Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14
Zaen kaget saat melihat Rivandra datang ke kantor bersama Dion dan Shayna.
"Ikut aku!!" ajak Zaen sambil menarik lengan Rivandra. Tidak perduli seberapa keras Rivandra berontak bahkan sesekali mendorong Zaen tidak terima.
"Mau kemana?!" seru Shayna heran melihat Zaen terlihat marah pada Rivandra.
"Apa yang mau mereka bicarakan sampai harus menjauh?" gumam Shayna heran.
"Apa saya perlu mencari tahu, Nona?" tanya Dion menawarkan diri.
"Tidak,, tidak usah. Kita langsung ke kantor saja. Mungkin ada masalah di divisi Pak Zaen." jawab Shayna.
"Baik, Nona."
*****
Zaen mendorong tubuh Rivandra ke balkon yang sama saat Rivandra dan Arsyilla sedang bicara.
"Apa yang kamu lakukan?!" geram Rivandra.
"Sampai kapan kamu akan berlaku kejam pada dirimu sendiri? Bagaimana kamu akan membahagiakan Katty, kalau kamu gak bisa membahagiakan dirimu sendiri!!"
"Kamu tidak perlu ikut campur!"
"Lihat balkon ini! Ingat Rivandra yang terlalu tersenyum saat bersama Syilla!! Apa kamu juga bisa tersenyum di depan Katty dengan pembahasan yang sama nantinya? Apa kamu bisa meletakkan tanganmu di atas kepala Katty dengan penuh kasih sayang seperti yang kamu lakukan pada Syilla? Apa kamu bisa menatap Katty sama seperti cara kamu menatap Syilla selama ini?!!" hardik Zaen kesal.
"Hentikan, Zaen!!"
"I know you, Rivan!! Sudah cukup kamu bertindak kejam pada hatimu. Setidaknya, biarkan hatimu merasakan kebahagiaan meskipun hanya dalam waktu yang singkat. Toh,, kamu dan Syilla juga akan berpisah nantinya. Entah karena pernikahanmu atau karena Syilla yang resign."
Rivandra teringat dengan keinginan Arsyilla yang ingin kuliah di negara yang tidak bisa Shayna kunjungi, itu berarti tempat yang juga tidak bisa Rivandra jangkau. Dan yang di takutkan Rivandra hanya satu negara yang selamanya tidak akan bisa dikunjungi baik oleh Rivandra ataupun Shayna. Negara itu adalah negara Arab. Karena dia dan Shayna non muslim.
"Syilla sudah berangkat tadi pagi, melihat ekspresi Shayna yang terlihat tenang, sepertinya Shayna tidak tahu kalau Syilla sedang berlibur. Apa kamu akan menyi-nyiakan kesempatan ini? Turuti hatimu, Rivan. Setidaknya biarkan hatimu berbahagia sedikit saja." kata Zaen sembari pergi.
Rivandra menatap langit pagi yang terlihat cerah. Matahari tengah bersinar dengan cerahnya. Kembali teringat dengan yang di katakan Arsyilla.
"Pak Rivandra itu,, seperti matahari yang sinarnya sangat di butuhkan bumi. Untuk memberikan kehangatan."
Rivandra berlari menyusul Zaen yang hendak menutup pintu liftnya.
"Handle perusahaan untuk sementara. Aku akan membunuhmu kalau sampai kamu mengacaukan perusahaan selama aku pergi!" kata Rivandra sesaat sebelum pintu lift terbuka.
Zaen yang semula hanya menyimak perkataan Rivandra menjadi tertawa saat melihat Rivandra berlari menuju jalan raya dan menyetop taksi.
"Have fun, Bro!!" seru Zaen senang.
*****
"Kok Pak Zaen ada di sini? Dimana Pak Rivan?" tanya Shayna yang di ikuti pandangan heran teman-temannya.
"Untuk tiga hari ke depan, divisi ini menjadi tanggung jawabku. Karena Pak Rivandra sedang ada project keluar kota."
"Keluar kota? Kok mendadak? Bahkan Pak Rivandra tidak berpamitan padaku." protes Shayna kesal.
"Tanyakan sendiri pada kakak kesayanganmu itu nanti. Sekarang yang harus kamu lakukan, lanjutkan pekerjaanmu!" goda Zaen sambil mendudukkan Shayna di meja kerjanya. Hingga membuat Kayla tertawa.
"Selamat bekerja semuanya!" seru Zaen sembari masuk ke ruangan Rivandra.
*****
Arsyilla menghirup udara segar kota kelahirannya. Kota dengan sejuta kenangan indah juga kota penuh lara. Kalau tidak mendengar ibu panti yang merawatnya dulu sedang sakit saat ini, rasa-rasanya Arsyilla enggan menginjakkan kakinya di kota ini lagi.
Arsyila terpaku di tempatnya berdiri. Karena di depan stasiun tugu Yogya. Ada Rivandra yang sedang tersenyum manis. Bukan dengan stelan jas kerja, tapi dengan stelan casual.
“Pak Rivandra?” panggil Arsyilla sembari mendekat.
“Seperti yang kamu bilang, kita refreshing!” seru Rivandra sembari mengambil alih koper Arsyilla menuju mobilnya.
Arsyilla menarik kopernya, hingga Rivandra menghentikan langkahnya. Kemudian Arsyilla celingukan melihat ke arah mobil yang tadi berada di belakang Rivandra.
"Ehhmm.. Pak Rivandra tidak mengatakan pada Shayna kan?" tanya Arsyilla memastikan.
"Tentu saja tidak. Kan kamu sendiri yang mengatakan, liburan tanpa ada satupun yang mengenali kita." jawab Rivandra pasti. Arsyilla tersenyum lega.
“Pak Rivandra membawa mobil?”
“Aku menyewanya, tenang saja, sekalian tour guidenya. Kita tidak akan tersasar nanti.” kata Rivandra menenangkan.
Arsyilla tertawa lirih. ' Gimana bisa tersasar, tujuh belas tahun aku berada di kota ini sebelum akhirnya melarikan diri ke Jakarta.' batin Arsyilla lucu.
“Kembalikan, Pak."
“Kenapa?”
“Gak seru dong, Pak! Kan kita di sini sebagai orang biasa tanpa fasilitas apa pun. Akan saya tunjukkan seperti apa kehidupan orang biasa seperti saya.”
“Baiklah, sebentar.”
Rivandra berbicara sebentar dengan tour guidenya lalu mengambil ranselnya yang berada di bagasi mobil. Kemudian kembali mendekat ke Arsyilla.
“Lalu, apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Rivandra senang.
Arsyilla menatap Rivandra dari ujung atas sampai ujung bawah. Membuat Rivandra melakukan hal yang sama.
“Kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?”
“Pertama, kita rubah outfit Pak Rivandra.”
“Memangnya kenapa?” protes Rivandra tidak terima.
Karena sebelum berangkat ke sini, dia sampai harus membongkar seluruh isi lemarinya untuk menemukan stelan baju casual seperti ini. Dan seenaknya saja Arsyilla mau menggantinya.
“Siapapun yang melihatnya, pasti bisa langsung tahu semua yang ada di tubuh Pak Rivandra, barang-barang branded, Pak.” jelas Arsyilla.
Rivandra tertawa sambil mengangguk, “aku hanya membawa dua stel baju. Dengan model yang sama.”
“Apa keberatan kalau membeli satu stel baju sederhana?” tanya Arsyilla ragu. “ Kalau tidak, saya yang akan membelikanya. Gimana?” usul Arsyilla.
Rivandra makin tertawa, semakin membuat Arsyilla merasa nyaman. Tidak seperti saat berada di kantor.
"Ini pertama kalinya ada wanita yang membelikanku baju. Baiklah, Tapi dengan satu syarat.”
“Apa itu?”
“Biarkan aku yang membayar semua akomodasi kita selama berada di sini.” tegas Rivandra.
“Ehhmmm... Hanya makan saja gimana? Kita bisa membayar biaya penginapan kita masing-masing nanti?” usul Arsyilla.
“Baiklah.”
“Ayo kita masuk ke pasar tradisional itu, Pak.”
Rivandra tidak juga melangkah membuat Arsyilla bingung. Dan kembali mendekat ke arahnya.
"Ada apa, Pak?"
“Apa kamu tetap akan memanggilku dengan sebutan Pak? Kita tidak sedang berada di kantor sekarang.” protes Rivandra.
Arsyilla terdiam, menimbang sejenak permintaan Rivandra.
“Ehhmm... Untuk tiga hari ke depan. Maafkan saya ya Pak. saya akan memanggil dengan Kak Rivan boleh?”
"Begitu lebih baik. Terima kasih." jawab Rivandra senang.
Rivandra berjalan lebih dulu untuk menyembunyikan senyumnya dari Arsyilla. Rivandra yakin wajahnya bersemu merah saking senangnya.
*****
"Homestay ini hanya bintang dua sih, Kak. Tapi, rating dan reviewnya bagus kok. Ada persewaan sepeda, motor dan mobil. Mereka juga menyediakan tour guide, Kak." jelas Arsyilla sambil duduk di pinggir taman.
Rivandra hanya menatap Arsyilla dengan senang, tidak mungkin bisa sedekat dan seakrab ini kalau di kantor.
"Gimana, Kak?" tanya Arsyilla sambil melihat ke arah Rivandra.
"Itu juga oke. Yang terpenting tempatnya strategis, dekat dengan destinasi wisatanya."
"Ihhh,, Kak Rivan sudah gak sabar ya."
Rivandra tertawa, "Iya sih, tapi untuk malam ini. Sebaiknya kita istirahat dulu. Aku tahu kamu sudah lelah setelah perjalanan panjang."
Arsyilla mengangguk mengiyakan. "Iya sih. Kita tunda besok, gak apa-apa kan?"
"It's okey, Syilla." jawab Rivandra sambil mencubit pipi Arsyilla gemas.
"Ayo kita ke tempat homestay nya. Sudah ada di depan sana." ajak Arsyilla sambil melangkah lebih dulu.
Rivandra mengambil alih koper milik Arsyilla.
"Gak usah, Kak. Aku bisa kok."
"Kamu memang bisa melakukannya. Tapi, aku gak mau liburan kita kembali tertunda karena kamu kecapekan." sindir Rivandra.
"Siap, bos!!" seru Arsyilla keki.