Feng Yan seorang pemuda yang tadinya di anggap jenius telah membangkitkan jiwa beladiri berupa manik hijau misterius yang tidak pernah di kenali dan tidak memiliki tingkatan kualitas sehingga semua orang mulai memandang rendah dirinya. dari yang tadi jenius yang di puja kini berubah menjadi sampah yang di pandang rendah.
tahun demi tahun berlalu. Feng Yang tidak pernah berputus asa hingga suatu hari dia kembali dengan kekuatan yang luar biasa. dia bangkit dengan kekuatan yang menggemparkan Dunia.
ikuti terus perjalanan Feng Yan untuk menjadi yang terkuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Tarian Phoenix Es Abadi.
Bab 17. Tarian Phoenix Es Abadi.
Di hari berikutnya Feng Yan kembali tenggelam dalam latihannya kali ini dia bertekad menguasai Gelombang kehancuran dari 40% hingga 100%. Dia sadar bahwa jika ingin menghadapi musuh-musuh yang lebih kuat, penguasaan teknik ini hingga 100% adalah keharusan.
Setiap hari sejak saat itu, ia tenggelam dalam latihan intensif. Langit, tanah, dan waktu menjadi saksi usahanya dalam memaksa tubuh dan pikirannya untuk menanggung tekanan yang hampir tak tertahankan.
Bulan pertama dimulai dengan Feng Yan yang berada di titik 40%, mencoba memahami dasar Gelombang Kehancuran agar mampu mendorongnya hingga 50%. Meski tampak sederhana, kenyataannya jauh lebih keras dari yang ia bayangkan.
Sore itu, saat matahari hampir tenggelam, Feng Yan berdiri di tengah hutan tempat biasa dia berlatih. Ia mengalirkan energi di tubuhnya, mencoba mengarahkan kekuatan ke arah tertentu. Tetapi, seketika, energi itu seperti tak terkendali, berbalik menyerang tubuhnya sendiri, menyebabkan luka dalam. Dia terjatuh, napasnya terengah-engah.
"Ahh… Seperti ini saja aku masih gagal?" gumam Feng Yan sambil terengah-engah, menatap tangannya yang gemetar karena ketegangan energi.
Namun, ia tak ingin menyerah begitu saja. "Feng Yan… Kau telah memilih jalan ini. Kau tahu ini tidak mudah. Kau sudah berjanji pada dirimu sendiri," Bisiknya pelan. Dengan penuh tekad, dia bangkit dan mulai kembali dari awal, memerhatikan setiap detail, setiap aliran energi yang melintasi tubuhnya.
Setelah sebulan penuh, pada akhirnya ia berhasil mencapai 50%, bisa melepaskan Gelombang Kehancuran tanpa menyebabkan kerusakan pada tubuhnya.
Memasuki bulan kedua, Feng Yan mulai memfokuskan diri pada efisiensi penggunaan energi untuk mencapai 60%. Kali ini, dia harus belajar mengontrol energi dengan lebih stabil dan konsisten. Tetapi kenyataan kembali menantangnya. Suatu malam, di tengah latihan, dia kehilangan kendali, menyebabkan kekuatannya menyebar ke sekeliling tanpa arah. Rasa letih dan frustasi menghantamnya, membuat tubuhnya hampir roboh.
“Apa gunanya semua ini jika aku bahkan tidak bisa menjaga stabilitas?” Desah Feng Yan sambil duduk bersandar pada sebuah pohon.
Namun, dia kembali mengingat janji kepada dirinya sendiri. "Ini adalah langkah yang harus kuambil. Tidak ada jalan lain. Kau harus lebih kuat, Feng Yan," katanya, berusaha menenangkan pikirannya.
Hari-hari pun berlalu, dan perlahan ia mulai memahami caranya mengarahkan energi agar lebih efisien. Akhirnya, ia berhasil mencapai 60%. Meskipun lelah, Feng Yan tersenyum puas, merasakan pencapaian yang sulit itu sebagai kekuatan baru dalam dirinya.
Bulan ketiga datang, dan dengan kekuatan 60% di tangan, Feng Yan bertekad mencapai 70%. Di tahap ini, ia meningkatkan kekuatan serangan agar lebih dahsyat. Setiap serangan membutuhkan dorongan penuh dari energinya, tetapi tubuhnya sering kali tidak kuat menahan ledakan energi yang ia lepaskan.
Suatu kali, saat dia mencoba menghasilkan Gelombang Kehancuran dengan kekuatan maksimal, tubuhnya terasa seperti dihantam badai energi dari dalam. Ia jatuh tersungkur, merasakan rasa sakit menjalar di sekujur tubuh.
“Apakah ini terlalu berat bagiku?” pikir Feng Yan dalam kepedihan.
Namun, ia berusaha meyakinkan diri. "Jalan seorang pejuang tidak pernah mudah. Jika aku berhenti di sini, aku tak akan pernah mencapai puncak," Katanya pada dirinya sendiri dengan suara lemah.
Setelah berminggu-minggu menjalani latihan, Feng Yan mulai menemukan cara untuk menahan intensitas Gelombang Kehancuran tanpa merusak tubuhnya. Pada akhir bulan ketiga, ia berhasil mencapai 70%, dan kini mampu menghasilkan serangan yang jauh lebih destruktif tanpa kehilangan keseimbangan.
Saat bulan keempat dimulai, Feng Yan menghadapi tantangan baru. Kali ini, ia harus melatih tubuhnya untuk menahan lonjakan energi dari luar dan mulai menyerap energi sekitar untuk memperkuat serangan. Namun, tantangan ini jauh lebih berat dari yang dia kira.
Setiap kali dia mencoba menyerap energi, tubuhnya seperti dipenuhi kekuatan liar yang sulit dikendalikan, dan beberapa kali hampir menyebabkan luka serius. Dalam keadaan hampir putus asa, ia berbicara pada dirinya sendiri.
"Jika aku tidak bisa menyatu dengan energi di sekitarku, bagaimana aku bisa menjadi lebih kuat?" Katanya sambil merenung dalam diam.
Feng Yan terus berlatih, menghadapi rasa sakit dan ketidakpastian setiap hari, hingga pada akhirnya tubuhnya mulai terbiasa menyerap energi eksternal. Pada akhir bulan, Feng Yan mencapai tingkat 80%, dan kekuatan Gelombang Kehancuran-nya semakin hebat dengan bantuan energi dari alam sekitar.
Bulan kelima adalah perjalanan menuju 90%, tahap yang membutuhkan kekuatan mental yang lebih besar. Setiap kali dia mengeluarkan Gelombang Kehancuran, pikirannya diuji dengan tekanan yang luar biasa.
Fokus adalah segalanya, karena satu kesalahan kecil bisa menyebabkan energi itu berbalik menyerang dirinya sendiri. Ia beberapa kali hampir kehilangan kendali dan merasa kewalahan.
“Aku… tidak boleh jatuh! Aku telah sampai sejauh ini, Feng Yan. Kau harus melangkah lebih jauh!” serunya dalam hati, meneguhkan tekadnya untuk terus berjuang.
Minggu demi minggu, Feng Yan mulai terbiasa menjaga konsentrasi dalam tekanan tinggi. Pada akhir bulan kelima, ia mencapai tingkat 90%, kekuatannya kini sanggup meluluhlantakkan area luas dalam satu serangan.
Akhirnya, bulan keenam, tantangan terakhir. Untuk mencapai penguasaan penuh di 100%, Feng Yan harus menyatukan kendali penuh atas tubuh dan pikirannya. Latihan ini adalah yang paling berat. Setiap kali dia mencapai batas kekuatannya, tubuhnya terasa hampir runtuh. Namun, Feng Yan telah menyiapkan tekadnya.
“Ini adalah takdirku. Jika aku tidak bisa menguasai kekuatan ini, aku tidak layak disebut pejuang!” Gumamnya, menatap jauh ke cakrawala.
Hari-hari terakhir berlalu dalam ketegangan. Setiap serangan, setiap aliran energi, dia arahkan dengan penuh kesempurnaan. Hingga akhirnya, di penghujung bulan keenam, Feng Yan merasakan harmoni sempurna dalam Gelombang Kehancuran. Kekuatan itu kini berada sepenuhnya dalam kendalinya.
Dengan napas dalam, Feng Yan tersenyum. “Akhirnya… Aku berhasil. Aku telah mencapai 100%.” Di saat itu, dia merasakan kekuatan yang tak terhingga mengalir dalam dirinya. Semua kerja keras, rasa sakit, dan tekad yang ia tanamkan selama enam bulan penuh perjuangan kini terbayar.
Feng Yan kini berdiri sebagai pejuang yang lebih kuat, siap menghadapi tantangan apa pun yang menantangnya.
Di tempat lain, di Alam atas.
Benua Awan putih. Sekte Laut Biru.
Di sebuah halaman yang luas. Seorang gadis cantik berusia 15 belas tahun sedang mengayunkan pedangnya dengan sangat lihai. Pedang itu terlihat sangat lembut namun percayalah di setiap gerakannya mengandung fluktuasi energi yang dapat menghancurkan Bukit Dengan mudah.
Nama Tehnik Pedang itu adalah 12 tarian Pedang Phoenix es abadi.
Teknik Pedang Phoenix Es Abadi terdiri dari 12 gerakan yang terinspirasi dari kekuatan es dan ketangkasan seekor phoenix. Setiap gerakan memiliki karakteristik unik yang menggabungkan serangan kuat dengan ketahanan es, menjadikannya teknik pedang yang mematikan dan anggun.
Berikut adalah 12 gerakan dalam teknik ini.
1. Embun Beku Pertama.
Gerakan pembuka yang sederhana, melibatkan serangan cepat yang meninggalkan jejak es di udara. Lawan yang terkena serangan ini akan merasakan hawa dingin yang membuat gerakan mereka sedikit melambat.
Cakar Phoenix Beku.
Serangan dengan cakar es berbentuk ilusi yang menghantam dari berbagai sudut. Gerakan ini memecah pertahanan lawan dengan pukulan yang datang tak terduga dari beberapa arah.
3. Serpihan Salju.
Gerakan yang menghasilkan serpihan-serpihan es yang melayang, mengelilingi lawan untuk mengganggu pandangan dan fokus mereka. Saat lawan lengah, serpihan-serpihan ini dapat diarahkan untuk menyerang titik lemah.
4. Sayap Dingin Menyapu.
Tebasan lebar yang memproyeksikan energi es dalam bentuk sayap phoenix yang tajam. Energi ini mampu membekukan apapun yang berada dalam lintasan tebasannya.
5. Pelukan Salju.
Teknik bertahan yang membentuk perisai es di sekitar tubuh pengguna. Saat lawan menyerang, mereka akan terpental atau bahkan membeku jika kontak terjadi cukup lama.
6. Puncak Es Menikam Langit.
Serangan vertikal yang cepat dan kuat, menciptakan pilar es yang menembus ke atas. Teknik ini sangat cocok untuk menaklukkan lawan yang melompat atau menyerang dari udara.
7. Angin Beku Menyapu Daratan.
Pengguna mengayunkan pedang dengan kekuatan yang menciptakan angin dingin menggigil. Gelombang dingin ini menyerang lawan dari kejauhan dan memperlambat gerakan mereka secara signifikan.
8. Sinar Es Memotong.
Serangan cepat yang menciptakan garis lurus es di udara, menyerupai sinar tajam yang dapat memotong apapun di jalurnya. Gerakan ini sangat presisi dan mematikan jika diarahkan dengan baik.
9. Kepak Phoenix Es.
Phoenix es muncul sebagai ilusi yang melayang-layang di sekitar pengguna. Dengan setiap ayunan pedang, bayangan phoenix ini mencakar atau menembakkan semburan es pada lawan, meningkatkan efek serangan.
10. Cakar Pembekuan Mendalam.
Tebasan yang memusatkan energi es pada titik tertentu di tubuh lawan, menyebabkan area tersebut membeku secara instan. Efek ini dapat melemahkan gerakan lawan atau membuat mereka rentan terhadap serangan selanjutnya.
11. Putaran Phoenix Salju.
Gerakan berputar yang membuat pengguna menyerupai badai salju hidup. Dengan kecepatan tinggi, es dari tebasan pedang menciptakan pusaran salju yang dapat menyelubungi dan melukai lawan dari segala arah.
12. Ledakan Embun Abadi.
Gerakan puncak di mana pengguna mengumpulkan semua energi es dalam tubuhnya dan mengeluarkannya dalam satu ledakan besar. Embun es menyelimuti medan pertempuran, menyebabkan efek pembekuan masif yang dapat melumpuhkan lawan sepenuhnya.
------------------
Gadis cantik yang sedang menari dengan pedangnya ini tidak lain adalah Feng Xiao Lan. Saat ini dia sedang melakukan tarian ketiga dari 12 Pedang. Yaitu Serpihan Salju.
Di halaman luas yang dikelilingi kubah energi kuat, Feng Xiao Lan berdiri tegap, memancarkan aura dingin. Wajahnya tenang, tanpa ekspresi berlebihan, sementara tatapan matanya tajam seperti es yang tak dapat ditembus. Kubah energi yang melindungi area latihan itu berpendar biru, menahan segala fluktuasi energi yang mungkin muncul dari latihannya.
Feng Xiao Lan menghela napas panjang, merasakan hawa sejuk dari energi yang berdesir di sekitar kubah. Ia tahu, dalam tempat yang terisolasi ini, ia dapat mengerahkan seluruh kemampuannya tanpa menahan diri. "Aku harus menyatu dengan energi ini, menguasai tarian es hingga setiap serpihan menjadi bagian dari diriku," gumamnya.
Ia mulai mengayunkan pedangnya perlahan, memasuki gerakan pertama Tarian Serpihan Salju. Langkahnya ringan, seakan menari di atas lapisan tipis udara yang membeku, menciptakan serpihan-serpihan es yang berkilauan di sekelilingnya.
Namun, energi dingin ini tidak mudah dikendalikan. Setiap kali ia mempercepat gerakan, serpihan-serpihan itu menyebar liar dan tidak beraturan, gagal mengikuti pola yang ia inginkan.
"Tenang... fokus," bisiknya pada diri sendiri, memusatkan pikiran dan memperlambat tarikan napasnya. Dia kembali mencoba, menyelaraskan diri dengan energi es dan kubah yang membentengi halaman itu. Setiap kegagalan hanya menguatkan tekadnya untuk mencapai kesempurnaan.
Hari demi hari berlalu dalam latihan yang tiada henti. Di bawah perlindungan kubah energi, Feng Xiao Lan merasa tak perlu khawatir akan batasan energi atau gangguan dari luar. Setiap saat dia gagal, dia merenung sejenak, kemudian bangkit dengan semangat yang lebih besar. Perlahan, ia mulai memahami aliran energi es di sekitarnya, dan mulai mengendalikannya dengan lebih tenang.
Pada suatu hari, dia akhirnya berhasil mengayunkan pedangnya tanpa memecah serpihan es yang ia bentuk. Serpihan-serpihan itu berputar mengitarinya dengan teratur, membentuk lingkaran dingin yang berkilauan. Dengan gerakan anggun, dia meningkatkan kecepatan tarian, membiarkan serpihan-serpihan es melayang dan terkoordinasi sempurna.
"Aku mulai merasakannya... es ini bukan hanya sekadar senjata," bisiknya, tersenyum tipis. "Ini adalah bagian dari diriku."
Dalam ketenangan itu, Feng Xiao Lan meningkatkan intensitas gerakan. Setiap gerakan menjadi lebih cepat dan akurat, hingga kubah energi pun merespons dengan berpendar lebih kuat, menahan kekuatan es yang mulai mengguncang udara. Badai salju mini terbentuk di sekelilingnya, dan ia merasakan energi dingin dari setiap serpihan yang melayang.
Dengan sekali ayunan pedang, ia mengarahkan serpihan-serpihan es ke sebuah target batu besar yang ada di ujung halaman. Seketika, batu itu diselimuti lapisan es yang tebal, membeku hingga retak, tanda keberhasilan Feng Xiao Lan menguasai kekuatan yang ia latih keras. Berdiri di tengah area yang kini berselimut es, Feng Xiao Lan menghela napas lega, matanya menatap sekeliling dengan kepuasan.
"Ini adalah hasil kerja keras ku" bisiknya. "Kini, Tarian Serpihan Salju adalah bagian dari diriku."
Dengan keteguhan yang telah ia tanamkan, Feng Xiao Lan telah berhasil menyatukan dirinya dengan energi dingin yang tak kenal ampun. Di balik sikapnya yang keras kepala, ia kini berdiri di puncak kekuatan, layaknya badai salju yang tenang namun mematikan,dingin, tajam, dan tak tertandingi.
"Baiklah sekarang saatnya mencoba menggabungkan tarian pertama (Embun beku pertama.),Tarian kedua ,(Cakar Phoenix beku) dan tarian ketiga (Serpihan Salju.) menjadi satu serangan tunggal." Ucapnya sambil mulai melakukan gerakan yang terorganisir dengan baik.
Di bawah kubah energi yang kokoh, Feng Xiao Lan bersiap untuk menggabungkan tiga tarian yang telah dia latih keras: Tarian Serpihan Salju, Tarian Embun Beku, dan Tarian Cakar Phoenix Beku. Ia tahu bahwa setiap teknik ini memiliki sifat yang berbeda:
Serpihan Salju mematikan dalam keanggunannya, Embun Beku lembut tetapi tajam, sementara Cakar Phoenix Beku kuat dan penuh ledakan. Untuk menggabungkannya, ia harus mencapai keseimbangan sempurna, mengendalikan setiap aliran energi dengan presisi.
Ia mulai dengan Tarian Serpihan Salju, mengayunkan pedangnya dengan lembut. Dari setiap ayunan, serpihan es berkilauan mulai terbentuk, mengelilinginya dalam pola yang anggun namun tajam. Hawa dingin menyebar, dan suhu di area itu menurun drastis, dengan serpihan-serpihan es berputar cepat di sekelilingnya, siap untuk menyerang.
Tanpa berhenti, dia segera beralih ke Tarian Embun Beku. Dengan gerakan halus dan terkendali, Feng Xiao Lan menyebarkan energi embun yang mengembun menjadi lapisan es tipis, seperti kabut beku yang menyelimuti udara. Kabut ini menempel pada serpihan-serpihan es dari Tarian Serpihan Salju, memperkuat tiap serpihan dengan lapisan embun yang tajam. Di setiap tarikan napasnya, kabut beku melayang, menciptakan dinding perlindungan yang tajam bagi siapa pun yang mendekat.
Selanjutnya, dia melangkah maju dengan tegas, memasuki Tarian Cakar Phoenix Beku. Feng Xiao Lan memusatkan energi di ujung pedangnya, menciptakan kekuatan yang terasa lebih intens.
Dia mengayunkan pedang itu dengan penuh tenaga, menciptakan jejak cahaya beku berbentuk cakar phoenix di udara. Cakar-cakar es yang berkilauan ini menambah intensitas serangannya, menggabungkan energi tajam dari Tarian Embun Beku dan kehancuran masif dari Cakar Phoenix Beku.
Dengan setiap gerakan, fluktuasi energi yang tercipta semakin besar, hingga kubah energi berpendar lebih kuat untuk menahan kekuatan yang dilepaskan. Lingkungan di dalam kubah berubah menjadi medan badai es, dengan serpihan-serpihan es melesat ke segala arah, kabut embun beku yang mengaburkan pandangan, dan cakar-cakar phoenix beku melayang, siap menghancurkan apapun di jalurnya.
Ketiga teknik itu kini bergerak bersamaan, harmonis namun menakutkan. Feng Xiao Lan mengendalikan mereka seakan ketiga tarian itu adalah bagian dari dirinya, mengarahkan setiap serpihan, kabut, dan cakar dengan ketepatan luar biasa.
Dia mengayunkan pedangnya ke arah sebuah target besar di ujung halaman. Dalam satu ledakan, serpihan-serpihan es menerjang lebih dulu, diikuti oleh lapisan embun beku yang mengunci target dalam lapisan dingin pekat, dan diakhiri dengan cakar phoenix beku yang menghantam dan menghancurkan target hingga retak dan berkeping-keping, menyebarkan serpihan es yang beterbangan ke segala arah.
Saat energi berangsur-angsur mereda, Feng Xiao Lan berdiri tenang di tengah halaman yang kini tertutup lapisan es tebal, hasil dari kombinasi ketiga tarian tersebut. Tubuhnya bergetar sedikit dari intensitas energi yang dilepaskan, namun sorot matanya tetap tenang, puas dengan hasil latihannya
"Tiga tarian ini telah menjadi satu, kekuatan sejati yang lahir dari kerja keras dan ketekunan. Mulai sekarang namanya adalah Tarian Phoenix Es Abadi."Bisiknya pada diri sendiri.
Ketika dia memulai eksekusi Tarian Es Phoenix Abadi, suasana di sekelilingnya berubah. Setiap gerakan pedangnya tidak hanya mengeluarkan aura dingin yang menusuk, tetapi juga diiringi oleh suara ledakan yang menggelegar, menciptakan momen dramatis yang menggetarkan seluruh area.
Saat ia melakukan gerakan pertama, menusuk dengan pedang, udara di sekelilingnya bergetar, diikuti oleh bunyi dentuman keras seperti suara petir yang menyambar.
"BOM!"
Suara ledakan memecah kesunyian, menciptakan gelombang energi es yang meluncur cepat ke arah musuh, menyapu bersih semua yang ada di depannya. Serpihan-serpihan es yang tajam dan berkilau terbang, memancarkan cahaya seperti bintang yang jatuh, menciptakan efek visual yang menakjubkan.
Ketika ia beralih ke gerakan berikutnya, menebas dengan kuat, suara ledakan terdengar lebih menggema.
“CRASH!”
Ledakan energi es yang dikeluarkan dari pedangnya menciptakan gelombang dingin yang merusak lingkungan sekitarnya. Tanah bergetar, dan hembusan angin dingin menyapu area, mengubah pemandangan menjadi arena pertempuran yang penuh dengan serpihan es dan aura berbahaya.
Dengan setiap gerakan, seperti saat ia menggiring serpihan-serpihan es, ledakan suara semakin menguat, seolah memadukan kebangkitan kekuatan Phoenix dengan dinginnya es.
"BOM!"
Energi dingin menabrak permukaan tanah, meninggalkan bekas yang membeku dan membekukan segala sesuatu di sekitarnya. Suara ini menggema seperti orkestra ledakan, menciptakan simfoni pertempuran yang tak terlupakan.
Puncaknya adalah saat Feng Xiao Lan menyelesaikan gerakan dengan serangan akhir yang megah. Dengan sekali ayunan..
"BOM!"
Suara menggelegar mengguncang ruang di sekelilingnya. Kekuatan energi es bercampur dengan kekuatan Phoenix, melepaskan badai dingin yang menghancurkan dengan ledakan yang bisa terdengar hingga jauh. Semua serpihan es meluncur dan membentuk pusaran dingin di udara, menciptakan pemandangan yang megah dan mematikan.
Hasil akhir dari Tarian Es Phoenix Abadi adalah campuran antara keanggunan dan kekuatan, yang disertai dengan suara ledakan yang mempesona. Feng Xiao Lan tidak hanya menunjukkan teknik yang indah, tetapi juga kekuatan luar biasa yang bisa mengubah medan pertempuran dengan setiap gerakan yang ia lakukan.
Di balik tatapan dingin dan sikap keras kepalanya, Feng Xiao Lan telah mencapai puncak teknik yang ia kejar, memadukan keindahan dan kehancuran dalam satu tarian yang tak terlukiskan.
PROK! PROK! PROK!
Tiba tiba terdengar suara tepuk tangan dari Seorang Wanita yang sangat cantik dan berjalan mendekat ke arah Fang Xiao Lan. Kemudian wanita itu berkata
"Bagus Lan'er, kamu melakukannya dengan sangat baik." Ucapnya memuji.
terlalu lama bulet di sini aja hadeh lebih baik cabut by by by