Bagaimana rasanya, jika suamimu yang merupakan seorang dosen, digoda oleh sepupumu sendiri, yang tak lain adalah mahasiswi di kampus yang sama.
Bahkan, mereka sampai berani menginap di hotel. Pahahal, mahasiswi ini baru setahun menikah. Berita pernikahannya pun sempat viral, karena ia merupakan seorang selebgram yang dinikahi pengusaha tampan, berusia 12 tahun di atasnya.
"Kamu harus merasakan bagaimana rasanya suamimu diambil orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Dalam surat pertama, tertulis pernyataan bahwa Arya tak boleh menceraikan Mila bila ia telah menidurinya, apalagi sampai memiliki anak.
Sedangkan dalam surat kedua, tertulis bahwa jika pernikahan ini hanya demi sebuah rencana, maka mereka akan berpisah suatu saat nanti. Dengan begitu, Arya tidak diizinkan menyentuh Mila apalagi sampai membuatnya hamil.
Memberikan kesempatan Arya untuk berpikir akan menandatangani surat yang mana, Mila membalikkan badannya untuk segera merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tapi, belum sempat Mila menyentuh kasur, Arya yang sudah selesai menandatangani surat itu, langsung menarik tangan istrinya dan memberikan surat itu padanya. Mila yang masih dibuat shock dengan pilihan Arya, tak sempat berpikir lama karena suaminya itu langsung mendorongnya hingga jatuh ke kasur. Handuk yang melilit tubuh suaminya pun terlepas.
“Aku tidak pernah mengatakan kita akan bercerai setelah menikah, itu ucapanmu sendiri. Dan aku sudah pernah bilang, jalani saja pernikahan ini sebagaimana mestinya, karena secara tidak langsung, rencana kita juga akan terlaksana.” Arya mulai mencumbu istrinya tanpa perlawanan maupun penolakan dari Mila.
Hingga malam panas itu pun terjadi begitu saja di tengah dinginnya malam.
***
Rega dan Selia kini benar-benar menjadi sorotan para penghuni kampus. Sebenarnya tak apa bila seorang dosen menikahi mahasiswinya sendiri. Tapi yang menjadi masalah adalah skandal perselingkuhan mereka yang di mana, banyak orang tahu Selia adalah istri dari laki-laki lain saat berita itu mencuat. Dengan kata lain, hubungan mereka adalah hasil dari perselingkuhan.
“Sayang sekali ya, kalau aku dapat suami seperti Arya Widjojo, tentu aku tidak akan melirik kanan kiri. Bagaimana tidak, kehidupanku sudah sangat sempurna. Apalagi, Arya juga tak kalah tampan, kecuali kalau dia jelek mungkin masih masuk akal Selia mencari pelarian,” ujar salah seorang mahasiswi yang tengah bergosip ria pagi ini sebelum kelas dimulai.
Yang lain pun menyahut dengan opini yang sama. Bahwa pilihan mereka pun sama, meninggalkan pengusaha demi memilih seorang dosen bukan lah pilihan yang tepat. Apalagi sebagai perempuan, materi tentu menjadi prioritas mereka.
“Sssttt...” Luna tampak memberhentikan obrolan panas teman-temannya, karena Rega baru saja masuk kelas mereka.
“Pagi,” sapa pak dosen.
Tak sengaja, Luna beradu pandang dengan dosen tampan itu.
Luna bak perempuan setipe Selia, yang tak peduli dengan masa lalu pribadi seorang Rega. Yang ia tangkap hanyalah ketampanan lelaki yang menjadi dosennya itu. Tanpa mau tahu sisi buruknya yang telah berkhianat dalam pernikahan sebelumnya.
Hingga 1 jam 15 menit berlalu, perkuliahan pagi ini usai. Rega beranjak dari tempat duduknya dan keluar kelas menuju perpustakaan. Tempat itu seakan menjadi tempat favorit baginya saat ini, karena di ruangan dosen ia merasa tak nyaman dengan pandangan rekan kerjanya.
“Pak Rega!” panggil Luna mengejar dosen muda itu.
“Pak, apa Pak Rega sedang ada kelas lagi atau sedang sibuk? Saya ingin mendiskusikan soal materi tadi yang saya kurang paham, Pak. Apa bisa?” Luna berjalan beriringan dengan Rega.
“Bisa, kita diskusi ke perpus,” ajak Rega.
Baru juga mencari tempat duduk yang masih kosong dan Rega mulai mempersilakan Luna menanyakan materi yang tak dipahaminya, seorang wanita tiba-tiba menghampiri mereka tanpa ucapan apa pun dan hanya memandang mereka berdua dengan tatapan tajam.
Seketika Luna setengah ketakutan melihat raut wajah Selia yang seperti ingin memakannya.
“Jangan cari-cari alasan kamu! Sok-sokan ingin bahas materi, besok-besok bahas yang lainnya. Kalau tidak paham, diskusi sama teman-teman sekelasmu. Lagi pula, apa yang kamu lakukan selama dosenmu mengajar, sampai tak paham dengan materinya. Kamu fokus ke materinya, atau ke dosennya?” tegas Selia membuat Rega merasa tak enak hati pada mahasiswinya.
"Selia, cukup! Jangan buat malu di tempat umum. Dia memang belum paham,” ujar Rega membela Luna.
Mengatakan bahwa Rega dan Luna lah yang tak tahu malu, karena berduaan di sana. Tak peduli mereka ingin membahas apa, tapi yang jelas orang-orang akan berpikir negatif. Selia lalu memperingatkan agar Luna lebih fokus pada kuliahnya, bukan malah menaksir suami orang.
Rega sontak meminta maaf pada Luna dan akan menjelaskannya lain waktu, kemudian menggandeng tangan Selia keluar ruangan dengan paksa.
“Aku sudah berusaha menjaga sikap selama di kampus, tapi kamu malah begini!” Rega melepaskan tangannya lalu pergi meninggalkan istrinya sendirian.
“Bilang saja kamu ingin aku cepat lulus biar kamu bisa enak-enakan mendekati mahasiswi-mahasiswimu!” sahut Selia pada Rega yang belum berjalan terlalu jauh.
Tak mengindahkannya, Rega terus berjalan menjauh.
Sementara itu pagi ini, Arya dan Mila tengah bersiap untuk berangkat ke Singapura, setelah membatalkan perjalanan yang seharusnya dilakukan minggu depan. Hal itu lantaran urusan Arya selesai lebih cepat dan tak ingin mengulur waktu lagi untuk pergi liburan. Hingga mereka harus pintar mengatur waktu dalam bersiap, karena jadwal penerbangan sore hari.
“Kamu lambat sekali siap-siapnya,” tegur Arya pada sang istri yang berjalan begitu lambat saat mengambil barang-barangnya untuk dimasukkan ke dalam koper.
Gusar karena Arya tak bisa memahami kesakitannya, Mila acuh, meski dalam hatinya berisik. “Kalau tahu mau berangkat sekarang, seharusnya semalam tidak berbuat begitu.”
Arya memang memberitahukan keberangkatan mereka hari ini dengan sangat mendadak.
Hingga ponselnya pun tiba-tiba dipenuhi oleh banyaknya notifikasi pesan masuk. Mila yang penasaran ada apa di sana yang sepertinya ramai sekali, diambilnya ponsel di atas meja riasnya.
Seketika ia memandang suaminya dengan perasaan ambigu. Bagaimana tidak, ternyata Arya lah penyebab banyaknya notifikasi yang masuk di grup keluarga.
Pagi, Tante dan Om, juga adik-adik. Pagi ini, Arya dan Mila akan bertolak ke Singapura untuk berbulan madu. Hanya ingin menawarkan saja, apa ada yang mau dibawakan oleh-oleh? Jika ia, bisa bilang saja mau apa, nanti kami belikan di sana.
Itu lah pesan yang Arya kirimkan di grup keluarga, yang terbaca cukup lebay bagi Mila, tapi ia tahu apa tujuan suaminya itu.
Pesan Arya itu lalu dibalas oleh Tante Sintia yang antusias meminta titip skincarenya yang sedang habis, yang hanya dijual di negara singa itu.
Tante Sintia : Nanti Tante transfer totalannya ya, Ar.
Arya : Tidak perlu, Tante. Arya menawarkan oleh-oleh secara gratis, bukan mau buka jasa titip. Jadi, apa yang mau dibawakan, bisa bilang saja.
Seketika beberapa anggota grup mulai mengirimkan daftar barang yang mereka inginkan.
Terlihat sombong memang, tapi begitu lah Arya dengan keunikannya yang ingin membuat Selia dan mamanya gigit jari.
Salah satu saudara kemudian tampak menyebut mama Selia yang tampak tak mengirimkan daftar oleh-olehnya.
Mama Selia, kamu bukannya sedang ingin tas ini ya? Tidak mau sekalian saja? Ini hanya ada di sana lho. Aku saja titip mumpung Arya mau ke sana.
Pesan itu bahkan tak juga dibalas oleh mantan mama mertua Arya itu, seakan seperti sengaja diabaikannya begitu saja.
“Arya! Siapa yang mau belanja sebanyak ini? Kita mau liburan, bukan mau buka jasa titip gratis!” kesal Mila selesai saudara-saudaranya mengirimkan daftar belanjaan yang cukup panjang.
...****************...