Kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Amelia berhasil memikat hati seorang pria. Asmara yang menggelora mengantar Amelia pada titik keseriusan sang kekasih. Apakah hubungan mereka berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan? Apalagi setelah pria tersebut mengetahui jika Amelia ternyata seorang wanita panggilan.
Lantas, bagaimana Amelia melewati segala lika-liku kehidupannya? Apakah dia mampu meninggalkan dunia yang sudah membantunya mengobati luka di masa lalu atau justru semakin terjerumus di agensi yang menaunginya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Ratus Juta
Satu minggu telah berlalu begitu saja. Kondisi kesehatan fisik dan mental Amel pulih kembali. Dia tidak lagi mengonsumsi obat dari Psikiater dan mulai beraktivitas normal. Berangkat ke kedai kopi dan mengurus pendidikannya. Sampai saat ini dia belum mau menerima job dari Sari meski beberapa kali ada penawaran masuk.
"Kak Amel. Ada yang mencari kakak di depan," ucap salah satu pegawai Amel saat masuk ke dalam ruangannya.
"Siapa?" tanya Amel.
"Maaf saya kurang tahu. Yang mencari kakak seorang wanita," ucap pegawai Amel sebelum pergi dari ruangannya.
Amel segera beranjak dari kursi kerjanya karena penasaran dengan sosok yang mencarinya. Gadis cantik itu turun menapaki satu persatu anak tangga hingga sampai di lantai dasar. Amel terkejut setelah mengetahui siapa gerangan yang sedang menunggunya.
"Mami," gumam Amel saat kedua matanya beradu pandang dengan Sari.
Amel bergegas menghampiri Sari. Untung saja suasana di kedai kopinya cukup sepi. Amel mengajak Sari masuk ke ruang kerjanya. "Silahkan duduk, Mi," ucap Amel setelah mengunci ruangan. Dia mengajak Sari duduk di sofa panjang yang ada di sudut ruangan.
"Nyaman juga ruang kerjamu," ucap Sari setelah mengamati interior ruang kerja Amel.
"Iya, Mi. Ada hal penting apa sehingga Mami datang langsung ke sini?" tanya Amel tanpa basa-basi lagi. Dia sangat penasaran dengan Sari.
"Kebetulan tadi melewati jalan ini. Jadi, aku ingin mampir dan melihat usahamu langsung. Toh, selama ini aku tidak pernah datang ke sini," jawab Sari seraya menatap Amel penuh arti.
Amel merasa tidak nyaman setelah mendengar jawaban Sari. Dia takut Sari memiliki rencana lain untuk menjeratnya lebih kuat lagi dalam dunia hiburan itu. "Oh, begitu rupanya. Aku pikir ada hal yang penting," ucap Amel dengan diiringi senyum tipis.
"Ya, sebenarnya ada hal penting yang ingin aku bicarakan," ujar Sari seraya menyilangkan kakinya. "Kemarin ada yang meminta pelayananmu. Dia mengajukan harga yang cukup tinggi," jelas Sari.
"Lalu apa yang dia minta dengan memberikan harga tinggi?" tanya Amel.
"Dia ingin melakukannya bertiga bersama istrinya. Aku tahu ini permainan di luar kesepakatan kita. Tapi aku ingin kamu berpikir lagi. Dia berani membayarmu tiga ratus juta jika bersedia mengikuti permainannya. Dia meminta waktu 3 jam dan hotel urusan dia. Aku rasa tidak masalah jika bertiga dengan two women. Toh, kamu masih aman. Bagaimana?" Jelas Sari dengan serius.
"Tidak. Aku tidak mau meski dia berani membayar satu milyar sekalipun. Sebaiknya Mami lempar ke yang lain saja. Sesuai kesepakan awal, aku tidak mau melakukan pelayanan dengan cara seperti itu. Apalagi, sampai membawa istrinya dalam hal ini," tolak Amel dengan tegas.
"Prinsipmu itu tidak akan membuat kaya raya, Jo. Kamu sering menolak permintaan klien padahal mereka hanya ingin melakukan permainan sewajarnya. Ayolah, pikirkan sekali lagi. Jangan terlalu naif, Jo. Pekerjaan yang kamu jalani selama ini ya memang untuk memuaskan klien. Pikirkan sekali lagi," bujuk Sari dengan tutur kata yang halus.
"Maaf, Mi. Aku tidak bisa melakukan hal itu. Sebaiknya Mami menawarkan job ini ke yang lain. Mungkin Flora atau Naomi. Mereka juga memiliki kualitas yang baik 'kan?" Amel masih tetap pada keputusannya.
Sari membuang napas kasar setelah mendengar penolakan anak emasnya itu. Kedatangannya di sini tak membuahkan hasil apapun. "Baiklah. Kali ini kamu boleh menolaknya karena sesuai dengan kontrak kerja kita. Lain kali jangan menolak klien lagi. Kamu sudah melakukan hal ini berulang kali," ujar Sari sambil menatap Amel dengan lekat.
"Aku pergi dulu karena harus menemui seseorang," pamit Sari sebelum beranjak dari tempat duduknya.
Amel mengantar Sari sampai di luar kedai kopinya. Sepeninggalan Sari dari sana, Andra datang dengan membawa motor kesayangannya. Tentu hal ini membuat perasaan Amel tak karuan. "Untung saja dia datang di saat mami sudah pergi," batin Amel sambil menatap Andra yang masih ada di atas motor.
"Ngapain di luar?" tanya Andra setelah berdiri di hadapan Amel.
"Menyambutmu," jawab Amel dengan diiringi senyum tipis. "Ayo masuk," ajak Amel.
"Tidak," cegah Andra seraya meraih pergelangan tangan Amel. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Bersiaplah," ucap Andra.
"Aku sedang ada pekerjaan. Next time saja, ya," tolak Amel dengan diiringi senyum manis.
"Tidak bisa, Mel. Sekarang saja, ini sangat penting. Please." Andra memohon dengan ekspresi wajah yang terlihat menggemaskan di mata Amel.
Setelah berpikir beberapa saat, Amel segera masuk ke dalam kedai kopi untuk mengambil tas dan ponselnya. Tak lama setelah itu dia keluar dari dengan membawa jaket dan helm yang sengaja disediakan di sana.
"Kamu ini kebiasaan. Selalu dadakan kalau menjemputku," gerutu Amel setelah naik di atas motor.
"Tapi kamu suka 'kan?" ledek Andra dengan diiringi senyum tipis.
"Percaya diri sekali!" elak Amel sambil mencubit pinggang Andra.
Motor yang dikendarai Andra melaju kencang menuju tempat tujuan. Amel tak henti tersenyum selama dalam perjalanan. Dia bahagia bisa melakukan perjalanan seperti ini lagi bersama Andra meski di tengah cuaca panas. Setelah berkendara selama beberapa puluh menit, akhirnya motor yang dikendarai Andra berhenti di depan rumah. "Kok ke rumahmu? Katanya ada sesuatu yang penting?" Amel mengernyitkan keningnya saat turun dari motor.
"Sesuatu yang sangat penting ada di dalam. Ayo," ajak Andra sambil menggandeng tangan Amel.
...🌹TBC🌹...
Ada yang bisa menebak gak? Kira-kira ada apa di dalam?
Takutnya kliennya ternyata bapaknya Andra atau malah Andra sendiri
Bonyok
Pasti mereka bakal suka rela membantu Amel buat kasih pelajaran..
Semoga Andra bisa membuat Amel terus bahagia dan berharga..
Amel untungnya punya prinsip kuat..
Kyk sudah rahasia umum kalau sudah berhubungan dengan bapak atau tiri..walau pun ada yg baik juga