Istri Berbahaya Tuan Muda

Di dalam mobil yang melaju ke lokasi syuting.

"Jadi kau perempuan yang dijodohkan denganku?" Tanya Granger menatap perempuan yang duduk bersamanya di dalam mobil.

"Hm,, hari ini kau akan pergi ke lokasi syuting kan? Aku akan ikut denganmu," ucap Jessi sambil tersenyum.

"Terserah padamu, tapi aku tidak pernah berniat dijodohkan, Jadi jangan terlalu berharap," kata Granger mengingatkan perempuan di sampingnya.

Jessie menatap Granger sambil tersenyum, "ya, aku akan menjadi wanita paling bodoh di dunia Kalau masih menaruh harapan pada laki-laki," ucap Jessi.

"Lalu untuk apa kau mengikutiku?" Tanya Granger yang bisa menduga kalau perempuan di sampingnya ini tidak berniat untuk dijodohkan dengannya.

Tetapi Jessi pasti memiliki sebuah tujuan yang memerlukannya untuk mencapai tujuan tersebut sehingga menyetujui perjodohan yang ditentukan oleh kedua orang tua mereka.

"Entahlah, Aku juga belum mengetahuinya," ucap Jessi dalam hati sambil menatap ke arah lokasi syuting tempat mobil mereka tiba.

Dua orang itu pun langsung turun dari mobil dan Jessi membiarkan Granger memasuki lokasi syuting terlebih dahulu, sementara dia berdiri dari kejauhan menatap Reta yang sedang berbincang dengan asistennya.

'Aku tidak akan membiarkan keluarga kalian hidup dengan tenang, bahkan Adrian dan perempuan bernama Diana itu, Jangan harap ada ketenangan untuk mereka! Aku rela mengorbankan nyawaku yang penting kalian hidup menderita!' ucap Jessi dalam hati sebelum melangkah mengikuti Granger dan langsung duduk di samping Granger tanpa memperdulikan sekitarnya.

Dia menyadari bahwa Diana menatap ke arahnya, tapi dia mengabaikan hal tersebut dan berpura-pura berbincang dengan Granger.

"Peran Apa yang kau mainkan di film ini?" Tanya Jessi pada Granger.

"Bisakah kau diam? Aku membiarkan mu ikut bukan berarti kau boleh ribut dan mengganggu ku!" Tegas Granger yang tidak dikenal dengan perempuan di sampingnya yang berbicara padanya.

Jessi tersenyum kecut, "baiklah," gerutu Jessi yang merasa kesal pada pria di sampingnya.

Maka kedua orang itu tidak berinteraksi sama sekali sampai akhirnya asisten sutradara menghampiri mereka.

"Kita akan memulainya dengan adegan nomor 29, tolong bersiap dalam 5 menit," ucap asisten sutradara dijawab anggukan Granger sehingga Granger mengambil naskahnya dan melihat adegan nomor 29.

Itu adalah sebuah adegan antara pemeran utama pria dengan pemeran wanita kedua yang memiliki adegan emosional.

"Kenapa kita membukanya dengan adegan ini?" Ucap Granger merasa heran.

Manajer Granger yang ada di sana langsung melihat adegan nomor 29, "oh, adegan dengan pameran utama wanita belum bisa dilakukan, karena pameran utama baru akan bergabung dengan kita besok sore. Tapi karena harus mengejar jadwal tayang maka hari ini akan shooting adegan-adegan yang tidak melibatkan pemeran utama wanita terlebih dahulu," ucap sang manajer.

"Lalu siapa yang menggantikan Kristin? Bukankah dia mengalami kecelakaan?" Tanya Granger pada manajernya.

"Perempuan yang ada di sana," ucap sang manajer sambil menunjuk Diana yang duduk sambil membaca naskah.

Jessi juga mengikuti arah tunjukkan manajer tersebut dan terkejut mengetahui Diana akan berpartisipasi dalam film tersebut.

'Diana si sialan itu seorang aktris? Atau ini adalah pertama kalinya dia akan bermain peran?' ucap Jessi dalam hati, ia merasa bingung, dia berbalik menatap Reta yang sedang duduk melihat lokasi syuting.

'Tante Reta adalah orang yang sangat selektif dalam memilih pemeran untuk film yang ia sutradarai, Jadi tidak mungkin dia memilih orang sembarangan untuk mengacaukan filmnya. Apa dia memilih Diana karena perempuan itu adalah menantunya? Hubungan mereka sudah sedekat itu?' ucap Jessi dalam hati yang tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Sementara Granger yang menatap Diana, pria itu terdiam memandangi perempuan cantik di hadapan mereka.

Perempuan dengan kulit putih dan rambut hitam panjang yang dibiarkan tergerai ditiup angin alami tampak sangat cantik seperti Dewi yang sedang berteduh di bawah rindangnya pohon.

"Jaga tatapanmu! Dia itu sudah menikah," ucap sang manajer yang bisa melihat bagaimana Granger sangat terpikat akan kecantikan Diana.

Ucapan sang Manager membuat Jessi langsung menatap Granger dengan rasa tak percayanya, 'apa pria ini juga akan tertarik pada Diana sialan itu?' ucap jessi dalam hati yang tak percaya bahwa Granger yang sama sekali tidak bereaksi saat bertemu dengannya malah tampak sangat terpikat saat baru pertama kali melihat Diana.

Apakah Diana lebih cantik darinya? Tidak mungkin!

"Hm,," Granger berdehem, "apa yang kau bicarakan? Aku hanya merasa kalau perempuan itu tampaknya tidak bisa berakting," ucap Granger.

"Jelas tatapanmu tidak berkata seperti itu! Kau sudah dijodohkan dengan Jessi, Pak Rama akan membunuhku kalau aku membiarkanmu melirik perempuan lain!" Tegas sang Manager sebelum menatap Jessi dengan sedikit rasa bersalah, "maafkan dia. Dia memang biasa bersikap seperti itu untuk menilai lawan mainnya di film," ucap Sang manager.

Jessi menahan senyumnya, 'Aku tidak suka dengan ini! Tapi aku yakin perempuan bodoh itu hanya berpura-pura jago akting. Padahal dia tidak tahu kalau sebenarnya Reta memiliki penilaian yang sangat tinggi untuk mempekerjakan seorang aktris maupun aktor dalam filmnya. Ayo kita lihat Dia mempermalukan dirinya sendiri, dan tentunya aku harus mengabadikannya,' ucap Jessi dalam hati sambil mengeluarkan ponselnya untuk merekam kejadian memalukan yang akan segera menimpa Diana.

Saat Jessi menunggu untuk melihat Diana dipermalukan, saat itu juga dia terkejut saat Diana tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Halo," ucap Diana sambil menatap Granger.

Granger ikut menatap Diana dengan sebelah alisnya terangkat, dia memperhatikan dengan jelas perempuan di hadapannya, sungguh cantik.

"Sebentar lagi adegan kita, aku ingin berkenalan dengan senior terlebih dahulu. Namaku Diana, senang bertemu denganmu dan mohon bimbingannya," ucap Diana dengan sopan.

Granger mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, "aku Granger," ucap Granger.

Diana menyambut uluran tangan Granger, "mohon bimbingannya senior," kata Diana.

"Aku tidak akan sungkan untuk memberitahumu jika ada sesuatu yang perlu diperbaiki ya. Ah,, adegan kita adalah adegan nomor 29, Apakah kau mau menanyakan sesuatu mengenai adegan itu?" Tanya Granger membuat Jessi keheranan.

'Saat aku yang baru pertama kali bertemu dengannya, dia bersikap sangat judes dan membuat dinding yang sangat tinggi untuk membatasi hubungan kami berdua, namun dia baru pertama kali bertemu dengan Diana dan,,,, Bagaimana bisa ekspresinya seperti ini? Memangnya apa yang salah denganku sampai aku diperlakukan berbeda?' gerutu Jessi dalam Hati.

Diana bisa melihat kekesalan Jessi yang ditahan, hingga perempuan itu menjadi semakin senang. Ia langsung duduk di salah satu kursi di sana dan memperlihatkan naskahnya pada Granger.

"Di sini ada adegan berpegangan tangan, tapi sebelum berpegangan tangan kita akan mengobrol sedikit terlebih dahulu. Apakah setelah aku berbicara nanti aku langsung memegang tanganmu atau masih menunggu beberapa saat sebelum berpegangan tangan?" Tanya Diana.

"Hm,,," Granger memperhatikan naskah yang ada di sana, "aku rasa akan lebih bagus kalau langsung memegang tanganku. Tapi kita harus menanyakannya pada sutradara terlebih dahulu," ucap Granger sambil berdiri.

Diana mengangguk dengan pelan dan mengikuti Granger ke arah Reta untuk bertanya mengenai adegan nomor 29.

Saat tiba di depan Reta, Granger dengan cepat berkata, "sutradara, Kami ingin menanyakan adegan nomor 29 nya."

Reta menatap dua orang di hadapannya, dan entah kenapa dia sedikit gelisah melihat kedekatan mereka berdua.

"Bagian mananya?" Tanya Reta.

Diana Langsung menjelaskan bagian yang ingin mereka tanyakan dan mereka pun dengan cepat menjelaskan kembali bagaimana mereka harus bertindak dalam adegan tersebut.

"Kalau begitu semuanya sudah beres, syutingnya sudah bisa dimulai, iya kan Diana?" Tanya Granger pada Diana.

"Iya," jawab Diana sambil menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu aku harus memperbaiki rambutku sedikit," ucap Granger langsung berjalan pergi dari sana meninggalkan Diana dan Reta.

Melihat kepergian pria itu, Reta dengan cepat merangkul Diana sambil berkata, "jangan terlalu dekat dengannya."

"Eh?" Diana terkejut, "baik Bu," ucap Diana.

Reta mengangguk puas melihat kepatuhan Diana, 'haruskah besok aku membawa Putraku ke sini untuk memperlihatkan pada pria itu kalau Putraku dan Diana juga sangat mesra? Granger tidak pernah mau berdekatan dengan perempuan manapun selama aku bekerja sama dengannya, tapi secara tiba-tiba Dia sangat dekat dengan Diana yang baru pertama kali ditemui. Jangan-jangan dia tertarik?' gerutu Reta dalam hati.