Nandini, adalah wanita kampung yang di nikahi oleh pria tampan dan kaya. Orang-orang mengira jika Nandini bak Cinderella di dunia nyata, yang mana gadis miskin yang di persunting oleh Pangeran..
Namun, semua orang tidak tau bahwa Nandini tersiksa di rumah megah bak istana itu... ia tak ayal layaknya pembantu yang berstatuskan istri dari seorang pengusaha di salah satu kota ternama.
Pernikahan tahun kelima, membuat Nandini lelah dan memberontak. Dimana sang suami membawa wanita baru kedalam rumah, yang mana membuat Nandini memiliki pikiran licik untuk membalaskan dendam atas pengabdian yang mereka sia-siakan.
Apa yang akan Andini lakukan?
Sedangkan di sisi lain, Pangeran yang asli tengah menunggu kehadiran dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani_aza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 : HAK SELAMA MENJADI ISTRINYA.
DIKAMAR.
Siska sedang duduk di meja rias dan mengoleskan skincare ke wajahnya. Sedangkan Seno sedang berkutat dengan leptop di depannya.
''Mas, suruh Nandini siapin baju kamu buat berangkat besok. Kalau punya aku cuma bawa koper aja, soalnya nanti di sana aku mau belanja baju.'' Ucap Siska sambil bergelayut manja di tangan Seno.
Cup.
Seno mencium pucuk kepala Siska.
''Tadi sudah mas suruh sayang ... biarin besok aja dia pakingnya.'' Jawab Seno dengan lembut, sambil mengelus kepala Siska.
''Jangan lupa bawa uang juga Mas. Aku nggak mau ada kekurangan, apa lagi soal uang.'' keluhnya dengan manja.
''Memangnya mau bawa berapa? kan kita ada kartu sayang, bawa cash seperlu nya aja. sepuluh juta cukup?''
''Kurang Mas, bawa dua lima aja.''
''Yasudah ambil di brangkas, kodenya ulangtahun kamu sayang aduh! aku kebelet.'' Seno berlari ke kamar mandi, membuat Siska terkekeh dan langsung berjalan ke arah brangkas besar yang ada di kamar mereka.
Siksa menekan tombol dan terlihat gepokan uang yang sangat banyak. Bukan hanya uang saja, tapi banyak tumpukan emas dan surat-surat penting lainnya.
"Lihatlah tumpukan uang ini, sekarang aku bisa menikmati hidup sesuka ku!" Gumam Siska, sambil meraba emas batangan dan tumpukan uang yang sangat banyak.
Siska mengambil uang tiga gepok.
Tok.
...Tok....
Tok.
''Mbak Siska di panggil ibu.'' Nandini berteriak dari luar kamar.
Siska mendecih dan menaruh uang itu di atas brangkas lalu membuka pintu dengan kesal.
''Apaan sih!'' cetusnya.
''Di panggil ibu mbak, katanya ada hal penting.''
''Yasudah!'' Sentaknya tidak suka.
Siska berjalan sambil menyentakkan kedua kakinya, lalu turun menghampiri sang mertua. Sementara Nandini tersenyum menatap punggung madunya itu, ia menoleh ke arah kamar dengan senyuman liciknya.
"Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada kalian.''
Krek!
Seno keluar dari kamar mandi sambil mengelus perutnya dengan lega, ia menoleh ke arah brangkas yang sedikit terbuka.
Seno mengerutkan keningnya dan melihat isi brangkasnya. ''Siska kemana? kenapa dibiarkan terbuka.'' gumam Seno, lalu mengambil dua gepok uang dan menutup brangkas itu kembali.
''Mas.'' Panggil Siska dari arah pintu kamar.
''Dari mana sayang? kenapa brangkas di biarkan terbuka.''
''Iya kah? ummm ... aku lupa menutupnya mungkin, barusan di panggil ibu, lihat deh mas. Ibu ngasih aku cincin berlian ... baguskan?'' Siska memperlihatkan jari manisnya dengan girang.
''Bagus sayang ... ini uangnya, taruh di koper nanti lupa.'' Seno memberikan dua gepok uang itu pada istrinya.
''Ayo kita tidur, besok biar nggak telat.'' Ajak Seno.
"Ihhh ... kok tidur sih! Kita nggak nganu dulu gitu Mas ..." Ucap Siska dengan manja dan menggoda, membuat Seno tersenyum dan langsung menggendong istri keduanya untuk memadu kasih.
Mereka berdua pun naik ke atas ranjang dan bermain kuda lumping di malam hari, membuat hawa panas di dalam kamar begitu menggairahkan dengan suara suara ambigu nan sensual.
Berbeda dengan Nandini yang berada di kamar pembantu yang sempit dan pengap.
''Astagfirullah ... '' Ucap Nandini dengan tangan gemetar saat ia mengeluarkan lima gepok uang dari dalam bajunya.
Yaa, Nandini tidak sengaja mendengar percakapan suami dan madunya. Ia sangat kesal karna Mas Seno sangat royal pada Siska, sementara dirinya hanya di beri uang lima ratus ribu dalam sebulan. Walau pun itu hanya untuk uang jajan saja, tapi bukankah itu tidak manusiawi? pembantu saja gajinya sudah lebih dari tiga juta sebulan, sedangkan ia hanya dapat lima ratus ribu?
Kurang ajar memang si Seno itu!
''Ya Allah ...''
Nandini merasa senang sekaligus khawatir melihat uang di depannya. Ada rasa puas tapi ada rasa takut, apakah mengambil sedikit uang suami akan jadi dosa? Tapi di pikir lagi oleh Nandini, jika ini tidak seberapa di bandingkan dengan tumpukan uang yang ada di brangkas yang tadi dia lihat.
Tumpukan itu sangat banyak, bukan hanya rupiah saja di dalamnya. Bahkan dolar amrik beserta dolar Singapur juga begitu menumpuk!
''Ini tidak dosa ... aku hanya mengambil hakku selama menjadi istrinya, dan ini tidak seberapa! Lihat saja, aku akan menguras semua uang mu.'' Ucap Nandini dengan seringai di wajahnya.
Nandini yakin jika Seno suaminya tidak akan menyadari jika hanya kehilangan uang lima puluh juta saja. Bahkan ia akan mengambil lebih banyak dari pada ini, termasuk mengambil harta milik mertuanya dengan perlahan.
••••
PAGI HARI.
Nandini seperti biasa, bangun subuh dan mengerjakan pekerjaan rumah ... untunglah hari ini ia tidak mencuci baju, karna ia sudah menyelesaikan pakaian-pakaian kotor itu.
Kini ia tengah menata makanan di meja makan, menunggu semua orang datang. Namun baru saja Nandini menghela nafas, mertuanya datang dan langsung duduk di kursi.
''Dini! Sana bersihkan kamar ibu. Pel yang bersih dan mengkilat!''
''Baik, Bu.''
Tidak ada bantahan, ia pergi dan membawa alat untuk membersihkan kamar mertuanya. Tidak sengaja ia melihat suami dan madunya yang baru saja turun dari lantai dua.
Hati Nandini sakit, tapi tidak sesakit seperti kemarin. Karna mungkin hatinya sudah terobati dengan lima gepok uang di tangannya.
Memang uang adalah obat manjur dari segala penyakit.
Nandini menggidikkan bahunya dan pergi ke kamar mertuanya.
Ketika Nandini sedang menyapu bawah ranjang, ia tidak sengaja melihat benda yang berkilau lalu mengambilnya.
''Cincin emas.'' Nandini langsung celingak cekinguk dan masukan cincin itu kedalam kaos kaki kotor di ember.
''Aku anggap itu upah dari mertuaku.'' Gumam Nandini, melanjutkan pekerjaannya dengan hati senang.
Nandini tau jika yang ia lakukan adalah salah ... tapi yang mereka lakukan pada dirinya jauh lebih salah dan tidak manusiawi. Lima tahun ia mengabdi dan menurut, entah itu sebagai istri atau sebagai menantu. Dimana mereka anggap ia adalah keset yang tidak berharga.
''Nandini ...'' Panggil Seno.
''Iya Mas.''
''Mas mau pergi, kamu di rumah jaga ibu dan rumah. Ini uang jajan mu.'' Seno memberikan uang berwarna merah lima lembar.
Nandini mencibik dalam hati, jika suaminya ini sangat licik dan tidak berperasaan.
Nandini mengambil uang itu dan tersenyum. ''Terima kasih mas, oh iyaa ... apa boleh hari ini aku pergi, Mas. Aku sudah lama nggak jalan jalan keluar beli baso. Boleh yaa Mas...'' Pinta Nandini memelas.
''Boleh pergi saja, Hati-hati.''
Siska dan Ibu Sonya mencibik tidak suka.
''Udah Mas, ayo pergi!'' Siska menarik tangan Seno.
Nandini dan Ibu Sonya mengantar kedua sekali itu ke teras depan.. Melihat mobil itu pergi, ibu Sonya mencibir Nandini.
"Cih, punya uang lima ratus ribu aja sok-sokan mau jalan-jalan.''
"Mau beli baso aja bu, soalnya pekerjaan di rumah sudah selesai semua."
"Yasudah! Jangan lama-lama."
Nandini mengangguk, dan memperhatikan punggung ibu mertuanya masuk.
"Lihat saja, tidak lama lagi kalian akan menyesal!"
•••
💯💯💯💯💯❤❤❤❤❤❤Adammmmmm💕💕💕