Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Jangan lupa like komen dan votenya yah
Terimakasih
_
Keesokan harinya, Firman benar-benar menepati janjinya. Ia pulang lebih awal dari biasanya dan membawa bunga untuk Lara. Mereka makan malam bersama, bercengkerama tentang rencana masa depan, dan bahkan menonton film favorit mereka sebelum tidur. Firman juga mengatur agar ia bisa bekerja dari rumah lebih sering, setidaknya dua atau tiga hari dalam seminggu, sehingga ia bisa lebih dekat dengan Lara selama masa kehamilannya.
Lara merasa lebih tenang dan bahagia. Meskipun ia tetap lebih banyak menghabiskan waktu di apartemen, ia merasa kehadiran Firman yang lebih sering membuat segalanya terasa lebih mudah. Mereka juga mulai merencanakan hal-hal kecil, seperti membeli perlengkapan bayi, memikirkan nama yang tepat, dan mempersiapkan diri menjadi orang tua. Setiap akhir pekan, mereka mengunjungi toko-toko perlengkapan bayi dan memilih barang-barang yang diperlukan, mulai dari baju-baju mungil hingga perabotan untuk kamar bayi yang akan segera mereka huni.
Dalam beberapa minggu, rutinitas baru terbentuk. Firman semakin terlibat dalam kehidupan sehari-hari Lara, dan Lara merasa lebih bahagia dan terhubung dengan suaminya. Mereka juga sering pergi jalan-jalan di sekitar apartemen, menikmati kebersamaan di taman kota atau hanya bersantai di kafe-kafe kecil di dekat rumah mereka.
Meskipun kehamilan membawa perubahan besar dalam kehidupan mereka, Lara dan Firman kini lebih siap untuk menjalani petualangan ini bersama. Mereka tahu bahwa hidup sebagai orang tua tidak akan selalu mudah, tetapi mereka berjanji untuk selalu mendukung satu sama lain, sama seperti yang mereka lakukan selama bulan madu di Bali. Dan kini, meskipun bulan madu telah berlalu, cinta mereka tumbuh lebih kuat dari hari ke hari, membimbing mereka menuju masa depan yang penuh harapan.
_
Kehidupan Lara dan Firman yang tenang dan penuh kebahagiaan perlahan mulai terganggu oleh bayang-bayang masa Beberapa minggu setalah bulan madu masalah mulai muncul kabar Lara hamil terdengar ke telinga David hingga ia mengirim pesan kepada Lara dan mendesak Lara, bahkan semakin intens setelah percakapan telepon mereka. Pesan-pesan dari David semakin sering muncul di ponsel Lara, dan setiap pesan membawa tekanan yang semakin kuat. David menuntut agar Lara mengakui bahwa anak yang dikandungnya adalah anaknya, bukan anak Firman.
Sore itu, Lara duduk di sofa dengan ponsel di tangan, melihat layar penuh pesan dari David.
🗨️ David: "Aku tahu anak itu milikku, Lara. Kamu nggak bisa terus menghindar. Kita perlu bicara, tatap muka. Ini nggak bisa terus dibiarkan seperti ini."
🗨️David: "Aku masih mencintaimu, Lara. Kita bisa memperbaiki semuanya. Firman nggak perlu tahu."
Lara merasa semakin tercekik oleh tekanan yang datang dari David. Dia sudah lama meninggalkan hubungan mereka, berusaha melupakan kenangan buruk yang pernah ada. Tapi kini, seolah-olah David berusaha menariknya kembali ke dalam jebakan masa lalu.
Hari itu, saat Firman pulang dari rumah sakit, dia melihat wajah Lara yang pucat dan cemas. Tanpa berkata banyak, Firman duduk di sampingnya, merasakan suasana hati istrinya yang sedang tidak baik. Lara menggenggam erat ponselnya, seolah tidak tahu harus berkata apa. Firman memandangnya, penuh kekhawatiran.
"Ada apa lagi, sayang? Kamu kelihatan lebih murung dari biasanya," tanya Firman lembut.
Lara menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Mas… David terus mengirim pesan. Dia nggak mau berhenti. Dia bilang dia masih mencintaiku dan yakin anak ini adalah anaknya," Lara berkata dengan suara bergetar.
Firman terdiam sejenak, berusaha memproses semua yang baru saja didengar. Dalam dirinya, kemarahan perlahan-lahan membakar. Dia tahu bahwa Lara sedang menghadapi tekanan berat, dan David terus-menerus mengganggunya dengan dalih perasaan cinta masa lalu. Namun, kali ini, pernyataan bahwa anak yang dikandung Lara adalah miliknya membuat darah Firman mendidih.
"Kamu sudah bilang padanya kalau anak ini anak kita, kan?" tanya Firman dengan nada yang lebih tegas.
Lara mengangguk pelan. "Sudah, berkali-kali. Tapi dia nggak mau dengar, Mas. Dia tetap yakin anak ini anaknya."
Firman menggenggam tangan Lara, mencoba menenangkan istrinya, meski dalam hatinya sendiri dia merasa marah dan terluka. Bukan hanya karena tuduhan David, tetapi karena David berani mengklaim sesuatu yang tidak benar dan terus mengganggu istrinya. Firman tahu bahwa ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.
“Kamu kasih tahu aku setiap kali dia menghubungi kamu, ya, sayang? Aku nggak mau kamu menghadapi ini sendirian,” ucap Firman, meskipun dalam hatinya ia berencana untuk segera menyelesaikan masalah ini dengan caranya sendiri.
Malam itu, ketika Lara sudah tertidur, Firman duduk di ruang tamu, memandangi ponselnya. Dia tahu bahwa situasi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. David telah melanggar batas, dan Firman merasa harus mengambil tindakan sebelum semuanya semakin kacau. Tanpa berpikir panjang, Firman mencari nomor David di ponsel Lara dan menghubunginya.
David menjawab panggilan dengan cepat, seolah sudah menunggu sesuatu seperti ini terjadi. “Halo? Lara?”
“Ini Firman,” kata Firman dengan nada tegas dan dingin. “Kita perlu bicara, sekarang.”
Ada jeda di ujung telepon sebelum David akhirnya menjawab. “Apa yang mau kita bicarakan? Kalau ini soal Lara, aku pikir—”
“Ini soal kamu dan kebohonganmu,” potong Firman, tak ingin memberi David kesempatan untuk berkelit. “Aku tahu kamu terus mengganggu Lara. Aku tahu kamu mencoba meyakinkannya bahwa anak yang dia kandung adalah anakmu. Dan aku nggak akan biarkan kamu merusak keluarga kami.”
David tertawa kecil, suaranya terdengar mengejek. “Kamu nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Firman. Aku dan Lara punya sejarah. Kamu mungkin sekarang suaminya, tapi ada hal-hal yang kamu nggak ngerti.”
Firman mengepalkan tangannya erat-erat. “Dengar, David. Aku tahu kamu pernah menjadi bagian dari hidup Lara, tapi itu sudah berakhir. Dia milikku sekarang, dan anak yang dikandungnya adalah anakku. Aku nggak peduli apa yang kamu pikirkan atau inginkan. Jika kamu berani mengganggu Lara lagi, aku nggak akan tinggal diam.”
David menghela napas, suaranya berubah menjadi lebih serius. “Aku mencintai Lara, Firman. Bahkan setelah semua ini, aku masih mencintainya. Dan aku nggak akan mundur sampai aku tahu kebenarannya.”
Firman merasa amarahnya semakin membara, tapi dia mencoba menahan diri. “Cinta? Kamu bilang kamu mencintainya, tapi kamu hanya menyakitinya. Kamu nggak punya hak untuk menyebut nama Lara lagi. Kami bahagia sekarang, dan kamu hanya mencoba menghancurkan itu. Aku kasih tahu sekali lagi, berhenti ganggu Lara atau kamu akan berurusan denganku.”
Setelah menutup telepon, Firman berusaha menenangkan dirinya. Namun, hatinya masih dipenuhi amarah. David sudah melangkah terlalu jauh. Dia tahu bahwa menghadapi orang seperti David tidak bisa hanya dengan kata-kata. David sudah menjadi ancaman yang nyata bagi kebahagiaan mereka, dan Firman tidak akan membiarkan siapa pun merusak keluarganya.
~
Salam Author;)
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻