NovelToon NovelToon
TABIB KELANA

TABIB KELANA

Status: tamat
Genre:Tamat / Kebangkitan pecundang / Masalah Pertumbuhan / Dokter Ajaib
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Muhammad Ali

Mencari nafkah di kota Kabupaten dengan mengandalkan selembar ijazah SMA ternyata tidak semudah dibayangkan. Mumu, seorang pemuda yang datang dari kampung memberanikan diri merantau ke kota. Bukan pekerjaan yang ia dapatkan, tapi hinaan dan caci maki yang ia peroleh. Suka duka Mumu jalani demi sesuap nasi. Hingga sebuah 'kebetulan' yang akhirnya memutarbalikkan nasibnya yang penuh dengan cobaan. Apakah akhirnya Mumu akan membalas atas semua hinaan yang ia terima selama ini atau ia tetap menjadi pemuda yang rendah hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengambil Alih Perusahaan

Selain mengalami lumpuh sebelah badannya kini Pak Sukamto pun tidak bisa bicara karena lidahnya menjadi kelu.

Tenaga ditubuhnya pun makin menipis.

Jika tak ditangani dengan baik, mungkin kurang dari setengah tahun lagi Pak Sukamto tidak punya harapan lagi.

Tok...tok..."

Terdengar suara ketukan dipintu. Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu.

"Maaf, Buk, ada tamu."

Dahi Buk Yenny mengernyit, "Siapa tamunya, Bik?"

"Pak Sanusi dan teman-temannya, Buk."

"Baiklah. Bawa mereka ke ruang tamu!" Perintahnya. "Sebentar lagi saya datang."

Wanita paruh baya itu pun segera berlalu sedangkan Buk Yenny merawat suaminya sebentar baru setelah itu dia keluar dari kamar untuk menemui tamunya.

"Mbak Yu," Pak Sanusi menyapa. Sedangkan tiga orang lainnya hanya menatap sekilas tanpa berniat untuk menyapa Buk Yenny.

"Hm," Buk Yenny tak terlalu memperdulikan sikap dingin ketiga orang tersebut. Dia menatap Pak Sanusi, "Ada perlu apa datang malam-malam, Dik?"

Pak Sanusi adalah adik kandungnya yang diminta tolong menangani perusahaan Sagu milik suaminya semenjak Pak Sukamto sakit.

Buk Yenny beranggapan ini pasti ada kaitannya dengan perusahaan milik suaminya tersebut.

"Perusahaan kita mengalami sedikit masalah Mbak Yu. Ada beberapa kebijakan yang tak bisa saya tangani karena tidak punya wewenang untuk itu. Sedangkan Mbak Yu paham sendirikan dengan kondisi Kakak Ipar sehingga kita tidak bisa konsultasi kepada beliau."

Dada Buk Yenny berdebar lebih kencang. Seingatnya perusahaan milik suaminya baik-baik saja selama ini, jika pun ada masalah masih bisa ditangani dengan baik.

Tapi Buk Yenny masih diam saja karena dia yakin adiknya belum selesai ngomong.

Benar saja, setelah menghembuskan asap rokok ke udara, Pak Sanusi kembali berkata, "Oleh karena itu berdasarkan rapat direksi, mereka menunjuk saya untuk menggantikan Kakak Ipar untuk menjadi Direktur Utama agar bisa memimpin perusahaan dengan lebih baik pagi."

'Duar!!!!!'

Ucapan adiknya bagaikan petir di siang bolong.

"Kamu jangan macam-macam, San!" Buk Yenny meradang. "Apa kamu sadar dengan kata-kata yang kamu ucapkan barusan?!"

Menanggapi sikap Buk Yenny, Pak Sanusi hanya tersenyum tipis.

"Aku kan sudah bilang Mbak Yu, bukan aku yang minta tapi ini berdasarkan hasil rapat direksi. Aku hanya nurut saja. Ini kan demi kepentingan perusahaan kita juga."

"Ini pasti akal-akalan kamu saja! Kalau pun ada masalah perusahaan kamu kan bisa konsultasi ke Kakak Iparmu melalui Mbak, kan. Jadi tak perlu harus mengganti Direktur segala."

Pak Sanusi tidak menanggapi ucapan Buk Yenny, sebaliknya dia menatap pria yang duduk tepat di sampingnya seolah-olah menyerahkan persoalan ini kepadanya.

Pria yang memakai kemeja kotak-kotak itu berdehem sebentar lalu mengangkat kepalanya. Matanya menatap lurus ke arah Buk Yenny.

"Urusan perusahaan tidak bisa kita beberkan kepada orang luar, Buk." Katanya penuh wibawa.

"Siapa bilang saya orang luar? Suami saya yang jadi pimpinan di perusahaan ini. Kamu siapa mau mengatur-atur saya?" Buk Yenny melotot ke arah pria baju kotak-kotak itu.

Pria itu tidak terpengaruh. Dia tersenyum sinis, "Yang jadi pimpinan Ibuk atau suami ibuk?"

Buk Yenny tersedak. Tak bisa menjawab.

"Lagi pula hasil rapat sudah diputuskan sehingga Ibuk atau Pak Sukamto tidak berhak untuk memprotes hasil keputusan kami!"

Kalau begitu mengapa kalian datang ke sini?"

"Kami hanya meminta tanda tangan Pak Sukamto untuk yang terakhir kalinya."

"Saya tidak akan izinkan." Buk Yenny berdiri.

"Oooo begitu," Pria itu tersenyum misterius. "Saya harap Ibuk bisa memegang kata-kata Ibuk. Tapi sayangnya....." Pria itu mengentikan ucapannya. Dia berbalik, menoleh ke arah dua orang pria yang tadi ikut bersama rombongan.

Sedangkan Pak Sanusi masih tetap diam di tempat sambil menghisap rokoknya dengan tenang.

Buk Yenny melihat gelagat yang tak baik, tapi sebelum dia sempat berbuat apa-apa, kedua pria yang sejak tadi diam tiba-tiba bergerak dan langsung menelikung Buk Yenny dan memepetnya di dinding.

"Lepaskan! Lepaskan! Kalian baji*gan!!"

Pak Sanusi dan pria berbaju kotak-kotak itu berdiri. Mereka berjalan ke arah kamar Pak Sukamto.

"Sanusi jangan kamu coba-coba menganggu suamiku! Kamu bia*ab! Kamu tak mengenal jasa! Lepaskan aku!!" Buk Yenny meronta-ronta ingin melepaskan diri.

Tapi tenaganya terlalu kecil dibandingkan dua orang pria yang memegang tangannya kiri kanan.

"Heii, apa yang kalian lakukan dengan ibuku? Lepaskan dia!!!" Seorang gadis masuk sambil berlari mendapatkan ibunya.

"Hentikan dia!" Sanusi yang baru mau masuk ke kamar Pak Sukamto memberi perintah.

Lalu salah seorang pria melepaskan cekalannya terhadap Buk Yenny dan menghadang Erna adanya.

"Paman Sanusi, apa yang kamu lakukan? Lepaskan kami paman!!!" Erna berusaha melawan.

"Ck ck, ternyata keponakan paman semakin cantik saja." Ucap Pak Sanusi sambil menggelengkan kepalanya.

"Kamu jangan macam-macam, Erna! Kalau tidak kamu akan tahu sendiri akibatnya."

"Terkut*k kamu, San!" Jerit Buk Jenny melihat tingkah polah adiknya yang tak masuk akal itu.

"He he Mbak Yu ingin melihat aku melakukan sesuatu terhadap keponakanku yang cantik ini?" Tangan Sanusi mencuil pipi Erna.

Erna berusaha mengelak tangan pamannya yang kurang aj*r itu.

"Berhenti, San! Apa yang kamu lakukan?" Buk Yenny meronta semakin kuat sehingga kulit tangannya timbul bercak merah.

Sanusi menghentikan gerakannya. "Jika Mbak Yu tak ingin aku mengusik Erna maka bersikaplah yang baik." Sanusi memberi isyarat kepada pria baju kotak-kotak untuk mengikutinya ke kamar Pak Sukamto.

Melihat tindakan adiknya, Buk Yenny hanya bisa diam. Dia bingung memilih antara suaminya dan anaknya.

Dia tak menyangka adiknya Sanusi berubah sifatnya.

Dahulu adiknya adalah anak yang baik, penurut dan penyabar.

Belum lama waktu berlalu tapi kelakuan adiknya sudah banyak berubah. Kejam dan licik serta menghalalkan segala cara.

Walaupun Pak Sukamto sakit menahun dan organ tubuhnya terutama bagian kiri sudah tidak berfungsi lagi tapi dia berhasil mendengar keributan yang terjadi di luar.

Sewaktu Pak Sanusi dan pria baju kotak-kotak itu memasuki kamarnya, dia tidak terkejut sama sekali.

Walaupun dia tidak bisa bicara tapi lewat sorot matanya yang mulai kuyu nampak kemarahan yang terpancar di sana.

Pak Sanusi menarik sebuah kursi dan duduk di depan Pak Sukamto.

"Apa kabarmu, Kakak Ipar?" Pak Sanusi menepuk-nepuk pipi Pak Sukamto dengan kasar.

Pak Sukamto hanya bisa mendelikkan matanya yang kuyu tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Kami sibuk bekerja untuk perusahaan sedangkan kamu enak saja tiduran di sini sepanjang waktu." Pak Sanusi terkekeh kejam.

"Keluarkan surat dan bantalan tinta itu! " Perintahnya kepada pria berbaju kotak-kotak." Kita perlu cap jempolnya sebelum kita bisa menguasai perusahaan sagu milik pria sakit-sakitan yang malang ini."

Pak Sanusi langsung menarik tangan kanan Pak Sukamto dengan kasar lalu menempelkan ke bantalan tinta. Pak Sukamto ingin menolak tapi tak mampu. Dia hanya bisa menangis dalam hati.

Apakah dia sebagai salah satu orang terkaya di Meranti ini akan menerima nasib yang mengenaskan yang dilakukan oleh iparnya sendiri?

Saat jempolnya dengan paksa ditarik untuk menekan surat menyurat itu, tanpa terasa air mata menitik dari kedua matanya yang layu.

1
Ikhwatul Jannah
lah, kok
Ikhwatul Jannah
alaaah, plot baru lagi, ngilangin keseruan plot yg udh ada
Ikhwatul Jannah
author nya wanita ini🥲
Ikhwatul Jannah
gak pas kali potongannya, kayak kepotong gaje ceritanya, coba deh gini, klo mau buat alurnya loncat pake kalimat, beberapa hari berikutnya, beberapa hari setelahnya, jdi di kasih info time skripnya dlu, Bru jelasin latar lainnya, soalnya kalo kek gini lebih terasa ke skip chapternya, tdi sempat liat ch brp yg atas sama yg bawah
Arjuna Singit
bahasa inggris kan bahasa munafik 🤭🤭🤭
Mas Uan
gusdurian tood..
Mas Uan
iya..kasian bapaknya..ndak pernah kamu kasih kalimat bicara tood...
Mas Uan
wah..jahat kali kau tood
Mas Uan
mbak kuntiiiii...
Mas Uan
wkkkkk
Mas Uan
si autood kelahiran 80an yaa.. tulisannya jaman kuno2..
Ajna dillah
pukuli saja mu
Arjuna Singit
nah gitu dong.. jangan Cemen MC nya.merendah boleh Cemen jangan 👍👍👍
Muhammad Ali: Siap, Bang....
total 1 replies
Aku Dia
bagus banget
Muhammad Ali: Terima kasih banyak, Kak
total 1 replies
Mas Uan
apaan tood...bkin salah tafsir aja...
Muhammad Ali: Maaf, Mas Uan
total 1 replies
Mas Uan
cukup anii..cukup...
Muhammad Ali: He he....
total 1 replies
Mas Uan
Wkkkkk
Mas Uan
wkkkk joss kata2mu tood...tulisanmu juga rapi...
Muhammad Ali: Terima kasih banyak, Mas
total 1 replies
Mas Uan
ah kamu tood...
Ari Rohadi
ki opo jaman rung enek polisi to tp kok ws enek motor nmax
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!