Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Setiap manusia punya masalah ~
***
Wildan Andreas, lelaki berumur 25 tahun yang sudah sukses untuk membuat namanya sendiri bersinar di kancah para pengacaranya . Mulutnya tajam dan blak blakang, tak jarang lidahnya itu sering menyakiti orang. Dia tidak suka penjilat makanya temannya bisa di hitung jari.
Hari ini dia sangat frustasi, makanya dia menon-aktifkan ponselnya dan makan dengan tenang. Kepalanya berdenyut karena pusing harus menghadapi ketiga keponakannya.
Kakaknya, Arina meninggal bersama sang suami dalam sebuah insiden kecelakaan dua tahun yang lalu. Meninggalkan ketiga anaknya yang masih dibawah umur.
Dengan begitu, Wildan lah yang harus mengambil ketiga keponakannya untuk dia besarkan. Yang paling besar namanya Viona (15 tahun), yang kedua Jean (13 tahun) dan yang paling kecil Simphony ( 8 tahun).
Masalahnya hadir sejak kakaknya meninggal karena semua tingkah anaknya berubah. Di mata Wildan, ketiganya menjadi liar dan tidak terkendali.
Wildan bahkan mengalami kerontokan parah karena memikirkan ketiganya.
"Bahkan kasus pembunuhan berantai saja tidak pernah membuat rambutku rontok."
Satu satunya orang yang kadang di dengarkan oleh ketiga keponakannya adalah Bibi Pam, pengasuh yang sudah lama tinggal di kediaman Andreas.
Di restoran elit itu, Wildan makan sendirian. Daging steak itu sudah dia iris. Dia mulai memasukan potongan pertama kedalam mulutnya.
Dengan jadwalnya yang sibuk, makan teratur saja sudah terdengar mustahil.
Kesibukannya inilah yang membuat Wildan sedikit lalai untuk memperhatikan ketiga keponakannya. Jadi Wildan hanya selalu memantau perkembangan keponakannya lewat asisten yang dia tugaskan untuk mengamati semua kegiatan keponakannya.
Wildan tau mungkin dirinya tidak bisa seperhatian seperti kedua orang tuanya, tapi minimal semua kebutuhan sudah Wildan cukupi, terlebih soal materi. Warisan kakaknya saja sebetulnya lebih dari cukup, tapi Wildan ingin menyimpan itu semua untuk keponakannya. Jadi selama ini Wildan menggunakan uang pribadinya untuk pengeluaran mereka.
Di sela sela dia makan, dia melihat ada seorang wanita yang menunjuk ke arah dirinya .
"...?" Wildan hanya heran saja. Dia kemudian menengok ke arah kiri dan kanannya. Tidak ada orang. Berarti benar kan yang di tunjuk oleh perempuan itu adalah dirinya.
Di lihat dari tingkahnya sepertinya dia terlihat sedang berdebat sengit.
"Apa aku seterkenal itu?" Wildan tau dia terkenal dengan profesi nya, juga kinerjanya, hampir 80% kasus yang dia tangani berhasil. Dia pernah gagal tentu saja, dia manusia biasa yang pernah gagal. Tapi itu dia jadikan landasan pacu untuk terus maju hingga sesukses sekarang ini.
"Apa mungkin dia butuh bantuan?" Lama berpikir. "Ah... Kalau dia butuh bantuan hukumku pasti dia akan kesini kan?" Karena tak mau ambil pusing, Wildan melanjutkan makannya.
Tapi Wildan terus memantau juga perdebatan mereka. Seolah mendapatkan tontonan gratis, mungkin dia butuh popcorn dan air bersoda sekarang ini.
"Sayang sekali tempat dudukku terlalu jauh, aku jadi tidak bisa menyimak obrolan mereka." Sudah berapa lama Wildan tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Mungkin baru ini lagi. Biasanya karena dia sibuk, dia akan terus melihat layar ponselnya untuk memantau perkembangan kasus yang dia bawakan.
Wildan menenggak minuman anggur nya.
"Wah ada pemain baru." Seorang perempuan muda menyela diantara percakapan mereka.
"Dia pasti teman si perempuan itu. Punya sekutu memang lebih bagus." Wildan semakin tertarik dengan pertengkaran tersebut.
Tapi sepertinya si botak itu kalah, dia pergi dengan sangat marah. Wildan akui bahwa perempuan itu terlihat sangat gigih. Di dunia yang penuh masalah ini, setiap orang pasti punya masalahnya sendiri sendiri.
"Untuk itu pengacara sepertiku hadir kan." Wildan tersenyum. Dia kembali menenggak minuman anggur nya di gelas dan menghabiskannya.
Setelah makan di bergegas pergi dari restoran tersebut.
Yah lumayan lah dia menghibur dirinya sendiri hari ini.
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼