Ailen kaget setengah mati saat menyadari tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria asing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh mereka tidak mengenakan PAKAIAN! Whaatt?? Apa yang terjadi? Bukankah semalam dia sedang berpesta bersama teman-temannya? Dan ... siapakah laki-laki ini? Kenapa mereka berdua bisa terjebak di atas ranjang yang sama? Oh God, ini petaka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 24
Zara pura-pura sedih saat ibunya Derren memeluknya erat. Dia baru saja menjual cerita seakan dirinya adalah korban atas ketidakadilan sepihak yang Derren lakukan. Hal yang sudah sangat sering dia lakukan demi mendapat kepercayaan dari orang tua pria tersebut.
"Aku sedih sekali, Bi. Tiba-tiba saja sikap Derren berubah menjadi sangat dingin padaku. Awalnya ku kira ini hanya prank, ternyata bukan. Derren benar-benar telah membuangku. Apa yang harus ku lakukan?" ucap Zara mendramatisir keadaan agar lebih menunjang aktingnya. Langkahnya sudah sejauh ini, tak mungkin dibiarkan gagal di tengah jalan. Harus selesai sampai titik akhir meski harus menjual air mata demi mendapatkan semua itu.
"Sayang, sudah ya jangan sedih-sedih lagi. Kau tenang saja, Bibi tidak akan tinggal diam melihat kelakuan Derren sekarang. Pasti ada seseorang yang telah menghasutnya sehingga berani mengabaikan keberadaanmu," ucap Nyonya Zenaya seraya mengelus rambut calon mantunya. Raut wajahnya terlihat kesal sekali. "Ck, sudah semalam ini kenapa anak itu masih belum pulang juga. Apa jangan-jangan dia sengaja menghilang karena tidak mau bertemu denganku?"
"Derren bilang dia punya wanita lain."
"Apa?"
"Ini dia katakan saat aku berusaha meminta kejelasan darinya. Derren bilang dia tak mau bicara dengan wanita lain lagi. Bukankah itu artinya dia punya seseorang selain aku diluar sana?"
Bibir Nyonya Zenaya langsung komat-kamit membaca mantra tanpa suara. Aneh. Sebenarnya apa yang telah merasuki pikiran putranya sehingga dengan begitu bodoh membuang wanita sebaik dan secantik Zara hanya demi wanita lain? Ini tak bisa dibiarkan. Orang ketiga tidak akan pernah punya tempat di keluarga Maldiven. Tidak akan.
"Bibi, aku harus bagaimana sekarang? Derren sudah membuangku. Bagaimana cara menjelaskan masalah kami pada ayahku?" rengek Zara terus memberi tekanan. "Ayah sering sakit-sakitan sekarang. Aku takut terjadi hal buruk padanya."
"Kalau ayahmu benar sakit lantas apa tujuanmu melakukan konferensi pers? Bukankah itu sama artinya dengan kau mengumumkan pada dunia kalau hubunganmu dengan Derren sedang tidak baik-baik saja?"
Glukk
(Sial! Kenapa tua bangka ini malah menyudutkanku?)
"Rego, bicara apa kau?" sentak Nyonya Zenaya sambil memelototkan mata.
"Hanya menyampaikan kejanggalan yang aku rasa, sayang. Jangan marah. Oke?" sahut Rego langsung menciut saat ratunya melayangkan teguran.
"Siapa pun orangnya pasti akan marah jika mendengar nada bicaramu barusan. Sudah tahu Zara menjadi korban ketidakadilan putramu, bukannya membela kau malah memojokkan. Kau mau ya melihatku dirundung kesedihan jika Zara gagal menjadi menantu kita?"
"Bukan seperti itu, sayang. Ya ampun, kenapa pikiranmu jauh sekali. Aku hanya bicara sesuai dengan fakta yang ada. Zara bilang dia tak ingin ayahnya tahu tentang keretakan hubungannya dengan Derren, tapi dia sendiri melakukan konferensi pers di hadapan media. Tidak mungkin ayahnya tak menonton siaran tersebut. Iyakan?" Tuan Rego membela diri. Jujur, dia punya alasan tersendiri mengapa tega bicara itu pada Zara.
"Alasan kenapa aku berani membawa masalahku ke depan media adalah karena sekarang Ayah sedang sakit. Aku juga sudah mewanti-wanti pada suster yang merawat Ayah agar tidak mengizinkannya bermain ponsel, menonton televisi, ataupun membaca koran. Boleh, tapi hanya berita-berita tertentu yang mana tidak berhubungan dengan masalahku," Zara berkata dengan sangat lancar. Kebohongan ini sudah disiapkan oleh Keenan sebelum datang ke kediaman keluarga Maldiven. "Paman, Bibi. Aku sebenarnya tidak ingin orang lain tahu kalau hubunganku dengan Derren sedang bermasalah. Namun, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa ku lakukan agar bisa bicara dengannya. Derren menjauhiku, bahkan menutup semua akses komunikasi kami. Saking ingin mendengar penjelasannya langsung, aku sampai nekat menyamar jadi cleaning servis agar bisa masuk ke kantornya. Dan itu pun gagal."
Reaksi Tuan Rego datar datar saja. Sedangkan Nyonya Zenaya, kedua matanya tampak membelalak lebar setelah mendengar penuturan Zara.
"Lihatlah perjuangan Zara. Dia sampai rela menyamar jadi orang kelas bawah demi bisa bertemu dengan Derren. Ini sudah kelewatan, kita harus segera bertindak." Nyonya Zenaya berdecak. "Rego, cepat perintahkan orang untuk menyelidiki siapa wanita yang sedang dekat dengan putra kita akhir-akhir ini. Aku penasaran secantik apa paras wanita itu sehingga lancang ingin menggeser posisi Zara sebagai calon mantu di keluarga kita. Cepat lakukan!"
"Aku tidak bisa melakukannya." Santai sekali saat Tuan Rego menjawab.
"Kenapa tidak bisa?"
"Ada Julian di belakang Derren. Bisa apa kita?"
"Julian hanya bawahan. Posisi kita jauh lebih tinggi darinya. Apa yang kau takutkan?"
"Bukan dia yang ku takuti, tapi perintah dari putra kita. Walau pun dunia ini kiamat, Julian tidak akan pernah mau berkhianat. Lupa ya kalau kita sendiri yang sudah memilihnya? Julian ada di sisi Derren adalah karena campur tangan kita, dan kita sama-sama tahu seberapa besar kapasitas serta kesetiaan yang dia miliki. Masih ingin mendebat?"
Kicep. Nyonya Zenaya tak bisa berkata-kata lagi setelah diingatkan siapa Julian. Zara yang kesal, hanya bisa mengumpat dalam hati. Sialan.
Di kala Tuan dan Nyonya Maldiven sedang disibukkan oleh aduan Zara, di tempat lain ada Ailen yang sedang emosi mengurus bayi besarnya. Tadi begitu Juria pulang, Ailen dikejutkan oleh keinginan Derren yang minta dimandikan. Sebagai orang normal sekaligus wanita dewasa, jelas permintaan ini sangatlah sensitif.
"Pokoknya aku tidak mau pergi dari sini sebelum kau memandikan dan memberiku makan. Aku lapar, sayang. Seharian belum makan. Tubuhku juga bau," rengek Derren memaksa Ailen mewujudkan keinginannya.
"Aku tidak punya pakaian pria. Masalah makan gampang, tapi perkara mandi tolong kau selesaikan di rumahmu saja. Oke?" bujuk Ailen.
"Mana bisa begitu. Permintaanku sudah satu paket, tak boleh dilakukan terpisah."
"Jangan keras kepala, Derren. Aku ini wanita, dan kau bukan mayat yang harus dimandikan. Lakukan itu sendiri!'
Derren mengerucutkan bibir saat Ailen menolak permintaannya. Padahal sangat simpel, kenapa wanita ini malah marah?
"Sudah jam sembilan malam sekarang. Mau sampai kapan kau akan terus berada di sini? Aku juga butuh istirahat, butuh tidur. Pulanglah,"
"Ailen?"
Glukk
Tiba-tiba tengkuk Ailen meremang mendengar cara Derren memanggilnya.
"Y-ya?"
"Bagaimana kalau kita langsung menikah saja? Dengan begitu tak perlu adalagi jarak diantara kita. Kau bebas memandikan aku dan tidur bersamaku. Bagaimana? Apa kau setuju?"
Tawaran yang sangat bagus. Derren meyakini kalau ide ini adalah yang terbaik untuk dia dan Ailen. Menikah. Status tersebut bisa membuat mereka bebas melakukan apapun. Luar biasa. Otaknya sangat brilian.
"Tuan Derren yang terhormat, pintu keluar ada di sebelah sana. Dengan segala hormat, saya meminta Anda untuk segera angkat kaki dari apartemen ini. Rumah saya bukan tempat penampungan orang kelainan jiwa. Jadi silahkan pergi dan jangan pernah datang lagi ke sini. Silahkan!"
Derren menyeringai. Memintanya pergi? Hohoho, tidak bisa sayang.
***
semangat up-nya😚🥰