NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:803
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 33: Bayangan yang Mengintai

Di tengah perjalanan mereka, suasana hutan yang tenang mulai berubah. Meskipun mereka baru saja memenangkan pertempuran melawan makhluk-makhluk gelap, rasa tenang itu terasa menipis. Mira berjalan di belakang Soren dan Evano, merasakan keheningan yang mencekam mengelilingi mereka. Dia bisa merasakan sesuatu yang tidak beres, seolah-olah hutan itu sendiri sedang memperingatkan mereka.

“Kenapa kita tidak istirahat sejenak?” Soren usul, melihat ke arah Mira yang tampak kelelahan. “Kita telah melalui banyak hal.”

Mira menolak untuk berhenti. Dia tidak ingin menunjukkan keraguan. “Kita harus terus bergerak. Kita belum aman,” jawabnya, suaranya lebih tegas dari yang dia rasakan di dalam hati.

Evano memandang Mira dengan penuh perhatian. “Mira, istirahat sejenak tidak akan membuat kita lebih lemah. Justru bisa memberikan kita kesempatan untuk memulihkan tenaga dan berpikir lebih jernih.”

Dia menghela napas, merasakan beban di dalam dirinya. “Baiklah, sedikit waktu istirahat,” katanya, akhirnya menyerah. Mereka menemukan tempat di bawah pohon besar dengan cabang-cabang yang rimbun, memberi sedikit perlindungan dari bayangan yang mengintai.

Mira duduk, merasakan lelah di tubuhnya. Soren dan Evano berdiri di sampingnya, menjaga jarak. Ketenangan hutan yang sejenak membuat Mira merasa seolah-olah semua yang telah mereka alami hanyalah mimpi buruk.

“Mira,” Evano memanggil, suaranya lembut, “apa yang kau rasakan saat kita bertarung? Ketika kekuatanmu bangkit?”

Dia mengalihkan pandangannya, berusaha merenung. “Rasanya… seperti bagian dari diriku yang lama tertidur terbangun. Ada api yang mengalir dalam diriku, kekuatan yang sulit untuk dijelaskan.”

“Mungkin itu karena kau adalah keturunan phoenix,” Soren menambahkan. “Kau memiliki kekuatan luar biasa di dalam dirimu, dan itu bisa menjadi senjata yang sangat kuat.”

Mira menggigit bibirnya, merenungkan kata-kata itu. Meskipun dia tahu kekuatan dalam dirinya, dia juga merasakan ketidakpastian. “Tapi kekuatan itu juga membawa tanggung jawab yang besar. Aku takut tidak bisa mengendalikannya.”

Evano menyentuh bahunya, memberikan dukungan. “Kau tidak sendirian, Mira. Kita akan bersamamu. Kita bisa belajar mengendalikan kekuatan itu bersama.”

Mira tersenyum tipis, tetapi di dalam hati, dia merasakan kekhawatiran. Dia tahu ada sesuatu yang lebih dalam mengenai kekuatannya, sesuatu yang dia belum sepenuhnya pahami.

Saat mereka duduk dalam keheningan, suara gemerisik di antara pepohonan mengalihkan perhatian Mira. Dia mengangkat kepala, merasakan pandangan seakan-akan mengintai dari balik bayangan. Jantungnya berdegup kencang.

“Ada apa, Mira?” Soren bertanya, memperhatikan ekspresi wajahnya.

“Aku tidak tahu,” jawabnya, merasa gelisah. “Sepertinya ada sesuatu yang memperhatikan kita.”

Mereka semua terdiam, menunggu dengan hati-hati. Waktu seolah berjalan lambat, dan hutan yang tenang mulai terasa hidup. Bayangan-bayangan di antara pepohonan mulai bergerak, dan Mira merasakan ketegangan yang menumpuk di udara.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di belakang mereka. Soren dan Evano segera bersiap, menarik senjata mereka, tetapi Mira hanya bisa terdiam, merasakan rasa takut yang melanda.

“Siapa di sana?” Soren memanggil, suaranya tegas tetapi tetap waspada.

Dari balik pepohonan, muncul sosok wanita dengan pakaian hitam yang mengalir. Wajahnya diselimuti bayangan, dan matanya bersinar merah. Dia tampak anggun tetapi juga mengintimidasi, seolah-olah dia adalah bagian dari kegelapan itu sendiri.

“Aku tahu kalian datang,” suara wanita itu mengalun, lembut namun penuh kekuatan. “Mira, keturunan phoenix. Kekuatanmu menarik perhatian yang tidak diinginkan.”

Mira tertegun, hatinya bergetar. “Siapa kau?” tanyanya, suaranya bergetar, berusaha untuk tetap tenang.

“Saya Lyra, pelindung artefak. Tugas saya adalah melindungi kekuatan yang kau cari. Tapi sekarang, tampaknya, aku juga harus melindungi dirimu.”

“Melindungi kami dari siapa?” tanya Evano, tetap waspada.

“Dari Kuil Kegelapan yang tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan,” jawab Lyra. “Mereka tahu kau memiliki artefak itu sekarang, dan mereka tidak akan segan-segan untuk membunuhmu demi menguasainya.”

Mira merasakan ketakutan merambat di dalam dirinya. “Tapi aku tidak mengerti. Apa yang membuatku begitu penting?”

Lyra melangkah lebih dekat, menatap Mira dengan penuh intensitas. “Karena kekuatanmu melebihi apa yang kau ketahui. Kau adalah harapan untuk melawan kegelapan yang mengancam dunia ini.”

Mira merasa bingung. Dia tidak merasa seperti harapan; dia merasa lebih seperti beban. “Aku hanya seorang gadis yang mencoba bertahan hidup. Aku tidak tahu bagaimana melawan kegelapan itu.”

“Semua orang memiliki potensi,” jawab Lyra, suaranya lembut tetapi penuh penegasan. “Kau hanya perlu percaya pada dirimu sendiri dan menemukan kekuatan yang ada di dalammu.”

Mira menundukkan kepalanya, merasakan keraguan. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya apakah dia benar-benar bisa mengendalikan kekuatannya, atau apakah itu hanya akan membawa kehancuran lebih lanjut.

“Jika Kuil Kegelapan mengejar kita, kita harus bergerak cepat,” Soren berkata, kembali fokus. “Kita tidak bisa memberi mereka waktu untuk menyusun rencana.”

Lyra mengangguk. “Ikuti aku. Aku akan membimbing kalian ke tempat yang lebih aman.”

Mereka mengikuti Lyra, melewati hutan yang semakin gelap. Dalam perjalanan, Mira merenungkan kata-kata Lyra. Dia merasa ada sesuatu yang lebih dalam tentang dirinya yang harus dia temukan, tetapi rasa takut akan kegelapan yang mengintai membuatnya ragu.

Ketika mereka tiba di tempat yang aman, sebuah gua besar yang tersembunyi di balik semak-semak lebat, Lyra berhenti. “Di sini, kalian akan aman untuk sementara. Tetapi kita harus segera merencanakan langkah selanjutnya.”

Mira menatap ke dalam gua yang gelap, merasakan aura misterius menyelimutinya. “Apa yang ada di dalam sana?” tanyanya.

“Tempat ini adalah sumber kekuatan. Di dalamnya, ada banyak rahasia yang bisa membantumu mengendalikan kekuatanmu,” jawab Lyra. “Tapi kau harus siap menghadapi apa yang akan kau temui.”

Mira merasa jantungnya berdebar. Dia tahu bahwa apa pun yang ada di dalam gua itu mungkin bisa membantunya, tetapi dia juga merasa terintimidasi. “Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya dengan suara pelan.

“Kau harus masuk sendiri,” Lyra menjawab. “Hanya kau yang bisa menemukan kebenaran di dalam dirimu.”

Mira menatap ke dalam kegelapan gua, rasa takut dan rasa ingin tahunya bertarung dalam dirinya. Dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang menunggu di dalam, sesuatu yang bisa mengubah segalanya.

“Jangan khawatir,” Evano menambahkan, merasakan ketegangan dalam diri Mira. “Aku akan menunggu di sini bersamamu. Kau tidak sendiri.”

Dengan keberanian yang baru ditemukan, Mira mengangguk. “Baiklah, aku akan masuk,” katanya, berusaha mengatur napasnya.

Dia melangkah ke dalam gua, merasakan kegelapan menyelimuti dirinya. Di dalam, suasana terasa berbeda. Udara lebih dingin, dan suara tetesan air menggema di sekelilingnya. Semakin dalam dia melangkah, semakin terasa energi di sekelilingnya.

Mira menemukan ruangan luas dengan dinding-dinding yang dipenuhi simbol kuno. Di tengah ruangan, sebuah altar kecil berdiri, dan di atasnya terdapat batu berkilau yang memancarkan cahaya lembut. Dia merasa tertarik, seolah batu itu memanggilnya.

“Sentuh lah,” suara Lyra terdengar di telinganya. “Itu adalah inti kekuatanmu.”

Dengan hati-hati, Mira mendekati batu itu. Begitu jarinya menyentuh permukaan dingin, sebuah gelombang energi menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia merasakan kekuatan yang dahsyat, seolah-olah semua beban di pundaknya menghilang.

Tetapi dalam sekejap, bayangan gelap mulai muncul di sekelilingnya. Sosok-sosok menyeramkan dengan mata merah menyala mengintai dari kegelapan. Mira merasakan ketakutan yang mendalam, tetapi suara Lyra muncul dalam pikirannya, memberi kekuatan.

“Percayalah pada dirimu sendiri, Mira. Kekuatan ada di dalam dirimu. Hadapi ketakutanmu!”

Dengan keberanian yang baru ditemukan, Mira merasakan api yang mengalir dalam dirinya semakin menguat. Ketika bayangan-bayangan itu mendekat, dia ingat kata-kata Lyra, seolah-olah itu adalah mantra yang membangkitkan semangatnya.

“Hadapi ketakutanmu!” dia berbisik pada dirinya sendiri, membangkitkan kekuatan dalam hati yang terpendam.

Mira mengangkat kepalanya dan menatap bayangan-bayangan itu dengan mata penuh keberanian. Dia merasa ketakutannya mulai memudar, digantikan oleh rasa percaya diri yang baru. “Aku tidak akan membiarkanmu mengintimidasi aku!” teriaknya, suaranya bergetar namun tegas.

Bayangan-bayangan itu terhenti, terkejut dengan keberanian Mira. Dengan cepat, dia meraih batu yang berkilau di altar dan merasakan energi luar biasa yang mengalir melalui tangannya. Seketika, cahaya yang memancar dari batu itu membentuk perisai di sekelilingnya, melindunginya dari bayangan-bayangan gelap yang menyeramkan.

Mira merasa terhubung dengan kekuatan yang ada di dalam batu. “Kekuatan ini adalah bagian dari diriku,” pikirnya, membiarkan energinya mengalir ke seluruh tubuhnya. Dia bisa merasakan kekuatan phoenix dalam dirinya bangkit, memberinya keberanian untuk melawan segala ancaman.

Dengan sekuat tenaga, Mira melangkah maju ke arah bayangan-bayangan tersebut. “Aku adalah keturunan phoenix! Kekuatan ini bukan untuk ditakuti, tapi untuk melindungi!” teriaknya, suaranya menggema di dalam gua.

Bayangan-bayangan itu mulai mundur, seolah-olah merasakan ketakutan akan keberanian yang terpancar dari Mira. Dia mengambil napas dalam-dalam, membiarkan energi yang mengalir dalam dirinya membentuk bola api yang bersinar cerah. Dalam satu gerakan cepat, dia melepaskan bola api itu ke arah bayangan, dan seketika, cahaya menyilaukan mengusir kegelapan yang mengintai.

Ketika cahaya mereda, bayangan-bayangan itu hilang begitu saja, meninggalkan Mira dalam keheningan yang menenangkan. Dia terengah-engah, tetapi merasa kuat. “Aku bisa melakukannya,” gumamnya, senyumnya lebar, penuh kebanggaan.

“Bagus, Mira,” suara Lyra muncul dari kegelapan. “Kau telah mengambil langkah pertama menuju penguasaan kekuatanmu. Tetapi ini baru awal.”

Mira berbalik, melihat Lyra mendekat. “Apa yang terjadi sekarang?” tanyanya, masih merasa euforia.

“Kau harus belajar untuk mengendalikan kekuatanmu. Ini bukan hanya tentang melawan, tetapi juga memahami dirimu sendiri,” Lyra menjelaskan. “Kekuatan phoenix itu tidak hanya untuk menghancurkan, tetapi juga untuk menyembuhkan dan melindungi.”

Mira mengangguk, menyadari bahwa dia harus melakukan lebih dari sekadar bertarung. “Aku ingin belajar. Aku ingin memahami kekuatanku,” jawabnya dengan penuh semangat.

Lyra tersenyum, “Baiklah. Kita akan melatihmu di sini, di dalam gua ini. Ini adalah tempat di mana energi bertemu, dan kau akan menemukan banyak hal tentang dirimu.”

Mira merasakan rasa syukur dan harapan. Dia tidak lagi merasa sendirian dalam perjalanannya. Dengan Soren dan Evano menunggu di luar gua, dia tahu dia memiliki teman yang mendukungnya. “Apa yang harus aku lakukan pertama kali?” tanyanya.

“Pertama-tama, kau perlu belajar mengendalikan api yang ada di dalam dirimu. Kita akan mulai dengan latihan sederhana,” jawab Lyra. “Buka hatimu dan biarkan energi mengalir. Rasakan kehadiran api dalam dirimu dan biarkan itu terhubung dengan pikiranmu.”

Mira menutup matanya dan mengatur napasnya. Dia membayangkan api yang mengalir dalam tubuhnya, merasakan setiap detak jantungnya berirama dengan energi yang membara. Dengan konsentrasi, dia mencoba mengarahkan energinya ke telapak tangannya.

Dalam hitungan detik, dia bisa merasakan panas mulai membakar telapak tangannya, dan bola api kecil muncul. “Aku melakukannya!” serunya, terbawa semangat.

“Sekarang, coba kendalikan bola api itu,” Lyra meminta. “Jaga agar tetap stabil dan tidak membakar dirimu.”

Mira menatap bola api itu dengan fokus. Dia merasakan energi yang berkobar, berusaha menjaga stabilitasnya. Dalam hatinya, dia berdoa agar dia bisa mengendalikannya. “Aku bisa, aku bisa…” terus diulangnya dalam hati.

Mira merasa ketegangan di dalam dirinya mulai mencair. Dia berusaha untuk tidak panik. Perlahan, bola api itu mulai mengecil dan stabil di telapak tangannya. “Aku bisa!” dia berseru sekali lagi, dan kali ini, suaranya tidak hanya penuh semangat, tetapi juga percaya diri.

Lyra tersenyum bangga. “Bagus sekali, Mira. Ini adalah langkah awal yang penting. Ketika kau bisa mengendalikan api, kau akan bisa mengendalikan lebih banyak hal lainnya.”

Mira merasa hatinya meluap dengan semangat baru. Dia tahu, meskipun perjalanannya panjang dan penuh tantangan, dia tidak akan mundur. Dia akan terus berjuang dan belajar untuk melindungi apa yang dia cintai.

Setelah berlatih selama beberapa waktu, Mira merasa lelah tetapi sangat bersemangat. Lyra memberitahunya bahwa mereka harus kembali ke Soren dan Evano. “Mereka pasti khawatir. Kita tidak bisa membiarkan mereka menunggu terlalu lama.”

Mira mengangguk, mengingat wajah khawatir Soren dan Evano. “Baiklah, mari kita pergi.”

Saat mereka keluar dari gua, senja mulai menghampiri, memberikan cahaya oranye keemasan yang indah di langit. Mira merasa energinya terisi kembali, seolah-olah kekuatan baru itu mengalir ke dalam dirinya.

Soren dan Evano terlihat menunggu dengan cemas di pintu gua. Ketika mereka melihat Mira dan Lyra muncul, wajah mereka terlihat lega. “Mira! Kau baik-baik saja?” tanya Soren, matanya penuh kekhawatiran.

“Aku baik-baik saja. Aku telah belajar banyak hal,” jawab Mira, merasa bangga dengan kemajuan yang telah dia buat.

Evano menatapnya dengan serius. “Apa yang terjadi di dalam? Apa kau baik-baik saja?”

“Aku… aku telah belajar mengendalikan kekuatanku,” kata Mira, menekankan kata-kata itu dengan penuh keyakinan. “Aku merasa lebih kuat sekarang.”

“Ini sangat baik untuk mendengar,” Soren berkata. “Tetapi kita masih harus tetap waspada. Kuil Kegelapan bisa menyerang kapan saja.”

Lyra mengangguk setuju. “Kita harus segera merencanakan langkah selanjutnya. Kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan informasi tentang kekuatan Mira.”

Mira merasa beban di pundaknya kembali, tetapi kali ini dia tidak merasa sendirian. Dia memiliki Soren, Evano, dan Lyra di sampingnya. “Aku siap menghadapi apa pun yang datang,” katanya, suaranya penuh tekad.

Kekuatan dalam dirinya tidak hanya memberi dia kemampuan untuk bertarung, tetapi juga kekuatan untuk melindungi orang-orang yang dia cintai. Dia tahu bahwa pertempuran belum berakhir, tetapi dengan kekuatan baru dan teman di sisinya, dia siap untuk menghadapi segala tantangan yang akan datang.

Malam itu, saat mereka duduk mengelilingi api unggun, Mira merenungkan perjalanan yang telah dilaluinya. Dia mulai melihat masa depan dengan lebih cerah. Dengan harapan dan keinginan untuk belajar, dia yakin bahwa dia bisa mengatasi kegelapan yang mengintai, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk semua yang dia cintai.

“Untuk besok,” Mira berbisik, menatap bintang-bintang di langit. “Aku akan melawan kegelapan ini dengan semua yang ada dalam diriku.”

Dan saat itu, dalam hati Mira, api harapan baru berkobar dengan terang, menandakan awal dari perjalanan baru yang penuh tantangan dan penemuan.

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!