NovelToon NovelToon
PERMAINAN BIKIN CANDU

PERMAINAN BIKIN CANDU

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: SariRani

Ben Jamin Fredo (28), pewaris perusahaan wine Fredo bermain panas dengan pesaingnya Zoela Caprio (27) pewaris kedua perusahaan wine Caprio. Merasa bertukar peluh di ranjang sambil meneriaki nama masing masing dan menjadikan gerak tubuh mereka sebagai candu satu sama lain. Tapi selain di ranjang, mereka adalah musuh bebuyutan sejak orang tua mereka bersaing menjadi perusahaan wine terbaik di Italia. Permainan kotor bisnis diantara pedagang wine membuat keluarga Fredo dan Caprio bermusuhan. Namun bagaimana jika orang tua mereka tau bahwa Ben dan Zoe menjalin hubungan menikah diam diam hingga bisa menghasilkan cucu untuk mereka? Apa karena ada cucu mereka berbaikan atau semakin bermusuhan? Bacaaaaaa novel ini sampai tuntas ya! Semoga suka!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alasan

Victoria melihat wajah kakaknya yang dingin dan menahan amarah duduk di kursi pasien.

"Sudahlah kak. Kak Zoe pasti akan mengerti. Jika dia benar benar mencintaimu, dia akan memaafkanmu" ucap Victoria menenangkan.

"Kalau nggak?" tanya Ben.

"Aku yang akan bicara padanya" jawab Nior.

"Hmm malah dia marah sama aku dan kamu" sahut Ben.

"Yasudah, aku saja. Aku akan mengajaknya untuk bertemu di cafe" timpal Victoria.

"Minta nomornya, Kak" lanjutnya pada Ben.

Ben pun mengeluarkan ponselnya lalu mengirim kotak nomor milik Zoe yang ia beri nama "My Lovely Wife".

Ting!

Pesan dari Ben sudah masuk ke ponsel sang adik, Victoria langsung mengambil ponselnya di saku jas dokter.

"Alay banget kak, kakak! Hahaha My Lovely Wife" ejek Victoria.

"Suka suka aku ngasih nama istriku. Syirik aja suamimu gak seromantis aku" balas Ben.

"Eh enak aja! Aku ngasih nama kontak istriku, Love Wife Doctor!" sahut Nior gak mau kalah.

Victoria menepuk pundak sang suami karena dia jadi malu.

Ben tersenyum smirk.

"Gitu ngejek. Nama kontakmu aja alay di ponsel suamimu" celetuk Ben.

"Biarin, kan dia suamiku. Bebaslah dia mau ngasih nama apa buatku" sahut Victoria seolah merajuk tapi hanya bercanda lalu mereka tertawa bersama, suasana tidak setegang tadi.

Setelah Ben sudah meluruskan urusannya dengan Nior dan Victoria, ia pun kembali ke mansionnya sendiri.

"Please jangan marah kelamaan ya Zoe. Aku akan memberikanmu waktu untuk memaafkanku" lirihnya sambil menyetir mobil.

.

Keesokan harinya, Ben kembali masuk ke perusahaannya yang selama 2 bulanan diambil alih oleh Xio, sang asisten, dan Henry, temannya sebagai General Manager.

"Selamat datang kembali, Bos" sapa Xio.

"Thank you, Xi! Bonus gajimu untuk 2 bulan ini sudah aku transfer" sahut Ben sambil menepuk pundak asistennya itu.

"Ah, terima kasih banyak bos! Anda terbaik! Dan selamat atas pernikahan anda!" ucap Xio dengan senang dan Ben tersenyum saja lalu ia duduk di kursinya.

"Bagaimana soal tender ke Roma 2 minggu lagi, produk kita udah siap kan?" tanya Ben.

"Aman, bos. Udah tinggal bawa aja ke Roma" jawab Xio.

"Kamu memang terbaik. Ada masalah selama aku pergi?" tanya Ben lagi.

"Tidak ada masalah besar, hanya masalah kecil seperti lampu mati sebentar membuat mesin produksi kita berhenti" jawab Xio.

"Oh iya, kamu sudah bilang waktu itu. Baiklah, kamu bisa kerjakan pekerjaanmu kembali" sahut Ben.

"Siap, bos" balas sang asisten lalu pergi ke ruangannya.

Ben langsung membuka komputer PC nya dan mengerjakan pekerjaan yg memanv tidak bisa digantikan oleh Xio atapun Henry.

.

Di perusahaan Caprio, saat ini Lio datang untuk memastikan sendiri bahwa tender Roma sudah siap.

"Berapa jumlah total pesanan dari pemerintahan Roma, Laz?" tanya Lio.

"ada 10.000 botol wine anggur merah dan 500 botol wine putih" jawab Laz.

Zoe yang berada disana terlihat melamun dan menjadi pendiam sesaat karena kenyataan yang ia dapat dari Ben maupun Nior. Dini hari tadi saja ketika Nior sudah kembali ke kamar, Zoe pura pura tidur dan tidak ingin memulai pembicaraan. Hingga Nior juga ikut diam saja dan tidur di sofa.

Lio melihat putrinya itu tidak fokus pekerjaan.

"Zoe, apakah kamu sudah menyiapkan ekspedisi pengirimannya?" tanya Lio dan Zoe masih melamun menatap jalan.

"Zoe" panggil Lio lagi dan tetap belum sadar kemudian sang kakak menyenggol lengan adiknya itu.

"Eh iya kak?" sahut Zoe gelagapan.

"Hmmm, ayah bertanya padamu" lirih Laz dan membuat Zoe menoleh pada sang ayah yang menatapnya tajam.

"Apa yang sedang kamu pikirkan? Saat ini kita harus sangat fokus mempersiapkan tender besar ini, tidak malah melamun, Zoe" ingat Lio.

"Iya yah. Maafkan aku, aku sedang tidak enak badan" ucap Zoe dengan wajahnya yang terlihat lebih pucat dari biasanya.

"Kalau sakit bilang, nggak perlu maksa masuk kalau gak bisa kerja" omel Lio malah membuat Zoe down.

"Sudah ayah. Zoe hanya masih lelah perjalanan jauh kemarin. Dia sangat fokus dengan tender ini. Semuanya dia siapkan dan ekspedisi yang ayah tanyakan tadi sudah disiapkannya" sahut Laz membela sang adik.

Zoe tertunduk sendu. Ayahnya benar benar tidak bisa melihat usahanya.

"Hmmm, yasudah. Ayah serahkan padamu Laz dan bantu Zoe untuk mengurus tender ini dengan baik" ucap Lio.

"Baik, ayah" sahut Laz dan Zoe hanya diam saja melihat ayahnya pergi menjauh.

"Ayo ikut kakak, ke ruangan. Ada yang perlu kakak tanyakan" ajak Laz sambil berjalan beriringan dengan Zoe.

Sesampainya di ruangan, Laz duduk di kursinya dan Zoe kursi dihadapannya.

"Apakah Nior sedang sakit? Tadi malam aku melihatnya ada dirumah sakit provinsi?" tanya Laz membuat Zoe langsung sadar dan menatap kakaknya tajam.

Zoe pasti sudah bisa menduga jika Nior bertemu dengan Victoria di rumah sakit. Ia mencoba memberikan alasan yang logis.

"Kakak nggak menyapanya?" tanya Zoe menganalisis keadaan yang diketahui Laz.

"Hmm, nggak sih karena samar samar dan dia sendirian" jawab Laz membuat Zoe baru bisa menjawab pertanyaan kakaknya itu.

"Oh iya, kemarin dia mengeluh pusing jadi aku suruh ke rumah sakit saja karena aku gak bisa merawatnya" bohong Zoe.

"Apa kamu belum mencintai dia, Zoe? Padahal udah 2 bulan kalian menikah?" tanya Laz kepo.

"Hmmm, apakah cinta bisa secepat itu kak? Aku.." jawab Zoe terpotong karena ragu mengungkapkan perasannya.

"Aku apa? Apakah kamu masih mencintai Ben?" tanya Laz langsung to the point.

Zoe diam saja dan menatap Laz dengan tatapan sendu dimana sang kakak sudah dapat melihat perasaan yang masih tertinggal disana.

Laz pun menghela nafa panjang.

"Aku tau cinta tak semudah itu hilang apalagi hubungan yang belum selesai. Tapi Zoe, ayah sangat marah dan mungkin akan melakukan sesuatu yang buruk jika melihat kalian bersama lagi. Kakak tidak tega jika kamu harus diasingkan kembali, jauh dari Firenze-Tuscany" jelas Laz dan Zoe hanya mendengarkannya saja dengan mata yang sedikit berkaca kaca.

Laz menjeda suaranya.

"Jika kamu mengerti keadaan keluarga kita dan tidak ingin Ben dihajar habis habisan sama ayah, sebaiknya kamu menghilangkan perasaan itu" lanjutnya dan Zoe pun tak kuasa menahan air matanya lagi.

"Aku mengerti, kak" jawab singkat Zoe sambil menghapus air matanya.

"Ya sudah, periksakan dirimu ke rumah sakit dan meminta obat jika memang kamu tidak enak badan. Jaga kesehatanmu, Zoe. 2 minggu lagi kamu akan bertugas di Roma" ucap Laz.

"Baiklah, Kak. Aku izin untuk keluar perusahaan kalau begitu" sahut Zoe lalu berdiri dan berjalan ke luar ruangan.

Baru saja ia masuk keruangannya, Zoe mendapatkan pesan dari nomor yang tidak ia simpan.

"Hai, Kak Zoe. Aku Victoria. Siang ini kita bisa bertemu?" isi pesan tersebut dan langsung Zoe membalasnya.

"Hello, Vic. Bisa, akuu akan menghampiri mu di rumah sakit jika kamu sedang bekerja".

"Aku sudah pulang, kemarin aku dinas malam. Mau ketemuan di rumah Kak Ben? Disana kita aman mengobrol tanpa takut diketahui banyak orang" balas Victoria.

Zoe pun menghela nafas panjang sebelum mengetik kembali.

"Baiklah, aku akan kesana sekarang".

"Oke, kak. Aku akan menunggumu" balas Victoria.

Lalu Zoe mengambil tasnya dan keluar ruangan.

Ia langsung menuju parkiran mobil dan mengendarainya menuju mansion Ben.

Namun Lio yang ternyata melihat putrinya itu keluar perusahaan sebelum jam istirahat langsung penasaran kemana Zoe pergi. Ia pun masuk ke mobil dengan driver dan mengikuti mobil Zoe.

Ditengah jalan, Zoe berhenti di lampu merah dan tidak sengaja melihat spion yang menampakkan mobil ayahnya.

"Astaga! Ayah! Hmmm, aku harus meminta bantuan Victoria untuk menjemputku di rumah sakit" lirihnya lalu menelepon nomor yang belum ia simpan itu.

"Halo, kak" sapa Victoria.

"Hai, Vic. Maaf, sepertinya aku membutuhkan bantuanmu. Ayahku mengikuti ku sekarang karena keluar di jam kerja. Apakah kamu bisa menjemputku di rumah sakit? Aku akan meletakkan mobilku disana. Ayahku pasti tidak curiga kalau aku ke rumah sakit karena pagi ini wajahku terlihat pucat.

"Oh iya kak, bisa. Nanti tunggu di ruang Dokter Victoria aja ya. Aku kesana sekarang" sahut Victoria.

"Terima kasih. Aku tunggu" ucap Zoe lalu panggilan berhenti.

Tak lama kemudian, Zoe berbelok di rumah sakit provinsi.

"Sepertinya Zoe memang sedang tidak enak badan" lirih Lio dalam mobil.

"Jon, lanjut perjalanan ke gudang wine Caprio, aku mau melihat stock baru" ucapnya kepada sang driver.

"Baik, Tuan" sahut Joni sambil melanjutkan laju mobil melewati rumah sakit.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!