Kita semua punya keinginan tapi semesta punya kenyataan.
Bruuaaakk
"Aduh.... ". ringis seorang gadis yang bernama Eliana Hira Adipura atau sering di sapa El.
"Kamu gak papa nak? ". tanya seorang ibu paruh baya dengan sigap menolong El yang terjatuh.
"Maaf ya nak, karena menghindari ibu kamu jadi jatuh dan terluka begini ". ucap ibu itu dengan nada tak enak hati.
"Gak apa-apa bu, hanya luka ringan saja kok, nih lihat masih bisa loncat-loncat kan? ". ucap Eliana dengan melompat-lompat kecil membuktikan bahwa dia baik-baik saja.
selamat membaca......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamy charmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
"Lo mau kemana emangnya malam-malam gini? ". tanya El mendongak menatap Al dari bawah karena tinggi mereka yang lumayan berjarak. Dia lupa kalau orang di hadapannya ini adalah pemimpin geng LEXUS geng ternama di seluruh Asia.
"Aku mau ke markas dulu bentar sebelum kembali ke mansion, tenang saja aku jarang tinggal di sini, besok pagi aku jemput ke sekolah". ucapnya lalu memeluk El sebentar dan mencium pucuk kepala El yang akan menjadi kebiasaannya mulai sekarang.
El hanya bisa diam, dia tak tau kenapa, tapi dia merasa nyaman dengn kehangatan yang di berikan oleh Al untuknya. Mungkinkah El sudah menerima Al sepenuhnya di dalam hatinya?
Cup
Al mencium kening El sebelum benar-benar pergi.
"Sampai jumpa besok pagi sweety ". ucap El tersenyum tipis dan pergi keluar apartemen di ikuti El di belakangnya.
Al berjalan mundur menuju lift yang tak terlalu jauh dari pintu apartemen dengan menaikkan tangannya dan menggerakkan telapak tangannya ke kiri ke kanan sebelum akhirnya di telan oleh kotak besi yang membawanya turun ke bawah.
El hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan si kulkas yang tak pernah ia sangka dan lihat sebelumnya. Dia lalu masuk ke dalam kamar merebahkan diri di sana tanpa menutup pintu karena dia hanya sendirian di apartemen seluas ini.
"Ma.... maaf... ". ucapnya lirih dengan memejamkan matanya.
"Semoga Mama selalu sehat dan lebih baik tanpa aku". lanjutnya tanpa terasa air mata keluar dengan sendirinya.
Di lain tempat.....
Seorang pemuda menatap setiap sudut ruangan yang dulunya terdapat kehangatan di sana tapi sekarang semua terasa berbeda, tidak ada lagi teriakan sang kakak saat ia jahili tidak ada yang akan marah-marah saat ia susah di bilangin. Tidak ada tatapan tajam yang ia terima ketika tidak menurut, tidak ada lagi.......
"Huffft, kenapa jadi begini? ".
"Pa..... semoga engkau tenang di sana, aku akan menjaga mama dan sebisa mungkin akan membuat kakak kembali ke rumah ini". ucapnya penuh tekad.
"Kak.... dimana pun kakak sekarang berada semoga selalu dalam lindungannya, aku akan menjaga mama, kakak tenang saja". lanjutnya dengan memejamkan mata menaruh kepalanya di sandaran sofa yang ia duduki di ruang tamu.
Ciiiit
"Woy...... siapa nih yang lewat bro...... ". ejek salah seorang pemuda yang bertengger di motornya yang berada di tengah jalan, sengaja.
"Bukannya ini pemimpin geng LEXUS yang katanya adalah geng no 1 itu? ". ucap seseorang yang lain meneliti dari atas ke bawah.
"Mau apa kalian? ". tanya Al dengan begitu santainya tak perduli di hadapannya ada sekitar 20 orang yang menghadang jalan siap bertarung.
"Tak perlu lo tau siapa kita, seraaang". teriak salah satunya yang bertingkah layaknya pemimpin dan kemudian mundur setelah memberi aba-aba "seorang".
Tak tak tak
Langkah berlari dari beberapa orang untuk menyerang Al yang seorang diri dan masih dengan santainya duduk di atas motor sport nya dengan tatapan tajam siap menghunus siapa saja yang datang.
Bug
Bug
Brak
Aaaaaaaaa
Bag
Duak
"Cih". decih Al meludah di wajah mereka yang bergelimpangan di sekitar motornya dengan memegang anggota tubuhnya yang terasa sakit semua akibat tendangan yang di layangkan oleh Al.
"Kurang ajar lo!!! ". teriak yang tadi memimpin penyerangan.
"Ck! ". Al sudah tak sabar lagi harus menghadapi mereka akhirnya ia turun dari motornya, memukul dan menendang mereka semua dengan begitu cepat bahkan sebelum mereka menyadarinya mereka sudah pingsan akibat tendangan dan pukulan mengenai titik lemahnya.
Orang bergelimpungan menghias jalanan di tengah sunyinya malam yang semakin larut, Al sudah merasa dirinya sangat gerah lalu menaiki motornya dengan santai dan cepat menuju mansionnya agar bisa segera bebersih.
Ia sudah tak peduli dengan orang-orang yang pingsan atau mati, terserah, pikirnya. Ia bahkan tak mau repot untuk menghubungi anak buahnya walau hanya untuk membereskan mereka yang tergeletak dijalanan karena ulahnya.
"Ck, menyusahkan saja". decaknya begitu sampai di dalam kamar mansionnya, dia melihat jam sudah pukul 1 dini hari.
Akhirnya setelah bebersih ia langsung merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur king size nya, besok dia akan bilang tentang El pada kedua orang tuanya, batinnya.
Tak butuh waktu lama ia sudah menyelami mimpinya tanpa drama sama sekali.
Keesokan paginya.....
Ceklek
Tak tak tak
Wanita paruh baya berjalan menuju dapur dan ruang makan dengan pakaian yang sudah rapi hendak pergi ke restoran yang ia dirikan setelah meninggalnya sang suami dari uang kompensasi si penabrak selain biaya sekolah anak-anak yang di tanggung hingga kuliah nanti dimanapun mereka mau.
"Kenapa kamu yang masak? dimana anak sialan itu? apa dia gak ada gunanya sama sekali sampai masak saja harus kamu yang mengerjakan? ". tanyanya sembari memaki anak gadisnya, lalu duduk di meja makan dengan muka masih memerah karena marah melihat anak lelakinya memasak di dapur meski hatinya terasa sangat rindu dengan almarhum suaminya saat melihat anak nya itu dari belakang.
Mengingatkannya pada sang suami yang meski harus bekerja mencari nafkah tetapi ia pasti sempatkan untuk membuat sarapan buat istri tercintanya itu.
"Ma..... ". tegurnya yang gak suka karena sang Mama selalu saja bicara sembari memaki kalau masalah kakaknya.
"Ck, dimana dia? gak mungkin jam segini masih molor kan dia? ". ucapnya mengangkat satu alisnya merasa heran.
"Kakak sudah pergi... ". jawab Dikta sambil menyiapkan makanan di meja bersama gelas berisi susu dan teh untuk sang Mama.
"Ck, pergi tanpa memasak dulu, jadi harus kamu yang anak laki-laki ini yang memasak". kesalnya tak suka.
"Awas saja nanti kalau pulang ke rumah". lanjutnya.
"Kakak gak akan kembali, dia sudah pergi ". potong Dikta dengan menundukkan wajahnya menatap makanan dan memegang erat sendok di tangannya hingga jari-jarinya memerah karena saking kuatnya pegangannya.
Sang Mama dalam sekejap tubuhnya membeku, dia seakan tak percaya dengan yang di ucapkan Dikta.
"Biarkan saja, itu tidak akan berlangsung lama". ucapnya dengan yakin lalu memakan makanan yang sudah di buatkan sang putra.
Seyakin itu kau hai Mama?
Mana mungkin dia akan kembali jika dia sudah berada di tempat yang sangat ia inginkan, tempat yang tenang dan Indah, mana mungkin dia akan kembali ke tempat dimana batin dan hatinya selalu kau lukai?
Hanya orang edan yang kembali ke tempat dimana orangtua yang seharusnya memberi support dan pelukan hangat malah menambah luka akibat kehilangan.
Kembali gak ya........?