"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#33
"Darimana kamu, Akmal!!!."
Mamanya bertanya dengan nada jengkel.
"Kenapa sih Ma?."
Papa Bagus mendengar istrinya berteriak mendekatinya.
"Ini anak Papa, pergi kemana saja nggak jelas."
"Akmal dari kantor Pa."
Akmal meraih tangan Papanya dan mencium punggung tangannya.
"Ya udah bersihkan diri, makan."
Jam memang sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Akmal baru pulang membuat Mamanya semakin marah.
"Papa gimana sih, huh.. .."
Mama Rita pergi meninggalkan Suaminya.
"Ma. Ma..Ma..”
Papa Bagus juga kewalahan menyikapi sikap Mama Rita.
Akmal masuk ke dalam kamarnya, bukannya langsung mandi malah duduk di sofa meletakkan jasnya dan menyandarkan kepalanya sambil memijit pelipisnya.
"Kasih..."
Sehabis bertemu dengan Kasih, Dia siang tadi langsung ke kantor tapi di sana pun dia juga tidak bisa berpikir mengenai kerjaan. Malah melamun di ruangannya memikirkan Kasih yang sudah begitu benci dengan dirinya.
"Maaf Kasih, apa kita nggak bisa balik lagi."
Adzan isya berkumandang, Akmal menarik nafasnya dan menghembuskannya lalu berdiri menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan menjalankan kewajibannya kepada Sang Pencipta.
Selesai menunaikan Sholat Akmal keluar dari kamarnya menuju meja makan untuk makan malam bersama.
"Sini Akmal."
Panggil Omanya untuk duduk disampingnya.
"Iya Oma."
Dengan muka malas dan tak berdaya.
Mereka makan dengan tanpa suara, setelah menyelesaikannya Akmal langsung berdiri dari tempat duduknya. Dia enggan berbicara dengan siapapun karena pikirannya kalut.
"Akmal kenapa.?"
Tanya Papa Bagus, yang belum mengetahui cerita tadi siang.
"Tau itu, tanya sendiri anaknya."
Ucap Mama Rita acuh.
Oma pun beranjak dari meja makan lalu berjalan menuju ke kamar Akmal.
Tok..tok...
"Akmal ini Oma, boleh masuk."
Akmal membuka pintu kamarnya lalu mempersilahkan Omanya untuk masuk.
"Silahkan duduk Oma."
Oma menuju ke sofa yang ada di dalam dan Akmal pun mengikutinya.
"Kamu darimana tadi, bikin Oma risau."
Kata Oma sambil mengusap pundak Akmal.
"Akmal mencari Kasih Oma."
"Ketemu.?"
Akmal menganggukkan kepalanya namun wajahnya terlihat sedih.
"Dia pasti marah sama kamu."
"Dia benci sama Akmal sekarang. Dia sudah nggak mau ketemu Akmal lagi."
Akmal menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.
"Wajar saja kalau itu, sekarang kamu kasih waktu dia dulu untuk sendiri. Jangan kamu kejar terus nanti malah menjauh, kamu cukup mengamatinya saja dari kejauhan." Saran dari Oma.
Akmal menegakkan kepalanya kembali dan menatap ke arah Oma.
"Oma, setuju kalau Akmal sama Kasih.?"
"Oma lihat dia anak yang bertanggung jawab dan Sayang keluarga."
Katanya sambil tersenyum dan itu membuat Akmal memeluk Omanya.
"Oma makasih sudah mendukung Akmal. Tapi sekarang Kasih membenci keluarga kita, karena ucapan Mama yang bikin Dia sakit hati."
"Oma akan selalu mendukung kamu asalkan kamu bahagia. Oma percaya kamu akan mencari pasangan hidup yang tulus bisa menerima kamu tanpa melihat apa yang kamu miliki saat ini."
"Dia tau pekerjaan kamu.?"
Tanya Oma.
"Tau Oma, karena Kasih kemarin sempat magang di perusahaan."
"Jadi kalian kenal saat magang itu.?"
"Bukan, kita sudah dekat dari sebelum dia magang di perusahaan Oma. Kita sudah hampir 5 bulan dekat Oma, kemarin dia sempat mengalami masalah di tempat magangnya setelah itu Akmal nolongin dia dan memasukkan dia ke perusahaan dimana Akmal kerja."
Oma tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kasih anaknya mandiri Oma, dia memang dari keluarga yang biasa dan setiap hari dia membantu ibunya untuk membawa kue dan meletakkannya di warung. Dia sama sekali tidak malu kalau berangkat kuliah dengan membawa kue dan setiap pulang akan mengambil uangnya."
"Akmal tidak pernah melihat dia dari status sosialnya Oma, aku benar-benar sayang sama dia." lanjut Akmal membuat Oma tersenyum.
"Perempuan jaman sekarang, susah mencari yang tulus mencintai seorang laki-laki tanpa melihat hartanya."
"Namun setelah Kasih magang itu memang agak sedikit beda Oma, dia sudah mulai merasa beda dengan Akmal dia itu merasa minder Oma."
"Kalau memang dia pilihan kamu, Oma akan akan selalu mendukungmu perjuangkan dia."
"Caranya Oma, Kasih udah nggak mau Akmal temui lagi."
"Pakai taktik dong, kamu itu kurang kreatif." ledek Omanya.
"Gimana caranya Oma, Akmal udah kalut. Nomor hp-nya tidak bisa dihubungi mungkin nomor Akmal diblok sama dia. Rumahnya Akmal juga nggak tau, yang Akmal tau itu warung yang dikunjungi Dia setiap hari untuk menaruh kue ibunya."
"Lha.. Itu ada jalan."
"Dia kalau lihat Akmal, langsung lari Oma."
"Serahkan sama Oma, tapi kita cari waktu yang tepat dulu untuk menemui dia."
"Oma serius.."
Akmal nampak semangat.
"Kapan Oma tidak serius sama Kamu, cucu Oma paling ganteng masa tidak bisa mendapatkan cewek."
"Oma ada saja deh.. Tapi Mama nanti gimana."
"Kamu tenang aja, Mama urusan Papa Kamu nanti Oma yang bicara sama Papa Kamu ."
"Makasih Oma."
🌹🌹🌹🌹🌹
Sedangkan ditempat yang berbeda, Kasih sedang menghadap ke layar laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliah.
"Hiks..hiks .."
Dia melihat ponselnya, biasanya Akmal jam segini menemaninya untuk mengerjakan tugas.
"Kamu jahat Mas."
Dia mengusap air matanya.
"Kasih.. Sudah kamu itu beda sama dia bagaikan langit dan bumi mau bagaimanapun tidak akan bisa bersama."
Kasih bicara sendiri dengan dirinya, sekuat tenaga dan pikirannya dia berusaha untuk melupakan segalanya walaupun berat tapi perlahan nantinya juga akan lupa.
"Lupakan Kasih, dulu juga tidak ada dia hidupmu baik-baik saja. Sekarang fokus sebentar lagi harus mengajukan proposal untuk skripsi. Semangat Kasih."
Siapa lagi yang akan menyemangati dia kalau bukan dirinya sendiri.
Malam larut dan Kasih sudah merasa mengantuk, perlahan dia pejamkan kedua matanya dan akhirnya bisa masuk ke alam mimpi.
🌹🌹🌹🌹
Esok harinya Kasih Persia berangkat untuk ke kampus dan dia sudah menata kue yang akan dia bawa.
"Hati-hati Kasih."
Pesan ibunya.
"Iya Buk, Kasih berangkat ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Jawab Ibunya dan Kasih perlahan mengendarai sepeda motornya meninggalkan rumah.
"Kayaknya sedang ada masalah sama Kasih."
Ucap ibunya sendiri perasaan seorang ibu pasti peka terhadap anak perempuannya.
"Lindungi anak hamba Ya Allah, jaga dimanapun dia berada."
Doa Ibunya.
Kasih tak lama sudah sampai di warung Bude memang sengaja berangkat pagi, selain lalu lintas masih lancar dia menghindari Akmal supaya tidak bertemu mengantisipasi saja yang tidak diinginkannya.
Setelah meletakkan pesanan kue, Kasih langsung pamit untuk ke kampus.
Sesampainya di kampus masih pagi dan Kasih memilih duduk di kursi depan ruangan sembari menunggu Septi.
Akmal bangun pagi ini serasa kurang bersemangat, karena biasanya dia akan melakukan panggilan video call dengan Kasih namun pagi ini terasa beda nomor kasih tidak bisa dia hubungi sejak kemarin siang setelah kejadian di cafe.
"Kasih, Mas kangen.."
Ucapnya sambil menatap jalanan dari jendela kamarnya.
🙂🙂🙂🙂
masih arogan atau langsung baik😂