Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanggung Jawab
Pagi menjelang, menyambut hari dengan cahaya mentari yang mulai bersinar dari ufuk timur, embun dari dedaunan pohon berjatuhan kembali ke tanah, suara kicauan burung diantaranya rimbunnya pohon durian benar-benar memberikan suasana pagi yang berbeda untuk dua sahabatnya karena biasa hanya mendengar suara klakson kendaraan
"Kalian tunggu disini, biasa ada motor lewat kalau pagi gini" ucap Kakek Zainal diangguki mereka
"Kita nggak ada kelas hari ini kan?" tanya Aqila pada Renata disebelahnya
"Nggak ada" Renata merentangkan tangannya kemudian menutup mulutnya yang menguap akibat mengantuk karena terus diganggu nyamuk semalaman
Brummm
Suara motor dari jalan ujung jalan, membuat mereka bertiga termasuk Kakek Zainal, melambaikan tangan ke tepi jalan, seperti orang yang memanggil angkutan umum
Pengendara motor itu berhenti dan membuka helmnya
"Kak Regan?"
"Aqila" Regan sama terkejutnya, karena ia dengar dari Naufal tadi malam minta tolong kepada gengnya juga untuk mencari keberadaan gadis itu
"Kenapa kalian bisa ada disini?" Aqila menceritakan kejadian yang mereka alami tadi sore
"Jadi kita minta tolong Kak Regan"
"Ayo keluarin motor lo gue tuntun sampai pom bensin, Aqila lo duduk dibelakang gue" Kedua sahabat itu mengangguk dan tak lupa pamitan kepada pasangan paruh baya itu yang telah memberikan mereka pengalaman yang tak akan terlupakan
"Hati-hati dijalan" mereka mengangguk dan mulai berjalan meninggalkan rumah kayu itu
"Semua keluarga panik nyariin lo tadi malam" Regan membuka pembicaraan setelah mengantar Renata sampai pom bensin terdekat
"Iyakah? Disana soalnya nggak ada sinyal"
"Bahkan Naufal sampai minta tolong gue buat ngerahin anak kobra nyari lo" Regan tanpa sadar menyebut nama gengnya yang menjadi musuh bebuyutan Naufal dulu
"Anak kobra?" Aqila mengernyitkan dahi bingung, Regan mendadak bungkam mengutuki mulutnya yang salah bicara
"Cuma nama circle kita aja" jawab Regan namun tak sepenuhnya dipercaya Aqila
"Itu Naufal" Aqila menunjuk Naufal di depan sana yang terduduk diatas motornya, ia memukul pundak Regan meminta berhenti
"Aqila" Naufal melebarkan mata terkejut, terlebih melihat Regan yang mengantar dirinya
"Lo nemuin dimana?"
"Di dekat jembatan durian"
"Kok bisa?" kini Naufal mengalihkan pertanyaan itu pada Aqila
"Entah, tiba-tiba sudah sampai sana"
"Kamu yakin nggak dibawa hantu kan?" Tanya Regan serius
"Sembarangan, Renata dong hantunya" balas Aqila sambil tertawa kecil
"Semua orang panik tadi malam, aku sampai nggak bisa tidur" terdengar jelas nada khawatir dari suara Naufal
"Aku mau nanya kalian berdua harus jawab jujur" bukannya menanggapi pernyataan Naufal, Aqila malah balik ingin bertanya pada dua laki-laki didepannya yang menurutnya menyimpan rahasia besar
"Kalian berdua siapa?" Naufal dan Regan saling pandang sejenak kemudian berucap "Kami manusia"
"Maksudku kalian berdua ada hubungan apa? Kenapa tiba-tiba saling kenal gini?"
"Kami cuma temen biasa"
"Ketemu dimana?"
"Jalan"
"Pesantren"
Dua orang itu jelas mengucapkan kata yang berbeda saat diintrogasi
"Tuhkan kalian bohong"
"Kita ketemu dipesantren"
Belum sempat Aqila melanjutkan introgasinya, mobil hitam mewah berhenti di jalan sebelah kiri mereka, saat pengemudi mobil membuka jendela, mereka sontak terkejut
"Kak Rian"
"Aqila"
"Kenapa kamu sama mereka?" Rian turun dari mobilnya dan menghampiri adiknya yang bersama dua laki-laki yang cukup dikenalnya itu
"Itu tadi nggak sengaja ketemu" jawab Aqila menunduk
"Kamu bohong"
BUGH
Tanpa aba-aba Rian langsung melayangkan tinjunya kearah Naufal hingga membuat pemuda itu tersungkur
"KAK RIAN" Aqila berteriak karena syok
"APA MAKSUD LO KAYAK GINI?" Naufal yang tak terima langsung berdiri dan hendak menghajar balik Rian, namun tangannya dipegang oleh Regan
"Semalem gue telpon lo bilang nggak tau adik gue dimana? Sekarang lo sama dia? Ini yang disebut nggak tau?" Rian mengarahkan jari telunjuknya didepan wajah Naufal dengan nafas memburu
"Kamu juga!, dimana harga diri kamu sebagai perempuan, seharusnya kamu tau batasan saat bersama dia" kini telunjuk Rian mengarah kepada Aqila yang terduduk tak menyangka mendengar ucapan kakaknya
PLAKKK
Regan melayangkan tamparan keras ke pipi Rian, ia tak pernah menyangka sahabatnya dulu mengatakan hal sekejam itu pada adiknya sendiri
"Lo tuh keluarga Aqila bukan sih? Lo tuh ngenal adik lo atau enggak sih? Lo tuh punya hati atau nggak sampai ngomong kayak gitu ke Aqila?!" Nafas Regan mulai memburu setelah mengeluarkan emosinya
"Baikllah" Naufal berdiri dengan memegang perutnya yang terlihat sakit
"Besok malam, buka pintu rumah lo selebar-lebarnya, gue bawa wali gue ngelamar Aqila, biar gue gantiin tanggung jawab kalian jaga dia" sambungnya hingga membuat mereka yang ada disana terdiam, berunungnya kondisi jalan raya cukup sepi hingga pertikaian mereka tidak menjadi sorotan
"Jangan nangis lagi" Naufal berjongkok di depan Aqila, memberikan semangat pada gadis itu
"Regan tolong anterin Aqila pulang, gue mau ngasih tau abi ummi"
"Naufal lo..." Naufal menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Regan tentang keputusannya yang dianggap mendadak
Regan akhirnya mengangguk dan menuntun Aqila menaiki motornya, meninggalkan Rian yang terdiam disana begitu saja
Regan merasa kasihan melihat Aqila yang sudah dianggapnya adik sendiri, bagaimana bisa Rian dengan tega menuduh adiknya seperti itu? Dimana hatinya sebagai seorang kakak?
"Kita sudah sampai" Regan memberhentikan motornya di depan gerbang rumah Aqila yang terbuka
"Jangan nangis lagi" Regan mengusap kepala Aqila yang tertutup hijabnya
"Kenapa Aqila selalu diperlakuin berbeda kak? Aqila juga keluarga mereka kan?" Hati Regan sedikit sakit mendengarnya, gadis yang tumbuh bersamanya sejak kecil berhasil menipu orang dengan senyuman untuk menyembunyikan luka
"Jangan tumbang hanya karena angin jika sebelumnya kamu pernah melewati badai" Regan menjeda sejenak kalimatnya
"Jangan pedulikan apa yang dia katakan, semua orang punya mulut untuk berbicara, tapi kadang mereka tak tau kalau mulut mereka bisa meninggalkan bekas dihati orang lain yang bisa memberatkannya kelak di hari hisab"
"Ayo Kak Regan anter" Aqila hanya menuruti saat Regan beejalan terlebih dahulu di depan
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam" Senua orang di ruang tamu sontak menoleh kearah suara dari pintu
"Aqila" Kirana langsung berdiri memeluk erat sepupunya
"Aqila kamu dari mana aja? Kami khawatir semalaman cari kamu" Mama intan memeluk anaknya erat
"Kamu lupa lagi? Sakit kepala kamu datang lagi? Kamu mimisan? Kamu lemas nggak? " Davin menyerbu Aqila dengan berbagai pertanyaan dan Aqila hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban, ia bersyukur tak merasakan itu saat berada di luar kemarin atau ia hanya akan menjadi beban untuk orang lain
"Syukurlah kakak khawatir sama kamu"
"Yang lain kemana?" Regan bertanya saat melihat hanya beberapa orang disini, terlebih ia mencari Papa Arya untuk menyampaikan niat Naufal melamar putrinya