IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 (Pernyataan mengejutkan Elang)
Sesampainya di apartemen, Elang segera menggendong tubuh Senja menuju ke kamarnya. Elang bingung bagaimana mau menggantikan baju Senja yang basah. Tak mungkin ia melakukannya sendiri. Ia mendongak melihat ke arah Kendra yang berdiri di samping ranjangnya.
"Saya tidak berani melakukannya bos," Kendra melambaikan kedua tangannya mengerti apa yang ada dalam pikiran bosnya.
"Itu bukan daerah wewenang saya, bukannya bos lebih berhak nanti? Dia kan calon istri bos," imbuhnya. Elang hanya mengernyit mendengarnya.
Sejenak mereka berdua berpikir. Kemudian secara bersamaan...
"Bibi...!" seru mereka secara bersamaan.
"Cepat kau jemput dia Kend!" perintah Elang karena bibi hanya bekerja sampai sore saja.
Kendra pun bergegas pergi menuju ke rumah bi Sum yang letaknya tidak jauh dari apartemen Elang. Bi Sum adalah pembantu yang bertugas untuk membersihkan apartemen Elang yang akan datang dua hari sekali.
Sementara Kendra menjemput bibi, Elang mengganti pakaiannya yang basah lalu kembali duduk di tepi ranjang, tangannya menyentuh kening Senja. Panasnya belum turun juga.
Tak berselang lama, Kendra datang bersama bi Sum.
"Tuan muda..."
"Bi, cepat tolong gantikan pakaiannya!" perintah Elang begitu bibi.
"Baik tuan..." bibi mendekat ke arah Senja yang mash pingsan. Di sentuhnya dahi Senja.
"Demam tinggi!" gumam bibi.
"Kenapa malah diam bi?" tanya Elang.
"Maaf tuan muda, dimana baju gantinya?" bibi kebingungan, ia tak melihat ada baju di sediakan di sana.
"Bibi tidak membawa dari rumah?" tanya Elang. Pasalnya, di apartemennya tidak ada baju perempuan.
"Maaf tuan muda, bibi tidak tahu kalau bibi ke sini untuk mengganti pakaian nona ini. Tuan Kend tidak bilang," ucap bibi.
"Kend....?" Menatap tajam Kendra.
"Sorry bos, saya tidak kepikiran sejauh itu tadi, menyuruh bi Sum membawa baju. Saya pikir ada baju nona Bianca atau nona Gissell di sini," jelas Kendra.
Elang hanya berdecak mendengarnya. Ia berjalan menuju walk in closet lalu kembali dengan membawa pakaian miliknya.
"Pakaikan saja ini bi!" perintahnya.
"Baik tuan muda," bibi mengambil pakaian dari tangan Elang. Namun, ia tak langsung mengganti baju Senja. Ia melihat ke arah Elang bergantian ke arah Kendra.
"Apa? Kenapa masih diam?" tanya Elang.
"Maaf tuan muda, apa tidak sebaiknya tuan muda dan tuan Kend keluar dulu sementara bibi mengganti pakaian nona ini?" ucap bibi takut-takut.
Benar juga! Elang langsung saja keluar dari kamarnya. Sementara Kendra masih mematung di tempatnya.
"Tuan Kend..." bibi menatap Kendra.
"Kend...!" teriak Elang.
Kendra pun langsung keluar menyusul Elang.
Bi Sum menatap Senja dengan seksama sebelum ia melepas pakaian Senja dan menggantinya.
"Tapi dia siapa? Tuan muda sampai rela bajunya di pakai nona ini. Bukankah pacar tuan muda nona Bianca? Ah sudahlah yang penting ganti aja, kasihan demamnya tinggi," gumamnya lagi dan mulai mengganti pakaian Senja.
Selesai mengganti baju Senja, bi Sum mencari keberadaan Elang.
"Bos ada di ruang kerjanya," jawab Kendra yang berada di ruang televisi ketika bi Sum menanyakan di mana tuannya.
"Tuan muda, saya sudah mengganti bajunya. Apakah saya harus menginap di sini malam ini?" tanya bibi mengingat gadis yang di bawa pulang tuannya demam tinggi.
"Tidak perlu bi, bibi bisa pulang sekarang sekalian biar di antar Kendra. Biar saya yang menjaganya," sahut Elang.
"Baik tuan, saya permisi dulu," pamit bi Sum.
"Tunggu bi!"
"Iya tuan muda?"
"Tolong berikan dia obat penurun panas sebelum bibi pulang dan juga besok bibi datang lebih pagi lagi. Saya harus pulang ke rumah pagi-pagi," ucap Elang.
"Baik tuan muda," sahut bibi sopan langsung keluar dari ruang kerja Elang.
🌼🌼🌼
Keesokan harinya...
Senja mengerjap-ngerjapkan kedua matanya yang terkena sinar matahari yang masuk melalui celah-celah gorden kamar Elang. Kepalanya masih terasa pusing.
"Di mana ini?" pelan-pelan Senja mengedarkan pandangannya mengelilingi kamar yang sangat luas itu.
Kemudian, Senja membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Ia kaget karena pakaiannya sudah berganti menjadi kemeja laki-laki yang kebesaran di badannya.
"Arrghhhh!" teriak Senja membayangkan jika dia sudah di apa-apakan oleh seseorang.
"Nona sudah bangun?" tanya bi Sum yang baru saja masuk dengan membawa bubur dan teh hangat untuk Senja.
"Anda siapa?" tanya Senja bingung.
"Oh, saya pembantunya tuan muda. Semalam beliau membawa nona pulang dalam keadaan tak sadarkan diri," ucap bibi sambil meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakas.
Mendengar kata tuan muda, Senja mer*emas selimut, takut apa yang ia pikirkan benar-benar terjadi. Apalagi bi Sum bilang Senja di bawa ke apartemen tersebut dalam keadaan pingsan.
"Tenang nona, tidak seperti yang nona pikirkan," ucap bi Sum tersenyum, seolah ia mengerti apa yang gadis itu pikirkan.
"Tuan muda tidak melakukan apapun terhadap nona," imbuhnya.
"Kenapa bibi seyakin itu?" selidik Senja.
"Bibi tahu tuan muda seperti apa nona, tidak mungkin beliau berbuat jahat apalagi nona dalam keadaan pingsan. Meskipun terlihat dingin dan kaku, tapi tuan muda sangat baik. O ya, semalam yang mengganti baju nona bibi, bukan tuan muda," jelas bi Sum.
Senja hanya mengangguk-anggukkan kepalanya merasa lega. Ia penasaran sosok tuan muda yang bibi maksud itu siapa. Apakah Senja mengenalnya atau tidak.
"Terima kasih bi sudah merawat saya, tapi saya harus pergi, saya harus bekerja," ucap Senja sambil menyingkap selimutnya dan berusaha berdiri. Namun, kepalanya masih terasa sangat pusing hingga tubuhnya tidak seimbang dan hampir jatuh.
"Sebaiknya nona istirahat dulu. Nona bisa minta ijin tidak masuk kerja hari ini. Kalau tuan datang dan nona sudah pergi dalam keadaan masih sakit, nanti beliau bisa marah," ucap Bibi.
Senja kembali duduk, tubuhnya benar-benar masih terasa lemas. Ucapan bibi ada benarnya, sebaiknya ia ijin saja kerjanya. Lagian dia juga masih dalam keadaan berduka.
"Ini makan dulu buburnya, biar ada tenaga nona," bibi menyerahkan mangkuk berisi bubur ayam yang tadi ia bawa dari rumah.
"Terima kasih bi," sahut Senja.
"Ngomong-ngomong, semalam nona kenapa bisa pingsan, baju nona juga basah semua," tanya bibi penasaran.
Senja memasukkan sesendok bubur ke dalam mulutnya, kemudian ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ya, dia ingat, kemarin baru melihat kekasih dan sahabatnya selingkuh, lalu kakeknya meninggal dan di usir oleh bibi angkatnya. Ia juga ingat terakhir kali, orang yang menabrak kakeknya memintanya untuk masuk ke dalam mobil dan pulang bersamanya namun Senja menolaknya. Setelah itu ia tak ingat apa-apa lagi.
Lalu siapa yang membawanya pulang ke apartemen? apakah seseorang yang kebetulan lewat saat dia pingsan? Senja terus melamun.
"Non, kok malah bengong?" ucapan bibi membuyarkan lamunan Senja.
"Eh iya bi..."
"Di makan dulu buburnya nanti keburu dingin," ucap bibi. Ia tahu sepertinya gadis di depannya itu sedang banyak masalah dan mungkin tidak atau belum mau bercerita.
"Iya bi... Tuan muda yang bibi maksud sekarang di mana?" tanya Senja penasaran. Karena sejak tadi bi Sum hanya menyebut Tuan muda, tuan muda tapi batang hidung orang yang di maksud tak kelihatan.
"Oh tuan muda sedang pulang ke rumah utama nona, baru saja tadi pergi waktu bibi sudah datang. Mungkin siang atau sore baru kembali ke sini," jelas bibi.
Senja hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menyendok bubur untuk kemudian ia masukkan ke dalam mulutnya. Sambil memikirkan siapa sebenarnya sosok tuan muda yang bibi maksud.
"Tidak mungkin laki-laki itu kan?" tanya Senja dalam hati yang tiba-tiba ingat sosok Elang. Tanpa berniat bertanya siapa namanya kepada bibi. Toh kalau udah enakan dan kuat buat jalan, ia akan segera pergi dari apartemen itu. Ia tak ingin merepotkan pemilik apartemen, apalagi mereka tak saling kenal sebelumnya. Namun, setidaknya ia akan mengucapkan terima kasih terlebih dahulu sebelum meninggalkan apartemen mewah itu.
🌼🌼🌼
Elang baru saja sampai di kediaman utama Parvis. Ia memarkirkan mobilnya dan langsung masuk ke dalam rumah.
"El kau baru pulang?" tanya Anes yang masih sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.
"Iya mom," El mendekati Anes dan menyalaminya.
"Semalam kau tak jadi makan malam di rumah Nak?" tanya Senja.
"Maafkan El mom, semalam ada hal yang harus El urus jadi El tidak pulang ke sini," jelas Elang.
"Duduklah, kita sarapan bersama. Mommy panggil daddy dan adik-adikmu dulu,"
"Hem," sahut Elang langsung menarik kursi lalu duduk menunggu sementara Anes naik ke lantai atas untuk memanggil Alex dan twins.
Setelah semua berkumpul di meja makan, sarapan pun di mulai dengan menu pilihan masing-masing. Tak ada obrolan ketika mereka makan, hanya suara sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring. Hingga El mulai membuka suara.
"Dad, mom, El akan menikah," ucapnya tiba-tiba. Membuat semua yang ada di sana langsung menoleh ke arahnya.
"Kau serius El? Apa akhirnya Bianca luluh dan mau menikah denganmu? Kapan kamu melamarnya lagi Nak? Syukurlah kalau begitu, mommy senang mendengarnya," tanya Anes antusias. Meski tak begitu setuju, namun jika pada akhirnya Bianca berubah tidak egois lagi dan lebih mementingkan Elang daripada karirnya ia tak masalah. Baginya dan Alex, kebahagiaan anak-anaknya yang utama.
"Elang akan menikah, tapi tidak dengan Bianca mom," sahut Elang kemudian.
Sontak, semua yang ada di sana menghentikan aktivitas makan mereka dan meletakkan sendok dan garpu yang mereka pegang ke atas piring, terkejut dengan pernyataan Elang. Bahkan Alex hampir tersedak mendengarnya.
🌼🌼🌼
💠Selamat membaca...jangan kupa like, komen dan vote seikhlasnya...Terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 𝓔𝓶𝓫𝓾𝓷 🤗❤️❤️💠