Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa aku hanya sebuah patung?
Setelah sampai di rumah Nining langsung buru buru mengajak Delisha untuk pergi ke kamar, karena Nining yakin sebentar lagi pasti akan terjadi perang dunia yang entah ke berapa kalinya.
Setelah melihat Delisha masuk ke dalam kamar Geffie menarik tangan Kinara agar menghentikan langkahnya dan mau berbicara dengannya.
"Ra sebenarnya apa maksud mu tadi?" tanya Geffie sambil menarik tangan Kinara sehingga menghentikan langkah kaki Kinara.
"Yang mana sih mas?" tanya kinara karena ia memang tidak merasa telah melakukan kesalahan sama sekali tadi. Bukankah mengikuti kata hati bukanlah sebuah kesalahan?
"Bukankah sudah ku katakan? bahwa tidak perlu mendengarkan ibuku dan bersikap tenang sampai kita pulang, apa itu sulit sekali bagimu?" ucap Geffie dengan nada sedikit kesal kepada Kinara karena tak menuruti ucapannya.
Mendengar ucapan Geffie membuat Kinara langsung menatap tajam ke arah Geffie, Kinara benar benar tidak menyangka akan Geffie yang malah menyalahkan dirinya seperti ini.
"Kamu menyalahkan ku mas? tidakkah kamu berpikir bagaimana perasaanku di sana ha? enggak kan? apa kamu kira aku ini patung mas?" ucap Kinara dengan kesal karena Geffie hanya menyalahkannya saja, tanpa memikirkan bagaimana perasaannya ketika mendengar setiap kata yang keluar dari mulut mertuanya.
"Seenggaknya kan kamu bisa tahan sebentar lagi dan jangan membantah Ra?" ucap Geffie tak ingin kalah.
"Tahan tahan tahan! kamu kira aku robot mas? apa kamu membelaku ketika mama kamu menghujat ku? ha?" tanya Kinara dengan nada setengah berteriak, pikirannya saat ini tengah kalut dan masih harus di tambah dengan Geffie yang kali ini sikapnya benar benar keterlaluan. "Apa? gak bisa jawab kan? karena kamu hanya diam mas! kamu itu kepala keluarga harusnya bisa melindungi istrinya. Jika tidak, setidaknya membela sedikit saja itu bahkan sudah lebih dari cukup mas!" imbuh Kinara sambil menjerit karena ia sudah tidak tahan lagi.
Geffie yang mendengar hal itu lantas mengangkat tangannya tinggi hendak menampar Kinara, namun terhenti tepat ketika tangannya hanya berjarak beberapa senti saja siap mendarat di pipi kanan Kinara.
"Kenapa berhenti? tampar aku mas! tampar aku!" ucap Kinara kemudian dengan bibir yang bergetar, sedangkan air matanya sudah berlinang sedari tadi, sikap Geffie kali ini benar benar melukai hatinya. "Apa begini cara mu menjadi seorang suami mas?" pertanyaan itu tiba tiba saja meluncur dari mulut Kinara, seakan mempertanyakan tentang peran seorang suami kepada Geffie.
Melihat hal itu Geffie memalingkan wajahnya enggan untuk menatap Kinara lebih tepatnya air mata Kinara, rasanya sangat menyakitkan jika Geffie harus melihat Kinara lagi lagi harus tersakiti karenanya, melihat Geffie memalingkan mukanya Kinara kemudian lantas menghapus air matanya dengan cepat kemudian melenggang pergi dari sana.
"Aku kira hubungan kita sudah baik baik saja sejak malam itu Ra, apa aku sudah tidak berarti bagi mu?" ucap Geffie dengan lirih namun masih dengan posisi memunggungi Kinara.
Kinara yang mendengar hal itu lantas langsung menghentikan langkahnya, air matanya kembali jatuh tak kuasa menahan tangisnya mendengar ucapan Geffie barusan.
"Andai kau tau mas... melakukan hubungan suami isteri bukanlah penyelesaian dari sebuah masalah, jika memang itu bisa, lalu apa bedanya aku dengan j*lang?" ucap Kinara kemudian melenggang pergi dari sana dan masuk ke dalam kamar tamu.
Geffie yang mendengar kata kata itu tentu saja terkejut bukan main, bisa bisanya Kinara berpikir demikian padahal Geffie sama sekali tidak ada niatan apapun yang menjurus ke arah sana. Ia akui kemarin ia khilaf dan melakukannya tanpa seijin Kinara, tapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam Geffie tidak pernah menyamakan Kinara dengan j*lang di luaran sana.
"Kenapa masalahnya semakin rumit? ah sial!" teriak Geffie sambil menggebrak meja makan meluapkan kekesalannya.
**
Sementara itu di balik sebuah selimut yang tebal di mana Delisha tengah memejamkan matanya, namun sayangnya gadis itu tidak sedang tidur. Jangan salah, walau mata Delisha terpejam otaknya merekam setiap kata yang keluar dari mulut orang tuannya, begitu terdengar jelas di telinga gadis kecil itu. Kini rasanya Delisha seperti sangat membenci ayahnya, ditariknya selimut itu menutupi seluruh tubuhnya agar bisa membenamkan wajahnya di dalam selimut.
"Aku benci ayah, aku benci ayah!" ucapnya dalam hati berulang kali.
Sedangkan Nining ia terlihat sudah tertidur dengan posisi duduk karena sepertinya ia sudah kelelahan menjaga Delisha sedari pagi tadi.
**********
Di sebuah klub ternama tepatnya di ruang VIP.
Terlihat Kafeel mulai melangkah masuk ke dalam ruangan itu, kemudian mengambil duduk di sebelah Damar yang sedang di kelilingi beberapa wanita penghibur di kanan dan kirinya.
Kafeel mengambil duduk agak menjauh dari wanita di sebelah kiri Damar, membuat Damar lantas tersenyum tipis kala melihat sahabatnya itu.
"Pergilah aku sedang tidak ingin di ganggu." ucap Kafeel kala melihat dua orang wanita nampak mendekat ke arahnya, entah mengapa Kafeel merasa sangat risih saja melihat beberapa wanita menempelinya seperti yang tengah di lakukan Damar.
Damar kemudian memerintahkan beberapa wanita di kanan dan kirinya untuk pergi meninggalkannya berdua dengan Kafeel.
Setelah itu Damar mulai menuang wine ke dalam gelas kemudian memberikannya kepada Kafeel.
"Ada apa Kaf? wajah mu nampak sangat kunyuk begitu? apa tidak berhasil?" tanya Damar kala melihat wajah Kafeel yang di tekuk terlihat sangat suram bagi Damar.
"Semua berjalan lancar sih, hanya saja anaknya mendadak sakit jadi semua harus terhenti di tengah jalan, end begitu saja." ucap Kafeel sambil berdecak kesal kemudian meminum wine di gelasnya.
"Lagian kau pdkt sama wanita yang sudah berbuntut, bukankah itu wajar bro?" ucap Damar sambil menyikut lengan Kafeel.
Kafeel yang di perlakukan begitu, lantas sedikit mendorong tubuh Damar kemudian melemparnya dengan kulit kacang.
"Apaan sih, bukannya dukung malah ngecengin lagi." ucap Kafeel dengan kesal.
"Saran aku nih ya bro, mending cari yang lain aja deh! yang masih fresh dan segar, bukankah itu lebih baik bro?" ucap Damar memberikan saran.
"Kagak bisa! emang jatuh cinta bisa di atur?" ucap Kafeel.
"Cinta? yang bener aja, dari pada sibuk cinta cintaan mending kau pikirin nasib bini lo sekarang deh! kembali ke realita bro." sindir Damar sambil memakan kacang.
"Soal itu gak perlu khawatir aku bahkan sudah hampir finis, hanya tinggal menunggu tanggal saja." ucap Kafeel dengan tersenyum tipis sambil menatap gelas winenya.
"Apa tidak ada kata maaf untuk Nabila Kaf? tidakkah kenangan satu tahun pernikahan kalian terlalu berharga jika harus di buang begitu saja." ucap Damar kemudian.
"Tidak ada kata maaf untuk sebuah penghianatan Dam, kamu bahkan lebih tahu bagaimana perlakuan Nabila padaku selama ini." ucap Kafeel dengan nada seakan menyimpan luka yang sangat dalam pada setiap kata katanya.
Bersambung