NovelToon NovelToon
Dia Milikku!

Dia Milikku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Pelakor / Mata-mata/Agen
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Anis

Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.

Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.

Apakah keduanya bisa bersatu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Malam Tidak Kondusif

"Apakah ini tidak berlebihan, Hagia?" tanya Bram melihat penampilan adiknya seperti ingin menghadiri pesta.

Hagia menatap dirinya lewat pantulan cermin, dia tersenyum puas. "Ini bukan makan malam biasa kak, ada Anjar di dalamnya. Aku harus tampil memukau agar dia bisa melihat diriku." jawabannya dengan tatapan penuh semangat.

Bram menghela nafas kasar. "Tapi Anjar juga membawa istrinya, kamu jangan lupakan itu." Bram tidak mau Hagia terlalu larut dengan perasannya. Dia tidak ingin adiknya hilang kendali.

Hagia tersenyum, dia menatap kakaknya lewat pantulan cermin. "Aku tahu kak. Itulah sebabnya aku tampil seperti ini. Anjar harus melihat jika aku layak menjadi pendamping nya. Bukan wanita itu!"

Hagia berdiri, menyibakkan gaun panjangnya agar mudah melangkah. "Dari informasi yang aku dapatkan, istri Anjar itu wanita biasa. Seorang bodyguard yang kebetulan bertuan Nyonya Fricilla, istri Alfian Anggara yang merupakan sepupu Anjar. Jadi menurut ku, dia tidak layak menjadi pendamping hidup Anjar. Berbeda denganku yang merupakan anak dari orang berada. Seorang dosen juga ikut membantu urusan perusahaan. Sangat setara dengan Anjar, bukan?"

"Kakak tahu, Hagia. Tapi bisa jadi Anjar menyukai istrinya tanpa melihat latar belakang keluarga. Mungkin sikap wanita itu bisa membuat nyaman." kata Bram terus mengingatkan Hagia.

"Cih, terlalu munafik." jawab Hagia berdicih kesal. "Aku juga sejal lama sudah membuat Anjar nyaman kak. Buktinya dia mau berteman denganku sampai kami lulus kuliah. Jika saja dulu perusahaan kita sudah berkembang pesat & aku sudah mandiri pasti Anjar mau menjadikan aku kekasihnya."

Bram tidak habis pikir dengan perkataan adiknya, terlalu sulit dinasehati.

"Sudahlah kak, cukup kakak melihat saja, menjalani peran sebagai pemimpin perusahaan serta kakakku. Selebihnya biar aku yang urus." kata Hagia tersenyum lembut.

Pad akhirnya, Bram hanya bisa menuruti sang adik. Dia tidak mungkin melepaskan Hagia begitu saja. Hagia adalah satu-satunya keluarga yang tersisa.

Sedangkan di tempat lain, Anjar masih saja memeluk tubuh istrinya. "Melihatmu cantik seperti ini membuat ku malas untuk keluar rumah. Lebih baik kita menghabiskan waktu bersama."

"Kita akan bertemu dengan teman kuliahmu. Juga menandatangani berkas kerjasama. Bukankah 2 hal itu sangat menyenangkan? Ayo lekas berangkat, jangan sampai membuat mereka menunggu." ujar Alin menyemangati suaminya.

"Entah kenapa rasanya malas bertemu mereka. Jika bukan urusan pekerjaan sepertinya aku akan memilih tidur saja bersamamu." kata Anjar terlihat terpaksa..

Sejak kemarin mood pria ini berubah-ubah. Kadang dewasa, kadang juga manja. Ingin terus berada di dekat istrinya. Dan tadi pagi dia ingin Alin bekerja di dalam ruangannya. Katanya jika tidak melihat wajah Alin dia merasa tidak bersemangat.

**

Restoran bintang 5 dengan gaya klasik menjadi tempat bertemu mereka. Tentu saja yang mengatur ini semua Hagia. Gadis itu mempersiapkan dengan matang.

Rezan tiba lebih dulu dari bosnya, sehingga dia yang banyak mengobrol dengan Baram juga Hagia. Namun dari pandangan Rezan, Hagia tidak menunjukkan sisi ramah padanya. Padahal waktu itu, gadis ini terlihat ramah dan sangat bersahabat. Apakah ini ada sangkut pautnya dengan Anjar, bosnya.

"Aku berharap dia tidak membuat bu bos murka. Jika tidak habislah dirinya." ujar Rezan dalam hati.

"Apakah Anjar dan istrinya masih lama datang?" tanya Hagia terlihat tidak sabaran.

Anjar melihat jam ditangan yang menunjukkan waktu pukul 8.10 menit. "Harusnya mereka sudah tiba, tunggu sebentar ya."

"Mungkin saja macem, mengingat ini akhir pekan jadi mungkin banyak yang keluar untuk menikmati waktu luang." kata Bram mencoba menenangkan adiknya.

Hagia, terlihat jelas gadis itu jengkel karena sudah 30 menit dirinya menunggu Anjar tiba. Dia memperhatikan penampilan nya, apakah masih terlihat rapi atau ada yang berantakan.

Tidak lama pintu dibuka oleh pelayan. Anjar tiba dengan menggandeng Alin. Keduanya tampak begitu mesra di mata semua orang.

"Maaf kami terlambat, tadi suamiku merasa mual saat akan masuk restoran. Jadi memutuskan untuk ke kamar mandi dulu." ujar Alin dengan sopan. Namun matanya langsung tertuju pada gadis yang duduk bersebelahan dengan pria asing.

"Benar, ternyata itu dia. Rubah bermuka dua." ucap Alin dalam hati.

"Kak Anjar, kamu kenapa? Apakah sedang sakit?" tanya Hagia yang langsung mendekati Anjar.

"Tidak, aku hanya mual sedikit." jawab Anjar singkat lalu duduk bersebelahan dengan Alin.

Hagia langsung menyuangkan teh hangat yang ada dimeja. "Diminum kak, dulu setiap aku tidak enak badan bukankah kakak selalu memberiku teh hangat. Teh disini dulu langganan kita. Aku sengaja memesannya untuk kakak."

Tanpa rasa malu Hagia memberikan perhatian pada Anjar. Dia tersenyum senang karena bisa menunjukkan kedekatan dirinya dengan pria ini.

"Maaf Hagia, aku tidak mau minum teh. Semakin bertambah mual rasanya." tolak Anjar dengan halus.

"Suamiku sudah aku pesanan jahe hangat untuk menghangatkan perutnya Jadi Nona Hagia, anda tidak perlu repot. Silahkan kembali ke tempat duduk anda."

Perkataan Alin membuat Hagia kesal tapi gadis itu mampu mengendalikannya. "Oh maaf, aku hanya khawatir saja dengan Kak Anjar. Lagipun dulu kami sering bersama jadi maaf jika aku tidak bisa mengontrol kepedulianku."

Alin tersenyum mendengarnya. "Terimakasih atas keperdulian yang telah anda berikan. Tapi tenang saja, Anjar sekarang suamiku jadi biar aku yang mengurusnya."

Seorang pelayan masuk dengan membawa pesanan Alin, jahe hangat. Segera Alin memberikan itu pada suaminya.

"Jika nanti rasa mual mu belum reda, kita akan ke rumah sakit sayang."

Anjar hanya mengangguk, dia seperti kehilangan tenaga karena tubuhnya terasa lemas.

Acara makan malam tetap berjalan baik meskipun Anjar tidak bisa memakan apapun. Pria itu hanya ingin terus menyender di bahu istrinya.

"Kak, makanlah sedikit sup tahu ini. Bukankah dulu kamu sangat menyukainya?" Hagia kembali menyodorkan semangkuk sup tahu pada Anjar, dia juga terlihat berniat menyuapi Anjar.

Tapi bukannya mendapatkan jawab, Anjar malah ingin memuntahkan seluruh isi perutnya pada Hagia. Tentu dengan secara Hagia berdiri dari kursi dan tanpa sengaja melemparkan mangkuk ke meja.

"Ahhh... jangan muntah di bajuku." teriak gadis itu ingin marah.

Alin segera menarik Anjar dalam pelukannya. "Jika ingin muntah, arahkan saja padaku." kata wanita itu dengan penuh perhatian. Dia juga bingung kenapa suaminya jadi seperti ini.

"Maafkan suamiku, Tuan Bram dan Nona Hagia. Sepertinya acara makan malam ini harus segera berakhir karena kondisi suamiku kurang sehat. Yang terpenting, berkas kerjasama kita sudah ditandatangani. Untuk kedepan semoga kerjasama kita berjalan lancar."

Alin segera mengakhiri pertemuan mereka, selain urusan kerjasama sudah selesai. Dia juga khawatir dengan kondisi Anjar terlihat sudah pucat. Belum lagi tingkah Hagia yang suka memanfaatkan kesempatan untuk dekat dengan Anjar. Alin merasa muak melihat nya. Jika saja dia tidak dalam mode kalem, sudah pasti Hagia akan mati ditangannya.

"Rezan segera siapkan mobil. Kita harus membawa Anjar ke rumah sakit." pinta Alin melemparkan kunci mobil pada Rezan. Tadi mereka berangkat tanpa supir, Anjar yang membawa mobil dan kondisi nya tadi masih baik-baik saja. Entah kenapa saat masuk restoran mulai mual dan sekarang berakhir lemas tanpa tenaga.

Bram hanya mengangguk pasrah, dia juga bingung harus bersikap seperti apa. Hagia sudah membuat nya kehilangan muka di depan Anjar, Alin serta Rezan.

Hagia sendiri tidak lagi mendekati Anjar, dia takut Anjar muntah di depannya. Meskipun cinta tapi Hagia tetap jijik melihat Anjar dalam kondisi seperti itu.

1
Mulyana
lanjut
Ruang Rindu
lanjuttttt
Mulyana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!