Alya Revalina merupakan teman sekolah Rangga Setyawan semasa pendidikan SMA. Rangga selalu mengganggu Alya, Ia melakukan hal Itu sebab Rangga sangat menyukai Alya. Namun Alya yang bersikap datar membuat rangga merasa marah. pernah suatu hari, ketika mendekati kelulusan, Rangga memaksa Alya untuk datang ke rumahnya, Hal tidak terduga terjadi. Rangga memaksa Alya untuk melakukan hubungan intim namun Alya menolak. Meskipun Alya menolak, hal tersebut tetap terjadi. Hubungan terlarang itupun terjadi. Semenjak kejadian tersebut Alya pun hilang tanpa jejak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Samuel Christian Sitinjak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Dari Rangga
"Aku mau tanya sama kamu sekarang. Kenapa kamu sampai melakukan hal seperti itu? kamu seringkan menggunakanku sebagai alasan tidak masuk kerja? kamu bilang ke atasan kalau kamu ada kerja bareng aku," kata Rangga.
Tania semakin terpojok. Dia diam terpaku seperti patung. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kesalahannya sudah tidak dapat lagi disembunyikan.
"Aku tidak akan meminta jawaban kamu sekarang. Aku mau kamu memberikan penjelasan utuh kepadaku atas semua yang kamu perbuat diwaktu yang tepat namun secepatnya. Sebelum kamu memberi penjelasan tentang semua yang kamu lakukan ini, jangan temui aku dulu! aku juga tidak akan menemuimu. Aku harap kamu mengerti kenapa aku melakukan ini?," kata Rangga.
Tania menunduk dengan perasaan sedih.
Rangga berdiri dari kursinya dan berjalan meninggalkan ruangan tersebut tanpa memberikan sepatah katapun kepada Tania.
Rangga kembali ke ruangan pak Firman.
"Bagaimana pak? apa kata mbak Tania?," tanya pak Firman.
"Dia masih belum mau memberi jawaban yang jujur pak," jawab Rangga.
"Lalu bagaimana kejelasannya kalau begini pak?," tanya pak Firman.
"Seperti yang bapak dengar tadi sewaktu kita meeting, saya memberi dia waktu untuk menjelaskan penyebab kerugian yang kita alami," jawab Rangga.
"Baik pak," kata pak Firman.
"Sementara ini, saya serahkan semua keuangan perusahaan ini dalam kendali bapak. Masalah Tania, katakan kepadanya bahwa ia sementara dibebas tugaskan dari tanggung jawab sebagai manager keuangan. Ia hanya perlu fokus melakukan apa yang saya perintahkan tadi," kata Rangga.
"Baik pak, saya mengerti," kata pak Firman.
"Oh iya pak. Satu lagi tidak kalah pentingnya. Jangan sampai papah saya tahu masalah keuangan perusahaan ini," kata Rangga meminta.
"Saya pastikan pak Setyawan tidak akan tahu. Tapi pak, setahu saya pak Setyawan memiliki orang kepercayaan diperusahaan ini yang bersifat rahasia. Kita bahkan tidak tahu siapa dia," kata pak Firman.
"Bapak tahu darimana?," tanya Rangga.
"Semua informasi masalah perusahaan ini selalu dapat diketahui oleh pak Setyawan dengan cepat. Meskipun pak Setyawan telah mempercayakan perusahaan ini kepada pak Rangga, namun beliau juga tetap mengawasi kinerja perusahaan ini," jawab pak Firman.
"Baiklah pak, tidak apa-apa.. Yang penting bapak melakukan apa yang saya minta barusan," kata Rangga.
"Baik pak," kata pak Firman.
"Kalau begitu, saya pergi dulu. Jika ada apa-apa, bapak bisa segera menghubungi saya," kata Rangga.
"Baik pak," kata pak Firman.
Rangga melangkahkan kakinya menuju lobi yang dimana supir pribadinya sudah menunggu disana.
"Kita kemana sekarang den?," tanya pak Darto.
"Kita kembali saja pak ke kantor saya," kata Rangga.
Pak Darto pun menurut. Dia melajukan mobilnya dan meninggalkan perusahaan tempat Tania bekerja tersebut.
Tania memilih kembali ke ruang kerjanya. Ia benar-benar merasa ketakutan. Baru kali ini ia melihat Rangga marah. Selama dua tahun berpacaran dengan Rangga, ia selalu sabar menghadapi sikap Tania.
"Apa yang harus ku lakukan? apa aku akui saja semua kesalahanku pada Rangga? aku tidak mungkin jugakan membuat perincian dana perusahaan yang jelas-jelas dana tersebut larinya ke kantong pribadiku," gumam Tania.
Tania menyandarkan kepalanya keatas meja kerja. Ia merasa hari ini sungguh mengagetkan. Ia tidak menduga hal seperti ini akan terjadi.
Disisi lain, Alya yang juga bekerja dikantornya terlihat memikirkan sesuatu. Ia masih memikirkan kejadian tadi malam.
"Bagaimana jika aku mengirimkan makanan kepada bang Rangga? siapa tahu dia senang dan dapat mengurangi rasa marahnya kepadaku," gumam Alya.
Untung saja Alya mengetahui makanan yang disukai oleh Rangga. Ia mengetahui hal itu karena saat bersekolah dulu Rangga pernah bercerita mengenai makanan favoritnya. Ia memutuskan untuk memasak sendiri makanan untuk Rangga. Alya memerintahkan bagian dapur kantor untuk menyiapkan beberapa bahan masakan.
Setelah bahan masakan terkumpul. Alya mulai memasaknya. Tidak perlu waktu lama bagi Alya untuk memasak makanan itu. Makanan tersebut sudah selesai dimasak dan terkemas dengan rapi dalam sebuah wadah.
Alya kemudian memesan sebuah jasa ojek online untuk mengantarkan makanan itu ke kantor Rangga.
Rangga akhirnya sampai dikantornya. Ia langsung memasuki ruang kerjanya. Disana sudah ada pekerjaan yang menunggunya.
Saat hendak duduk, Rangga melihat sebuah wadah makanan yang berisikan makanan kesukaannya.
"Siapa yang meletakkan makanan ini disini?," gumam Rangga.
Rangga kemudian bertanya kepada Dinda, sekretarisnya.
"Siapa yang meletakkan makanan ini dimeja kerjamu Din?," tanya Rangga.
"Makanan itu dikirim oleh ibu Alya pak," jawab Dinda.
Alya? untuk apa dia mengirimi makanan ini untukku. Batin Rangga bertanya.
"Baiklah Din, aku mengerti. Kamu dapat kembali bekerja sekarang," kata Rangga.
Dinda meninggalkan ruang kerja Rangga.
"Jangan lupa makan siang bang! aku sengaja mengirim makanan itu untuk abang. Aku sendiri yang memasaknya," tulis Alya mengirim pesan.
Rangga yang membaca pesan Alya tersebut merasa tersentuh.
"Sebaiknya aku langsung santap saja makanan ini. Kelihatannya masih hangat," gumam Rangga.
Ia menikmati makanan itu dengan lahap.
"Enak sekali masakanmu Al," gumam Rangga.
"Mudah-mudahan saja bang Rangga mau makan masakanku," gumam Alya.
"Aku sudah menghabiskan makanan yang kamu beri Al," tulis Rangga mengirim pesan dengan menyematkan sebuah foto yang menunjukkan ia sedang memakan makanan yang Alya beri.
Alya yang mendapat pesan tersebut dari Rangga merasa senang.
"Bagaimana bang rasanya?," tulis Alya bertanya.
"Aku menghabiskan semua makanan itu. Apa kamu tidak masih bertanya bagaimana rasanya?," tulis Rangga bertanya balik.
"Ia bang. Terima kasih sudah menghabiskan makanannya," tulis Alya.
"Aku selalu menghargaimu Al. Kamu saja yang tidak menghargaiku," tulis Rangga.
Nampaknya bang Rangga masih marah. Batin Alya.
"Ia bang, aku minta maaf," tulis Alya.
"Minta maaf saja tidak cukup Al," tulis Rangga
"Jadi aku harus melakukan apa bang?," tulis Alya.
"Aku mau kamu menuruti permintaanku," tulis Rangga.
"Apa itu bang? Jangan yang aneh-aneh lho bang permintaannya," tulis Alya.
"Tidak. Aku mau kamu menghabiskan akhir pekan ini berlibur bersamaku divila pribadi milikku. Bagaimana?," tulis Rangga.
Menghabiskan waktu bersama berdua dengannya? divila lagi, yang jelas-jelas hanya kami berdua yang akan berada disana. Batin Alya kebingungan memikirkan permintaan Rangga.
"Kenapa kamu tidak membalas pesanku Al? kamu takut ya? kamu tidak perlu takut Al, aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk kepadamu seperti dulu. Aku akan menjagamu selama disana nanti. Aku hanya ingin menghabiskan waktu akhir pekan ini bersamamu," tulis Rangga.
Bagaimana ini? kalau aku menolaknya pasti bang Rangga akan semakin maraj kepadaku. Tapi kalau aku menurutinya aku masih merasa takut. Tidak Al, bang Rangga tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu. Dia bahkan rela melakukan apapun untuk mendapat maaf dariku atas perbuatannya dulu. Tidak mungkin ia akan mengulanginya lagi. Batin Alya.
takut khilaf aja Thor 🙏