Di tengah kesibukan kota modern yang serba cepat, Ferdy, seorang pria yang dulunya memiliki segalanya, kini menjadi pecundang. Ditinggal istri yang telah meninggalkannya, Ferdy merasa hidupnya hancur dan tak memiliki arah. Kesehariannya dipenuhi dengan kesedihan dan keraguan, mengingat kembali kejatuhannya dari puncak keberhasilan hingga menjadi seseorang yang tidak diperhitungkan.
Suatu hari, untuk melarikan diri dari kenyataan pahitnya, Ferdy memutuskan untuk pergi ke gunung, mencari ketenangan dan mungkin sebuah jawaban. Dalam perjalanan menuju puncak, ia terperosok ke sebuah gua misterius yang tersembunyi dari pandangan umum. Di dalam kegelapan gua itu, Ferdy menemukan sebuah gelang antik yang mengeluarkan cahaya lembut. Tanpa disadari, gelang itu adalah kunci dari sebuah sistem kekayaan dan kekuatan yang tak terbayangkan sebelumnya.
bagaimana cerita ferdy bangkit dari keterpurukan menuju ke kekuasaan tetapi masih memiliki kebaikan dan membantu sesama yang kesusahan dan menderita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan yang sedikit terungkap
Pagi hari itu dimulai dengan keheningan. Setelah menyelesaikan misi harian yang diberikan Sisum, Ferdy langsung beralih ke rutinitas paginya—memasak sarapan. Dapur kecil di rumah reyotnya terasa hangat dengan aroma nasi goreng dan telur yang ia siapkan untuk Syahida, putrinya yang akan dijemput oleh mantan istrinya, Yuni.
Ferdy menatap Syahida yang tengah sibuk mengemasi buku-bukunya ke dalam ransel kecil kesayangannya. Ransel itu adalah hadiah dari Ferdy, diberikan ketika mereka mendaki bersama untuk pertama kalinya. Saat Syahida selesai mandi, mereka duduk bersama di meja makan, menikmati sarapan sederhana.
**Ferdy (tersenyum):** "Ayo, makan yang banyak. Jangan sampai telat ke sekolah, ya. Kamu kan anak pintar."
**Syahida (menjawab ceria):** "Iya, Yah. Aku juga nggak sabar mau ketemu teman-teman."
Keduanya melanjutkan sarapan dengan obrolan ringan tentang pelajaran di sekolah dan rencana Syahida untuk bermain dengan teman-temannya. Namun, ketenangan itu segera berakhir ketika terdengar suara ketukan keras di pintu depan, seperti ada seseorang yang sedang marah. Ferdy memandang ke arah pintu dengan alis yang berkerut.
**Ferdy (berbisik pada dirinya sendiri):** "Siapa lagi ini?"
Saat ia melihat dari jendela, wajahnya berubah masam. Yuni, mantan istrinya, berdiri di depan pintu bersama seorang pria yang Ferdy kenali sebagai Andi, kekasih Yuni. Dengan ekspresi penuh ketus, mereka terlihat jelas tidak senang harus datang ke rumah Ferdy.
**Ferdy (membuka pintu perlahan):** "Ada apa lagi, Yu?"
**Yuni (tanpa basa-basi):** "Cepetan, Syahida mana? Udah waktunya sekolah, aku nggak mau terlambat gara-gara nginjek rumah reot kamu ini."
Nada suara Yuni dingin dan penuh rasa jijik. Sementara itu, Andi hanya berdiri di belakangnya dengan ekspresi arogan, sesekali melirik rumah Ferdy dengan pandangan meremehkan.
Syahida segera berlari keluar rumah dengan semangat, ransel kecilnya bergoyang di punggung. Ia memeluk Ferdy erat sebelum berangkat.
**Syahida (tersenyum):** "Ayah, aku pamit ya. Nanti aku cerita tentang sekolah. Doain aku supaya jadi anak baik, ya?"
**Ferdy (membelai rambut putrinya):** "Pasti, Sayang. Jangan nakal, ya. Dengerin apa kata bunda di sekolah."
Yuni, yang berdiri tak jauh dari mereka, tampak jengkel melihat momen tersebut. Ia memutar bola matanya dan berbalik, meninggalkan Ferdy dan Syahida tanpa sepatah kata pun.
Saat mereka mulai berjalan ke arah mobil yang diparkir di ujung jalan setapak, Ferdy memperhatikan sesuatu yang menarik di mobil Andi. Di kaca belakang mobil, ia melihat stiker komunitas ojek online, kecil tapi cukup jelas bagi Ferdy yang juga bekerja sebagai driver online.
**Ferdy (dalam hati):** "Jadi Andi ini cuma driver ojek online juga? Tapi kenapa dia pamer kaya di depan Yuni?"
Ferdy tersenyum tipis. Fakta bahwa Andi bukanlah pria kaya seperti yang ia coba tampilkan membuat Ferdy merasa lega, walau hanya sedikit. Setelah mobil itu pergi, Ferdy kembali ke rumah, menutup pintu dengan pelan dan menghela napas panjang.
Ia duduk di kursi tua di ruang tamu dan memandangi galeri ponselnya. Foto-foto bersama Syahida saat mereka di basecamp pendakian beberapa minggu yang lalu muncul satu per satu. Keceriaan Syahida membuat hati Ferdy hangat, meskipun ada kekhawatiran yang terus menghantuinya. Dalam hati, Ferdy berjanji bahwa suatu hari ia akan merebut hak asuh Syahida. Dia tahu bahwa Syahida lebih bahagia bersamanya daripada dengan Yuni dan kekasihnya.
Namun, tanpa Ferdy sadari, ancaman yang lebih besar sedang mengintai. Di sekitar rumahnya, beberapa pria berperawakan kasar sedang mengintai, mengamati gerak-geriknya dengan teliti. Mereka adalah preman bayaran, dikirim oleh Andi untuk menyingkirkan Ferdy. Andi takut Ferdy akan merusak rencananya untuk menikahi Yuni, apalagi jika Yuni tahu kebenaran tentang dirinya yang bukanlah pengusaha sukses seperti yang ia klaim.
Di sudut gelap, salah satu preman berbicara melalui ponsel dengan suara rendah.
**Preman 1 (berbisik):** "Targetnya di rumah. Kita tunggu waktu yang tepat."
**Preman 2 (serius):** "Bos bilang, habisi dia pelan-pelan. Jangan sampai ada yang curiga."
Rencana jahat mulai direncanakan. Mereka menunggu Ferdy lengah untuk melaksanakan misi mereka.
Sementara itu, Ferdy, yang tidak menyadari bahaya yang mengintai, kembali fokus pada Sisum. Setelah membuka notifikasi di ponselnya, ia melihat bahwa misi hariannya telah berhasil diselesaikan, dan ia mendapat reward berupa uang tunai serta poin yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuannya.
**Ferdy (berbicara sendiri):** "Oke, saatnya lihat apa yang bisa dibeli di toko ini."
Ia membuka tab toko dan melihat berbagai keterampilan dan item yang bisa dibeli. Kali ini, ia memutuskan untuk membeli beberapa skill baru, termasuk kemampuan bela diri tingkat lanjut dan keahlian strategi. Ia juga meningkatkan kemampuan fisiknya dengan beberapa item yang akan mempercepat pemulihan stamina dan kekuatan.
**Ferdy (tersenyum puas):** "Dengan ini, aku bisa lebih siap menghadapi apa pun. Tidak peduli tantangan apa yang datang."
Namun, di luar sana, ancaman semakin mendekat. Preman-preman itu terus mengawasi, menunggu momen yang tepat untuk menyerang. Mereka tahu bahwa Ferdy memiliki kekuatan, tapi mereka juga tahu bahwa setiap orang punya kelemahan. Andi telah memerintahkan mereka untuk memastikan Ferdy tidak menjadi masalah lagi.
Saat malam tiba, saat ingin memejamkan mata Ferdy merasakan sesuatu yang aneh.
Nalurinya sebagai mantan pendaki gunung membuatnya selalu waspada terhadap perubahan kecil di sekitar.
Ia merasakan seakan ada mata yang mengawasinya, meskipun tak ada yang terlihat. Insting Ferdy mulai mengambil alih.
**Ferdy (berbicara pelan):** "Ada sesuatu yang nggak beres."
Ia keluar ke halaman rumah, memeriksa sekitar dengan seksama. Mata Ferdy menyusuri setiap sudut, tetapi ia tidak melihat apa pun. Namun, ia tahu, ada sesuatu di luar sana—sesuatu yang berbahaya.
**Sisum (dalam notifikasi):** "Deteksi ancaman tingkat rendah. Preman terdeteksi di radius 100 meter."
Dengan cepat, ia mengunci semua pintu dan jendela, memastikan bahwa rumahnya aman. Dalam diam, ia bersiap untuk melawan tapi tidak dirumah ini.
Sambil berjalan dengan mata yang penuh kewaspadaan berjalan santai menuju sebuah lapangan parkir mobil warga yang kosong. Untuk memancing mereka keluar dari pengintaian.
**Ferdy (berbicara pada dirinya sendiri):** "Kalian pikir bisa menghancurkanku saat aku lengah? Aku sudah siap kawan... Hehehehe."