Juliette, terlahir dari keluarga yang minim simpati dan tidak pengertian.
Membuat ia tumbuh menjadi gadis mandiri dan sulit berekspresi.
Di tengah perjalanan hidupnya yang pahit, ia justru bertemu dengan yang Pria semakin membuat perasaannya kacau.
Bagaimana kelanjutan hidup Juliette?
Akankah ada seseorang yang memperbaiki hidupnya?
Simak kelanjutannya, Behind The Teärs by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Secrets of the Night
“Kau bilang temanya kerajaan.” Juliet emosi namun rasa canggungnya lebih besar dari kekesalannya.
Lorong menuju mansion dihiasi dengan lampu lentera kaca yang memancarkan cahaya lembut.
Taman depan dirancang menyerupai labirin kecil, dihiasi bunga musim dingin dan air mancur dengan patung malaikat bersayap.
“Tapi lihat pakaianku! Aku jauh lebih mencolok darimu. Dan hei, dress-mu sesuai, kan? Kau terlihat luar biasa,” balas Myra sambil melangkah lebih cepat, menjaga jarak seolah ingin menghindari amukan Juliet.
Juliet hanya mendesah frustrasi, namun langkahnya terus mengikut Myra menuju pintu utama mansion. Di sana, suasana semakin megah.
Lampu kristal besar tergantung di langit-langit aula masuk, memberikan semburat keemasan yang menyelimuti seluruh ruangan. Musik modern berdentum lembut, tetapi cukup terasa di telinga.
Meja-meja kecil dengan minuman berjejer di sepanjang dinding, dipegang oleh pelayan berpakaian formal yang berjalan mondar-mandir menawarkan champagne dan koktail.
Mata Juliet beralih ke lantai dansa utama, di mana pasangan-pasangan mulai berkumpul.
Lampu sorot biru dan perak berputar-putar, menyoroti tamu-tamu yang sudah asyik berbincang dan tertawa.
Sementara itu, Myra dengan santainya meraih dua gelas dari pelayan dan memberikan salah satunya kepada Juliet.
“Tenang saja, Nona. Aku tahu kalau aku tidak membohongimu, kau pasti datang pakai dress sehari-harimu,” kata Myra sambil menyenggol lengan Juliet dengan senyum lebar.
Ia memang berbeda, tetapi dalam cara yang baik. Di tengah semua keramaian dan kemewahan mencolok itu, Juliet tampak seperti oase keanggunan yang tidak terduga.
Setelah berhasil membujuk Juliet untuk datang ke pesta, Myra merasa tugasnya belum selesai.
Myra, yang mengenakan gaun silver mencolok dan topeng penuh hiasan berlian imitasi, mendekat sambil tersenyum jahil.
“Kau tidak bisa terus berdiri di sini seperti patung,Nona!” bisik Myra sambil menggoyangkan lengannya.
Juliet menoleh, wajahnya kaku dengan tatapan dingin dan tajam, yang tertutup topeng, mencoba menyembunyikan kecanggungannya.
"My god..."
“Makanya berbaurlah!” jawab Myra ceria. Ia melirik ke keramaian. “Kau cuma butuh sedikit keberanian.”
Juliet menghela napas, matanya berusaha mencari alasan untuk tidak terjebak lebih lama dalam situasi itu.
“Aku lebih baik pulang.”
Namun sebelum Juliet sempat melangkah pergi, Myra menangkap lengannya, menariknya sedikit ke arah tengah ruangan.
“Oh, tidak. Kau tidak akan bisa lari begitu saja, Nona!” katanya dengan tawa ringan. “Kita di sini untuk bersenang-senang, ingat?”
Juliet menaikkan kepalanya, menatap Myra dengan tatapan setajam pisau.
"Aku bisa membunuhmu disini, sekarang." Menggenggam tangan Myra dengan sangat kuat, seolah ingin meremukkannya.
“Coba nikmati suasananya, ya? Aku sebentar ke sana, siapa tau aku menemukan pangeran!” Myra memotong kalimat Juliet, melepas genggamannya.
Dengan cepat berlari kecil menjauh, mencoba mengabaikan perkataan dan tatapan Juliet yang akan semakin tajam. Tangannya lumayan sakit sekarang.
“Myra, wait!” panggil Juliet, namun suara musik yang tadinya lembut, tiba-tiba menggelegar menenggelamkan suaranya.
Juliet mencoba mengejar, tetapi Myra semakin jauh, tubuhnya menghilang di antara kerumunan tamu yang menari.
Juliet menghela napas panjang, berdiri di tengah ruangan tanpa arah. Ia merasa seperti dilempar ke dalam situasi yang tidak nyaman, dikelilingi orang-orang asing dengan energi pesta yang tidak ia pahami.
Myra jelas sengaja meninggalkannya.
Begitu Juliet melangkah masuk ke ballroom, dunia seakan berhenti sejenak.
Denting gelas dan gemuruh percakapan perlahan mereda saat para tamu secara tidak sadar mengarahkan pandangan mereka kepadanya.
Juliet mengenakan gaun dress hitam sederhana tanpa lengan. Gaun itu pas membalut tubuhnya, memamerkan lekukannya tanpa kesan berlebihan.
Menonjolkan kulitnya yang mulus dan lehernya yang jenjang, semakin sempurna dengan kalung perak dengan permata biru yang berkilau lembut di bawah lampu gantung.
Namun, bukan hanya itu yang menarik perhatian.
Di lengan kanannya, dekat bahunya, ia mengenakan aksesoris perak berbentuk melingkar dengan desain floral yang rumit.
Di lengan kirinya aksesoris perak berbentuk double lingkaran, memancarkan kilau setiap kali ia bergerak.
Hope you enjoy this bab!
Thank you and happy reading!