"Aku memacari Echa, hanya karena dia mirip denganmu. Aku gak akan bisa melupakanmu Inayah. Jadi dengarkan aku, pasti... pasti aku akan memutuskan Echa apabila kamu mau kembali padaku!" Terdengar lamat-lamat pertengkaran Catur dengan mantan kekasihnya yang bernama Inayah dihalaman belakang sekolah.
Bagai dihantam ribuan batu, bagai ditusuk ribuan pisau. Sakit, nyeri, ngilu dan segala macam perasaan kecewa melemaskan semua otot tubuhnya. Echa terjatuh, tertunduk dengan berderai air mata.
"Jadi selama hampir setahun ini aku hanya sebagai pelampiasan." monolog gadis itu yang tak lain adalah Echa sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan Pasca Menikah
Menikah dengan orang yang dicintai adalah impian semua orang. Begitupun dengan pasangan yang saling mencintai seperti kami. Impian terindah kami berdua telah terlaksana. Sungguh ucapan syukur saja tidaklah cukup untuk mengungkapkan kebahagiaan kami berdua. Tepat setelah kata SAH terdengar dari para saksi akad nikah, detik itu pula kehidupan kami berubah.
Tanggung jawab dan hak sebagai suami ataupun istri, masing-masing punya peranan penting sehingga keutuhan rumah tangga bisa senantiasa terjaga. Kepercayaan memiliki peran yang sangat penting selain cinta dan kasih. Selain itu kesetiaan terhadap pasangan menjadi pondasi kuat untuk menghadapi cobaan yang kemungkinan datang. Yang biasa disebut pelakor atau pebinor.
Aktivitas pagi hari di rumah, ku awali dengan menyiapkan sarapan. Sadar jika aku tidak lagi tinggal seorang diri, meskipun aku sudah terbiasa bangun pagi. Tapi kali ini tetap saja rasanya seperti baru pertama melakukan kegiatan di pagi hari. Setelah aku dan mas Erik berjamaah shalat subuh, rasa canggung itu pasti ada. Dan itu terjadi padaku. Aku yang terbiasa setelah keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk. Tiba-tiba dikejutkan dengan pelukan hangat dari mas Erik.
"Astagfirullah, mas Erik bikin kaget saja sih." Ucapku manja.
"Lah kamu ini sengaja ya ingin menggoda suami." Jawab mas Erik tanpa mau melepas rengkuhan tangannya.
"Apa karena kita belum malam pertama, jadi kamu ingin supaya aku panas dingin melihat sebagian tubuhmu hmm?" Goda mas Erik semakin menjadi.
Memang semalam kami berdua langsung terlelap karena kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh. Tanpa ada kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasangan pengantin baru. Bahkan aku masih merasa canggung saat tidur satu kasur dengan orang lain, apalagi orang itu seorang laki-laki. Tidur dipelukan mas Erik sangat nyaman, hingga aku melupakan segala kisah masa lalu.
Hanya masakan sederhana yang bisa aku sajikan di pagi hari ini. Tapi terasa lebih istimewa karena ini pertama kalinya sarapan berdua dengan orang tercinta ku.
"Ayo berangkat kerja bareng, aku antarkan dulu sebelum aku ke toko. Tapi nanti pulangnya bisa sendiri ya, soalnya mas mau ke kampus bentar." kata mas Erik setelah kita selesai beberes.
Sesampainya di kantor, aku langsung diberondong banyak pertanyaan sama teman-temanku. Mereka penasaran juga merasa prihatin dengan musibah yang telah menimpaku. Tapi mereka juga ikut merasa berbahagia dengan kabar pernikanku.
"Kamu sudah beneran sehat kan Echa? Yang aku dengar aku sempat dirawat beberapa hari. Maaf ya aku belum sempat menjenguk kamu di RS waktu itu." Ucap kak Yati sangat bersimpati.
"Alhamdulillah aku sudah sehat kok." Jawabku merasa terharu dengan perhatiannya.
"Ngomong-ngomong gak ada traktiran atau apa kek buat ngerayain pernikahanmu?" Kata kak Rosa memancing tawa semua teman yang ada.
"Kemarin itu kan awal niatnya hanya lamaran dulu gitu, tapi kakek aku saranin buat sekalian nikah. Kakek ingin aku ada yang menjaga tanpa ada halangan takut dosa. Meskipun baru nikah siri, tapi Insya Allah hari ini sudah akan diurus mas Erik ke kantor KUA." Jawabku coba menjelaskan kondisi apa adanya.
"Lalu apakah sudah belah duren?" Tiba-tiba kak Dewi bertanya.
"Ih kamu itu beneran kepo banget urusan rumah tangga orang." Sela kak Yati yang merasa pertanyaan kak Dewi random banget.
Keseruan di lingkungan kantor membuat ku merasa nyaman. Meskipun tidak semua bersikap ramah, akan tetapi mereka masih bertindak wajar serta bukan yang membahayakan karyawan lainnya. Kejulidan adalah bumbu hidup bersosialisasi.
Hari ini aku pulang kantor lebih awal, aku ijin untuk segera ke kampus menyelesaikan daftar absen yang lama kosong. Pasti banyak sekali tugas yang tertinggal, untuk itu menemui dosen secara langsung menurutku perlu. Selain supaya berita tentang aku terkonfirmasi dengan jelas, dan agar tugas yang tertunda itu masih bisa dinego tanggal pengumpulannya. Terbayang tidak sih, absen kerja dan kuliah lebih dari seminggu. Betapa tumpukan kertas akan menggunung di atas meja.
Saat pulang dari kampus, aku tidak lagi berani menunggu di halte. Aku lebih memilih menunggu di lobby kampus saja. Rasa trauma akan penculikan itu masih membekas meskipun sudah samar terlihat.
Sembari menunggu ojek online yang ku pesan, aku sempatkan mengerjakan tugas sedikit demi sedikit. Hingga, ada seseorang yang ikut duduk bangku samping. Ku akui, dia juga tak kalah tampan dari mas Erik. Bukan aku terpesona, tapi aku hanya merasa ada yang aneh dari tatapan matanya.
"Boleh duduk disini?" Basa basi yang tidak perlu menurutku. Nyatanya dia sudah duduk disampingku sebelum aku mengiyakan.
"Silahkan, toh kamu sudah duduk dari tadi." Ucapku.
"Hehehe kenalkan namaku Rio. Aku semester akhir jurusan bisnis." Lanjutnya memperkenalkan diri.
"Namaku Echa." Singkat saja, karena aku memang kurang nyaman bicara dengan orang asing.
"Kamu nunggu siapa? Kalo kelamaan mending ikut aku aja. Biar aku antar kamu sampai tujuan." Tawarnya, tapi aku merasa tidak ada ketulusan dari mimik wajahnya.
"Tidak terima kasih, Ojol ku bentar lagi tiba." Jawabku sambil ku perlihatkan aplikasi Ojol ku.
"Ya sudah, aku temani kamu disini sampai tukang ojek itu tiba." Jawabnya enteng sambil mengeluarkan sebatang rokok untuk dihi*apnya.
Meskipun rasa tidak nyaman masih ada, tapi tidak mungkin aku mengusirnya. Karena disini tempat umum.
"Mba Echa ya, maaf karena nunggu lama. Rada macet tadi di simpang tiga ujung sana." Kata bapak tukang ojek itu.
"Tidak masalah pak, mari sesuai aplikasi ya." Jawabku sambil langsung membonceng.
"Aku jalan dulu ya kak Rio." Ucapku pada kakak kelasku itu.
Sepeninggalanku, senyum miring tercetak dari bibir Rio. Entah apa yang sedang dalam pikirannya. Yang jelas itu tanda tidak baik untuk Echa. Dan disinilah tugas pertama Erik dimulai. Siaga dan waspada, ternyata musibah yang dialami Echa kemarin masih belum bisa dikatakan selesai. Sepertinya akan ada buntut panjang. Entah apa itu hanya Othor dan Tuhan yang tahu. Pembaca silahkan menebak.
Sesampainya di rumah, ternyata sudah sangat malam. Meskipun begitu, mengingat status ku sekarang bukan wanita single yang tinggal sendirian. Ada mas Erik yang kemungkinan datang lebih larut. Tetapi aku tetap memutuskan untuk memasak makan malam yang terlambat. Hanya nasi goreng sederhana saja, karena kebetulan bahan dapur lupa belum belanja lagi.
Tidak berselang lama, mas Erik tiba dengan raut wajah kelelahan. Meskipun begitu tidak menutup ketampanannya.
"Assalamu'alaikum, sedang masak apa Cha?" Tanya mas Erik, ketika masuk rumah langsung mencari keberadaanku di dapur.
"Hanya nasi goreng sederhana mas. Bebersih dulu gih sana, aku tungguin kita makan malam bersama." Jawabku dengan bersemangat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah Update.
Adakah yang masih menunggu kelanjutan cerita ini. Jangan lupa budayakan tinggalkan jejak, like, komen, dan share karya pertamaku ini.
Terima kasih.
By : Erchapram.