Aku Revina.
Aku adalah orang yang tidak pernah menyangka jika perjalanan cinta ku akan berjalan seperti ini.
Aku kira, cinta itu hanya menyenangkan saja, ternyata cinta juga ada sedih nya. Di dalam cinta ada marah nya, ada kecewanya, ada kebohongan nya, bahkan ada pengkhianatan yang amat sangat menyakitkan.
Kenapa tidak pernah ada orang yang menceritakan sisi buruk dari rasa cinta ?
Kenapa mereka hanya menceritakan sisi bahagianya saja ?
Jika tau akan serumit ini, aku tidak akan pernah coba-coba untuk main-main dengan rasa cinta,sampai pada akhirnya aku akan siap menerima segala konsekuensinya.
Aku sudah terlanjur masuk kedalam sebuah perangkap yang hanya akan menenggelamkan ku di dalam kekelaman nya. Aku harus mencari jalan sendiri, mencari jalan terang untuk terbebas dari rasa cinta ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Endrawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Namaku Revina.
Aku adalah orang yang amat sangat tidak peduli dengan hal-hal yang ada di sekitarku. Aku orang tercuek yang ada di sekolah. Aku cenderung pemarah, aku paling tidak suka di ganggu dengan hal-hal yang tidak penting,aku tidak bisa di usik jika aku sedang tenang.
Aku cantik,kulitku pun putih bersih,rambutku hitam panjang badanku pun langsing,bahkan teman ku bilang aku seperti artis korea yang amat sangat ideal jadi mustahil sebenarnya jika tidak ada laki-laki yang menyukaiku. Namun karna sikap ku yang dingin,semua laki-laki di sekolah enggan untuk mencoba sekedar dekat denganku.
Untungnya di sekolah, aku memiliki teman dekat sejak saat aku kelas 1 SMA. Kanza,Stevi,Dara dan satu lagi Tristan. Ya,Tristan adalah satu satunya laki-laki di antara kami, namun walaupun begitu Tristan tetaplah laki-laki maco,tampan bahkan dia bisa di bilang idola sekolah ku. Awal pertama kita berlima berteman,itu karena kita dulu satu kelas dan masuk kedalam kelompok sains,sejak saat itu,kita merasa cocok satu sama lain,bahkan mereka bisa begitu saja menerimaku yang amat sangat cuek dan bahkan terlihat garing. Kita berlima berteman sampai sekarang kita duduk di kelas 3, dan walaupun Dara dan Tristan sudah beda kelas kami masih ada dalam satu pertemanan tanpa embel embel nama geng.
Dara dan Tristan masuk kelas IPA sementar aku,Stevi dan Kanza masuk kelas IPS. Perbedaan kelas ini karena sudah menjadi keputusan bersama,karena Dara ingin mengasah kemampuan dia di bidang Alam,dan kalau Tristan hanya ingin saja berpisah dari kami agar tidak terasa bosan katanya. Namun tetap saja,setiap mau masuk sekolah,istirahat bahkan pulang sekolah pun kami berlima selalu menyempatkan bertemu dimana pun itu.
****
Hari ini adalah pertengahan semeseter kami menghadapi ujian. Kami mengerjakan ujian di kelas kami masing-masing. Dengan tenang aku mengerjakan soal ujian ku di dalam kertas lembaran yang di berikan bu guru pengawas. Kanza dari bangku depan tampak khawatir melirik kanan kirinya seolah mencari bantuan. Dia melirik Stevi yang ada di samping nya.
“Stev..” bisik nya berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
Stevi pura-pura tidak mendengar,dia terus berfokus ke lembar ujian di hadapan nya.
“Stevi!” Panggil Kanza dengan sedikit melotot.
“Apa?!” Akhirnya Stevi menatap Kanza dengan kesal dan dengan ikut berbisik.
“Liat jawaban looo cepetan” bisik Kanza sambil terus berjaga menatap guru yang sedang teralihkan fokusnya oleh catatan-catatan yang ada di dinding sekolah kami.
“Nih!” Stevi akhirnya menunjukan lembaran kertas itu di bawah pangkuan nya,dengan menghadap Kanza,agar Kanza bisa menyontek hasil otak Stevi.
“Hey..hey..hey” tegur Bu Guru pengawas itu yang memegoki gerak gerik mencurigakan dari Stevi dan Kanza.
Kanza dan Stevi pun panik dan kembali berpura-pura serius mengerjakan ujian mereka.
Aku yang ada di belakang mereka,hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah mereka yang lucu,dan aku kembali mengerjakan ujian ku dengan tenang.
Bel istirahat berbunyi. Kami berlima berkumpul bersama di meja kantin sambil memesan makanan dan minuman favorit kami.
“Ya lagian lo ngafalin jadwal buat besok,ya iyalah ngeblank langsung kan ?” Omel Stevi.
“Ya gue terlalu bersemangat aja buat ngafalin ekonomi tadi malem tuh,soalnya sambil teleponan sama ayang, terus karena sebelumnya kita ngobrolin ujian ekonomi kan kemarin,nah makanya ,gue kira tuh pembahasan pelajaran ekonomi kita kemarin buat ujian hari ini makanya gue ampe begadang ngafalin nya,eh pas liat lembar ujian loh kok pelajaran biologi gua bilang,ya gue ngeblank lah”
Lalu semua tertawa,bahkan Dara sampai terpingkal pingkal. Aku tertawa sambil makan nasi goreng seafood kesukaan ku.
“Bagi dong” pinta Tristan di sampingku.
“Enak aja,beli lah” timpalku dengan galak nya.
“Bikin nya kelamaan ntar dia”
“Ya kenapa ga dari tadi pesen nya?”
“Tadinya gamau,tapi liat punya lo kayanya enak bener”
“Dih. Ya udah ni,sesuap aja awas lo!” Anacm ku sambil menunjuk wajahnya untuk memperingatinya dengan tatapan tajamku.
“Iya,yaelah pelit amat timbang nasi goreng doang”
“Kalo nasi goreng doang ya beli sono” kesal ku dengan tetap mempersilahkan Tristan untuk mencicipinya.
“Masih pagi,tunda dulu napa marah marah nya”
“Ya lagian lu ganggu kenikmatan gua aja”
Dia mulai memasukan nasi goreng ke dalam mulutnya.
“Udah sih ih” gerutu ku sambil merebut kembali sendok dan nasi gorengku darinya.
“Iya iya iya”
Ya begitulah aku. Aku sering sekali marah-marah dan kesal jika aku di ganggu,tapi untungnya ke empat teman ku masih tetap mau menemaniku sampai saat ini.
“Eh gimana kabar cowo lo?” Tanya Tristan kepada Stevi.
“Udah baikan dong” centil Stevi sambil memeluk handphonenya seolah pacarnya berada di handphone itu.
Kami berempat kompak untuk menyorakinya. Karena ini bukan kali pertama dia putus nyambung dengan pacarnya,ya bisa di hitung 4 kali dalam perjalanan hubungan mereka setahun ini.
Pacar Stevi adalah alumni sekolah ini. Dia berbeda 1 tahun dari kami,dan dia kuliah di UI dengan jurusan hukum. Pacarnya pintar namun dari awal mereka berpacaran,aku dan teman-teman yang lain sangat meragukan laki laki yang bernama David itu. Karena laki-laki itu seperti hanya mempermainkan Stevi saja,dia sering kali menghilang,lalu sering sekali ketahuan berbohong,bahkan David pernah kepergok jalan berdua dengan mantan nya di mall oleh Kanza. Namun karena sudah di butakan oleh cinta,Stevi jadi selalu memaafkan semua kesalahan yang di lakukan David.
“Terus aja putus nyambung,bosen banget gue dengernya” ketusku sambil berusaha menghabiska nasi gorengku yang tersisa sedikit lagi.
“Tapi kali ini dia janji ga akan lagi bikin gue kecewa Rev” timpal Stevi.
“Sampe kapan perjanjian nya?” Tanyaku lagi.
“Ya sampe selama lama lamanya” ucapnya penuh dengan kepercayaan tinggi.
Aku dan keempat teman yang lain kompak memutarkan bola mata dan saling pandang satu sama lain.
“Yakin?” Tanya Dara dengan wajahnya yang meledek.
“Iya gue yakin lah”
“Pokoknya kalo ada apa-apa jangan pake drama drama lagi,jangan galau-galau lagi,jangan nangis-nangis lagi apalagi sampe histeris,kalo ngga,gue gantung lo di tiang bendera jam 12 siang,biar lo tau rasa” ancam ku yang sudah mulai tidak mood menghabiskan makanan ku.
Semua tertawa dengan ancaman ku,dan Stevi menatapku dengan membayangkan hal itu terjadi.
“Iihh serem banget deh,mana panas lagi jam 12,ga bisa sorean dikit napa ?” Jawab Stevi membuat kami semua kembali tertawa juga.
Tiba-tiba ada 3 orang siswi perempuan menghampiri meja kami. Itu adalah Karin ,Cyla,dan Mella. Mereka adalah siswa kelas IPA 3 yang berada tepat di samping kelas Dara dan Tristan IPA2.
“Tristan” panggil lembut Karin sambil membawa sebuah buku di dadanya.
“Ya” saut Tristan sambil mendongakan kepalanya menatap Karin.
Kami semua diam pura-pura tidak terlalu memperdulikan mereka,padahal telinga kami dan bola mata kami amat sangat memperhatikan dengan begitu jelasnya.
“Kemarin kan lo sempet praktik ujian sains yang ini” ucap Karin menunjukan karya Ilmiah yang sudah dia catat di buku nya.
“Oh iya,terus?”
“Gue boleh ga minta ajarin praktik ini sama lo di lab,soalnya materi kita sama” pinta Karin dengan wajah yang begitu berharap.
Tristan menatap kami satu persatu,seolah dia meminta persetujuan dari kami.
“Boleh,tapi kalau gue ada waktu ya”
Karin tampak kecewa namun dia berusaha untuk tenang.
“Okedeh. Gue tunggu kabar dari lo ya,soalnya ujian praktek kita kan udah lusa”
“Oke okee nanti gue kabarin ya” jawaban Tristan dengan konsisten.
“Ya udah kalo gitu. Bye Tristan,bye semua” pamit Karin dengan meninggalkan senyuman yang begitu manis kepada kami semua.
Setelah mereka pergi,Tristan kembali membalikan badan untuk menghadap kepada kami teman-teman nya.
“Kenapa ga di Iya in aja sih ribet banget harus nunggu ntar” omel Dara.
“Lagian gue bingung,bukan nya dulu lo suka ya sama Karin ?” Tanyaku mengingatkan.
“Ya itukan dulu” tangkisnya.
“Ya kalo dulu kan dia masih punya pacar,kalo sekarang kan mungpung dia jomblo juga,ya udah kesempatan lo dong buat deketin dia lagi,kayanya dia juga naksir sama lo” ujar Stevi.
“Gue nya udah ga tertarik”
“Idih gaya lo,so so an jual mahal lo ya” ledek ku.
“Heh,biar lo ngerasan pacaran masa SMA itu gimana,kita itu ga kerasa udah mau lulus kan 5 bulan lagi” ucap ku dengan tidak sadar diri.
“Dih. Ngaca lo,gaya lo kaya yang udah pernah pacaran aja. Lagian masih mending gue punya gebetan walaupun ga pacaran,nah lo? Suka ama cowo aja ga pernah” balik ledek Tristan di samping ku.
“Ya gue kan beda,value gue tinggi bro ga akan ada di sekolah ini yang masuk kriteria gue”
Tristan menertawakan ucapanku.
“Bukan value tinggi,emang lo nya aja nyeremin jadi gada yang mau sama lo”
“Ada ya,nanti gue buktiin”
“Kapan coba?”
“Ya nanti aja lo liat sendiri”
“Okeh”
“Iihh berisik deh ribut mulu,udah abisin makan lo itu bentar lagi mau bel masuk” omel Kanza.
“Gamau gue kenyang” bete ku.
“Tadi di mintain gamau bilang nya laper,sekarang ga di abisin” ucap Tristan yang sangat senang sekali mengusik kui
“Ya elo bikin ga nafsu”
“Kok gue?”
“Ya elo dari tadi ngajak ribut mulu jadinya ilang nafsu makan gue,tanggung jawab lo abisin!” Pinta ku dengan nada masih saja kesal.
“Oke” jawab Tristan dengan senang hati.
Lalu semua teman ku menertawakan kami.