Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Berubah manis
"Darimana Mas??" Sarah keluar dari kamar mandi bersamaan dengan Erland memasuki kamar.
"Dari bawah, minum air dingin" Jawab Erland tak berdusta, memang kenyataannya seperti itu. Namun setelah itu mampir dulu ke kamar istri ke duanya.
"Pagi-pagi begini?? Tumben" Karena biasanya Erland akan meminum air putih yang setiap malam di siapkan Bi Tum di kamarnya.
"Iya, tadi tenggorokannya panas banget. Pingin yang dingin-dingin. Ya udah aku mandi dulu" Tak ingin Sarah menanyakan yang lebih jauh, Erland segera melesat ke kamar mandi.
"Aneh"
Sarah yang penuh dengan rasa curiga akhirnya memilih keluar. Siapa tau menemukan sisa-sisa kebohongan suaminya.
Wanita yang kini merasa posisinya terancam itu langsung menemui Bi Tum yang sedang menyiapkan masakannya di meja makan.
"Bi!!"
"Iya Bu??" Bi Tum melihat majikannya itu celingukan mencari sesuatu.
"Tadi Mas Erland turun kesini ngapain??" Bisik Sarah takut seseorang akan mendengarnya.
"Bapak, cuma minum Bu"
"Yakin, nggak ada yang lain?? Abis itu ngapain??" Sepertinya Sarah akan menjadikan Bi Tum sumner informasi baginya.
"Saya nggak tau Bu, soalnya tadi ikut Bu Vio ke kamarnya. Setelah itu saya fokus masak lagi, jadi nggak tau Bapak sedang apa" Jawab Bi Tum dengan polos.
Amarah Sarah kembali muncul, dia merasa di bohongi oleh suaminya. Semakin terlihat jelas jika Erland ingin bermain sembunyi-sembunyi dari Sarah.
Sarah kembali ke kamar dengan kedua tangannya yang mengepal kuat. Ingin rasanya langsung mengeluarkan amarahnya di depan Erland, tapi nanti Sarah justru akan kembali diceramahi oleh suaminya itu.
"Enggak, enggak!! Gue nggak boleh terbawa emosi seperti ini. Gue harus main cantik. Gue harus tunjukkan ke perempuan itu siapa posisi tertinggi di hati Erland dan di rumah ini" Gumam Sarah sebelum masuk ke dalam kamarnya.
Sarah membuang nafasnya beberapa kali untuk meredakan amarahnya. Memasang wajah penuh senyum untuk membuat suaminya itu semakin mencintainya.
"Mas, kamu sudah selesai??" Erland sedang berdiri di depan cermin dengan dasi yang masih menggantung di lehernya.
"Sudah, kamu dari mana??"
"Dari bawah, siapin sarapan buat kita. Aku bantu pasangin dasinya ya??" Sarah meraih dasi berwarna grey itu lalu mencoba menyimpulkannya.
"Tumben?" Erland menaikkan satu alisnya.
"Kamu kenapa sih Mas, istrinya perhatian kok malah di bilang tumben" Cibir Sarah sambil terus berusaha mengikat dasi Erland.
Tentu saja Erland curiga jika Sarah ada maunya melakukan itu. Pasalnya, Sarah tidak pernah sekalipun mengurus keperluan Erland termasuk memasangkan dasi. Menyambut Erland pulang kerja di ruang tamu saja tidak pernah. Sarah hanya akan menyembunyikan diri di kamarnya. Seperti kamarnya itu adalah sarang yang cantik dan nyaman untuknya.
"Bisa nggak, kalau nggak bisa biar aku aja" Sarah hanya meringis mendapati dirinya yang ternyata tak lihai memasang dasi.
Tak sampai satu menit dasi itu sudah rapi berkat tangan Elgrand sendiri yang terbiasa memasangnya.
"Sudah, ayo sarapan. Viola juga pasti sudah menunggu di sana" Sarah sengaja menyelipkan tangannya di lengan Erland. Berjalan berdampingan dengan sesekali Sarah menyandarkan kepalanya pada bahu Erland.
Jelas apa tujuan Sarah melakukan itu semua, tentu saja untuk membuat Viola cemburu. Kali ini Sarah harus lebih pintar memainkan perannya.
"Wanita itu harus tau posisinya di rumah ini" Batin Sarah.
Dan benar apa kata Erland jika Viola sudah berada di sana. Baru saja duduk dengan membawa secangkir teh di tangannya.
"Pagi Viola" Sapa Sarah dengan sangat ramah.
Viola hanya diam saja tak mau membalas sapaan basa-basi Sarah. Tetap diam acuh tak acuh menyeruput teh hangatnya.
"Kamu kok udah rapi, mau kemana Vii??" Erland memperhatikan istrinya yang sudah sudah rapi dengan dress selututnya yang berwarna navy. Begitu cantik di tambah polesan make up nya yang soft namun mampu membuat Viola begitu mempesona.
"Biarin aja dong Mas, Viola juga butuh jalan-jalan. Kelamaan tinggal di luar negeri kan jadi lupa sama kota jakarta. Mungkin dia mau penyesuaian" Serobot Sarah begitu saja yang membuat Viola tersenyum miring.
"Kamu belum jawab Abang Vi!!"
"Bukannya sudah di wakilkan sama dia??" Tunjuk Viola pada Sarah dengan dagunya.
"Memangnya kamu mau pergi ke mana?? Abang antar ya??"
Sarah merasa kesal karena niatnya tadi hanya ingin membuat Viola jelek di mata Erland, tapi justru Erland tak terpancing sedikitpun.
"Kita sarapan dulu ya, nanti kamu kesiangan loh Mas" Sarah sengaja menghentikan pertanyaan Erland.
"Aku ambilkan ya Mas??"
Sarah mengambil piring milik Erland. Lalu mengisinya dengan menu yang sudah di masak Bi Tum tadi.
Erland hanya diam saja melihat Sarah yang begitu berbeda hari ini. Sejak tadi Sarah terus saja melayani Erland layaknya istri yang baik.
Sementara Viola sangat muak melihat kemesraan yang terlihat begitu di buat-buat itu. Sarah pikir Viola akan cemburu dengan apa yang dilakukannya itu.
"Aku sudah selesai, kamu mau bareng sama Abang Vi??" Ternyata usaha Sarah sia-sia. Erland tidak lupa untuk mengajak Viola pergi bersamanya.
"Kenapa tidak bawa mobil sendiri?? Kan enak jadinya, nanti pulangnya juga gampang" Lagi-lagi Sarah menyela.
"Bukankah tadi anda sendiri yang bilang kalau saya sudah terlalu lama di luar negeri makanya saya butuh penyesuaian?? Mungkin tawaran suami kita ini lumayan membantu juga"
Sarah merasa kesusahan menelan ludahnya. Viola dengan mudahnya membalikkan keadaan. Sarah salah perkiraan sepertinya. Seharusnya Sarah sadar dari awal kalau Viola tidak mudah di tekan mengingat pertemuan pertama mereka di rumah sakit waktu itu.
"Aku bareng aja sama Abang" Ucap Viola pada Erland.
Sementara Erland sampai bersandar ke belakang, melihat satu per satu istrinya yang duduk berseberangan itu. Mereka semua terlihat manis pagi ini. Apalagi Viola, kenapa dia menjadi selembut itu pada Erland.
"Boleh kan Bang??" Tanya Viola lagi karena Erland hanya diam dan menatapnya dengan kebingungan.
"Iy-iya Vi, tentu saja boleh"
Jawaban itu langsung di sambut wajah masam Sarah yang tak suka jika mereka berdua berdekatan.
"Oh ya, aku ingatkan lagi sama Abang. Aku sudah menemukan Dokter kandungan yang aku inginkan. Jadi besok Abang ada waktu kan untuk kita berdua periksa?? Abang ingat kan kalau kita ingin segera punya anak??" Viola bertutur kata selembut mungkin pada Erland. Bahkan di setiap katanya terselip senyuman manis di bibirnya. Membuat Erland terpana bahkan terbuai dengan suara Viola yang indah menyapa telinganya.
"A-apa?? Kalian ingin program kehamilan??" Sarah bahkan sampai tergagap meyakinkan apa yang ia dengar.
"Iya, apalagi Abang dan Ibu juga sudah tidak sabar ingin mendengar tangisan bayi di rumah ini. Iya kan Bang??" Viola sengaja menyentuh tangan Erland yang berada di atas meja.
Erland melihat ke arah Sarah, dia tau Sarah pasti akan marah. Apalagi Viola yang tiba-tiba memegang tangannya, pasti akan membuat Sarah cemburu.
"Abang??" Viola menggoyangkan tangan Erland untuk menarik perhatian Erland lagi dari Sarah.
"I-iya, ayo sekarang kita berangkat" Erland mengambil keputusan untuk segera mengakhiri kejadian aneh di meja makan itu.
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....