru 40 tahun.
"James, jadi ..." lagi-lagi ucapan Honey terhenti ketika ada pria muda dari dalam rumah memanggil James sambil menggoyangkan ponsel di tangan.
James balik badan, menghampiri Gail yang berdiri di ambang pintu sambil memegangi ponsel.
"Dari Ana," ucap Gail pemuda berusia 20 tahun yang berprofesi sebagai penjaga pantai.
James menyambar ponsel tersebut lalu menempelkan di daun telinga. "Jadi, wanita itu temanmu? Dan akan berlibur di sini selama 1 bulan penuh?" ucap James setelah mendengar penjelasan dari Ana mengenai Honey. James menoleh ke belakang, menatap Honey yang tengah bersandar di body mobil.
"Oke, sayang. Tapi, di mana kau sekarang?" tanya James, khawatir pada putri semata wayangnya itu.
[Daddy, aku sekarang sedang berlibur di Kota. Aku sangat bosan dengan suasana pantai. Pokoknya aku titip temanku, perlakukan dia seperti anakmu sendiri, Dad!]
Ana memberikan penjelasan dan juga ancaman pada ayahnya.
"Ana, tapi ..."
[Bye, Daddy. Aku sangat menyayangimu]
Panggilan terputus sepihak. Ana sepertinya tidak mau mendengarkan aksi protes ayahnya.
James menyerahkan ponsel tersebut pada Gail. Menghela nafas berat, kemudian kembali menatap ke belakang, di mana Honey berjalan ke arahnya.
"Ana sudah menjelaskan semuanya 'kan?" tanya Honey tersenyum cantik.
Gail terpikat pada senyuman cantik itu, tapi tidak dengan James.
"Gail, tunjukkan kamar Ana padanya!" titah James dengan nada datar, kemudian berlalu dari sana menuju pantai sambil membawa papan selancar.
Honey memandang punggung lebar yang dibalut dengan pakaian surfing.
"Ayo, masuk. Kau tidak membawa barang bawaan?" tanya Gail, tidak berkedip menatap wajah cantik Honey.
"Ana, mengizinkan aku untuk memakai pakaiannya." Honey menjawab sambil mengikuti Gail, melangkah masuk ke dalam rumah.
Rumah sederhana itu tampak rapi dan klasik.
"James suka barang-barang klasik dan antik, jadi jangan heran kalau semua perabot di sini sangat kuno." Gail menjelaskan ketika melihat Honey menatap ke segala penjuru rumah.
"Siapa namamu?" tanya Gail.
"Honey."
"Honey? Apa kau bercanda?!" Gail tertawa renyah, tapi sesaat kemudian tawanya langsung lenyap saat Honey menatapnya tajam.
"Maaf, tidak bermaksud mengolokmu, tapi namamu unik." Gail segera merubah ekpresinya dengan serius.
Honey mengangguk tanpa ekspresi. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar warna coklat.
"Ini kamar Ana, silahkan istirahat. Atau jika ingin ke pantai kau bisa memanggilku, karena aku hari ini libur." Gail membukakan pintu tersebut untuk Honey.
"Thanks," jawab Honey, menatap Gail sekilas, lalu masuk ke dalam kamar.