Merebut Kembali Suamiku

Jika bukan karena Jihan, Lea sudah pasti akan mengusir Arya dan tak membiarkan pria itu bertemu dengan anak-anak. Namun, Lea mencoba sedikit menyingkirkan egonya demi kebahagiaan Jihan.

Apalagi ia tahu, Jihan juga pasti sangat merindukan sang Ayah.

Sementara Darrel?

Jangan tanya, bocah cilik itu bahkan enggan menatap wajah ayahnya. Darrel masih terlihat sangat marah dan kecewa.

"Apa Papa nanti malam akan menginap di sini?" tanya Jihan yang masih bergelanyut manja di gendongan sang Ayah. "Jihan kangen Papa, pengen tidur sama Papa," imbuh nya dengan wajah yang cemberut/

Arya langsung melirik Lea, berharap istrinya itu memberi izin. Namun, Lea hanya melemparkan tatapan penuh kebencian nya.

"Oh ya, apa kalian mau jalan-jalan?" tanya Arya dengan suara yang dibuat ceria. "Darrel kata nya mau jalan-jalan, mau ke mana, Sayang? Hari ini Papa nggak ada pekerjaan. Papa free seharian." Lanjut Arya dengan semangat, berharap Darrel menyambut niat baik nya yang ingin mengajak mereka jalan-jalan.

"Telat," sarkas Darrel dengan tajam. "Sekarang aku lebih betah di rumah, jagain Mama sama Jihan."

Arya hanya meneguk ludah mendengar pernyataan Darrel yang sangat menusuk hati nya itu.

Ponsel Arya yang ada di atas meja tiba-tiba berdering, tertera nama Chelsea di sana dan Lea juga Darrel melihat itu. Kedua orang itu tampak semakin kecewa, sementara Arya hendak mengambil ponsel nya dengan panik. Namun, Lea mendahului nya.

Bahkan, wanita itu menjawab panggilan Chelsea dan mengaktifkan loudspeaker.

"Halo, Mas Arya?" terdengar suara centil Chealse dari seberang telfon yang membuat Lea langsung tersenyum sinis, sementara Darrel justru langsung menatap tajam sang Ayah. Bahkan, mata Darrel sudah berkaca-kaca dan memerah.

"Halo, Tante Chill!" Yang menjawab justru Jihan, sementara Arya hanya bisa menatap Lea dengan sendu.

Tak ada jawaban, Lea tahu Chealse pasti shock karena mendengar suara Jihan.

"Tante Chil apa kabar?" tanya Jihan lagi, gadis cilik itu bahkan tersenyum lebar tanpa tahu bahwa Tante Chill yang dia sayang itu sudah merusak keluarga nya.

"Ba-baik, Sayang," jawab Chelsea gelagapan.

Arya menyambar ponsel nya dari tangan Lea dan langsung mematikan ponsel nya.

"Papa jahat sekali," desis Darrel dengan mata yang semakin berkaca-kaca, air mata sudah berkumpul di pelupuk mata nya.

"Darrel, ke kamar gih," pinta Lea. "Bawa adikmu!"

"Tunggu, Darrel!" seru Arya saat Darrel menarik tangan Jihan.

"Aku pikir Papa adalah Papa hebat karena bisa menjaga aku, Mama dan Jihan. Tapi aku salah, aku kecewa sama Papa."

"Kecewa kenapa, Kakak?" tanya Jihan dengan tatapan yang sangat polos.

"Bukan apa-apa, Sayang," jawab Lea dengan cepat. "Main ke kamar gih, nanti Mama nyusul."

"Terus Papa? Papa akan di sini, kan?"

Lea tak sanggup menjawab, ia hanya bisa memberi isyarat pada Darrel agar segera membawa sang adik pergi.

"Ternyata kalian memang serius," ucap Lea dingin setelah Darrel dan Jihan masuk ke kamar. "Kalau begitu, aku akan meminta Carol mengurus perceraian kita secepatnya, dan aku yakin cuma butuh waktu sebentar karena aku nggak akan menuntut apapun dari kamu."

"Apa sudah seyakin itu kamu, Lea?" tanya Arya. " Bagaimana dengan anak-anak? Sosok orang tua mereka nggak akan sempurna kalau kita bercerai."

"Sosok orang tua yang sempurna itu seperti apa?" sinis Lea. "Yang seperti kamu, hem?"

DEG

Lagi-lagi Arya dibungkam dengan telak oleh Lea.

"Yang selingkuh dengan sahabat pasangannya?" sindir Lea. "Atau yang berbohong pada anak-anak nya dengan alasan sibuk lembur padahal bersenang-senang dengan selingkuhan?"

"Aku sudah berjanji akan memperbaiki semua nya," tegas Arya. "Aku mohon, kasih aku kesempatan." Arya mengiba, bahkan ia langsung bersimpuh di depan Lea. "Aku mohon, Lea."

"Kesempatan yang bagaimana? Apa dengan meninggalkan Chelsea?"

...🦋...

"Terus apa?" bentak Chelsea pada Arya. "Kamu mau buang aku gitu aja sekarang? Ke mana janji kamu yang dulu, Mas Arya?"

Arya tidak tahu harus melakukan apa untuk mempertahankan apa yang ia miliki, Lea memberinya pilihan untuk meninggalkan Chelsea atau kehilangan anak-anak. Jadi, Arya memberi tahu hal itu pada Chelsea, dan wanita itu langsung marah karena takut dibuang oleh Arya.

"Aku nggak bermaksud mau membuang kamu, Chelsea, tapi aku juga nggak mau kehilangan anak-anakku."

"Nggak mau kehilangan anak-anak atau kehilangan Lea?" sanggah Chelsea dengan air mata yang kembali tumpah, ia langsung beranjak dari kursinya, kemudian bersimpuh di depan suami sahabatnya itu.

"Aku juga nggak mau keluarga kamu hancur, Mas, tapi aku mohon jangan tinggalin aku."

"Chealse ...." Arya menarik Chelsea kemudian menarik wanita itu, ia merasa tak tega melihat Chelsea yang sedih dan ketakutan seperti itu.

"Aku mohon, Mas, jangan singkirkan aku," lirih Chelsea di pelukan Arya. "Aku tulus mencintai kamu."

Arya sungguh tak bisa berkata-kata sekarang, ia hanya bisa memeluk sang kekasih gelap dengan lembut.

...🦋...

Keesokan hari nya, Lea mencoba menjalani hari dengan perasaan yang lebih baik. Apalagi ia masih punya Darrel dan Jihan yang kini menjadi arah dan tujuan dalam hidupnya.

Ia juga teringat dengan apa yang Carol katakan, hidupnya tidak akan hancur hanya karena pengkhianatan Chelsea dan Arya.

Seperti biasa, ia mengantar Darrel ke sekolah dan kali ini ia terpaksa harus membawa Jihan karena tidak ada yang menjaganya.

"Hati-hati ya, Sayang, belajar yang benar!" seru Lea.

"Iya, Mama," jawab Darrel sambil tersenyum lebar.

"Setelah ini kita ke pasar ya, Sayang," ucap Lea pada Jihan.

"Mau beli ikan, Mama?" tanya Jihan sembari memainkan bonekanya.

"Iya," jawab Lea.

"Asyik, Jihan suka ikan!" seru Jihan girang, membuat Lea juga tertawa kecil.

Saat berhenti di lampu merah, Lea memeriksa ponselnya berharap Carol segera membalas pesan yang ia kirim tadi. Namun, kening Lea berkerut dalam karena pesan yang datang justru dari Chelsea.

Lea membuka pesan itu dan seketika ia tersenyum sinis. "Masih berani mengajak ketemuan wanita murahan itu," geram Lea. "Mau minta maaf atau justru membela diri?"