— END 30 BAB —
Endalast Ganfera duduk di depan cermin besar di kamarnya, memandangi bayangannya sendiri. Usianya baru menginjak 15 tahun, tetapi di balik mata dan rambut merahnya, ada kedewasaan yang tumbuh terlalu cepat. Malam ini adalah ulang tahunnya, dan istana penuh dengan sorak-sorai perayaan.
Endalast tersenyum, tetapi matanya masih mengamati kerumunan. Di sudut ruangan, dia melihat pamannya, Lurian. Ada sesuatu dalam sikap dan tatapan Lurian yang membuat Endalast tidak nyaman. Lurian selalu tampak ambisius, dan ada desas-desus tentang ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan Thalion.
Lurian berpaling dan berbicara dengan bangsawan lain, meninggalkan Endalast dengan perasaan tidak enak. Dia mencoba menikmati perayaan, tetapi kecemasan terus mengganggunya. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari luar, oh tidak apa yang akan terjadi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabilla Apriditha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15: Sistem Keamanan Baru
.......
.......
.......
...——————————...
Endalast merasa terkejut dan sedikit bersalah mendengar cerita dari prajurit bernama Van. Dia duduk di ruang peraduannya, memikirkan kata-kata yang baru saja didengarnya. Kesejahteraan rakyatnya telah meningkat, tetapi prajurit-prajuritnya, penjaga perbatasan yang setia, semakin terbebani dengan tugas-tugas mereka. Kehidupan pribadi mereka terkadang terkorbankan demi menjaga kerajaan.
Van, prajurit yang telah memberikan laporan itu, adalah salah satu contoh dari banyak prajurit yang rela mengorbankan waktu bersama keluarga demi tugas negara. Namun, kali ini, Van harus menanggung kehilangan yang begitu mendalam: istrinya, yang telah lama berjuang melawan penyakitnya, akhirnya meninggal dunia tanpa kehadiran Van di sisinya.
Endalast menghela nafas dalam-dalam. "Kenapa tidak meminta izin padaku, Van?"
Van menundukkan pandangannya, lalu dengan tegas menjawab, "Waktu itu, ketika saya hendak meminta izin, saya mendengar Anda berbicara dengan penasihat Anda. Anda menyampaikan kebutuhan untuk memperketat penjagaan perbatasan, menambah pasukan tambahan untuk patroli."
"Saya takut bahwa jika saya meminta izin untuk pergi, ini akan memberikan beban tambahan pada Anda, yang sudah begitu banyak memikirkan keamanan kerajaan."
Endalast mengangguk, memahami alasan Van. "Saya menghargai keberanian dan dedikasi Anda, Van. Namun, saya tidak ingin prajurit-prajurit saya merasa terkekang oleh tugas mereka. Mereka adalah tulang punggung kerajaan kita, dan saya ingin mereka juga memiliki waktu untuk keluarga mereka."
Van menatap Endalast dengan pandangan penuh penghargaan. "Terima kasih, Yang Mulia. Saya dan rekan-rekan prajurit lainnya sangat menghargai perhatian Anda terhadap kesejahteraan kami."
Setelah mendengar cerita Van, Endalast merasa perlu untuk mengubah beberapa kebijakan di kerajaannya. Dia memanggil penasihat militer dan pejabat kerajaan lainnya untuk berunding.
"Saya ingin memperkenalkan sistem rotasi mingguan bagi pasukan di perbatasan," ucap Endalast, memulai diskusi mereka. "Ini akan memungkinkan prajurit-prajurit kita untuk lebih sering kembali ke rumah mereka. Mereka telah berkorban begitu banyak untuk kerajaan ini, dan saya merasa penting untuk memberikan mereka kesempatan untuk menjaga semangat dan kinerja mereka tetap tinggi."
Penasihat militer, seorang yang berpengalaman dalam strategi perang, mengangguk setuju. "Ini adalah langkah yang bijaksana, Yang Mulia. Prajurit yang merasa terhubung dengan keluarga mereka cenderung memiliki kinerja yang lebih baik di medan perang. Dengan sistem rotasi ini, kita dapat memastikan keamanan perbatasan tetap terjaga tanpa mengorbankan kesejahteraan prajurit kita."
Diskusi berlanjut dengan rinci, membahas bagaimana sistem rotasi akan diimplementasikan. Mereka harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti jumlah pasukan, wilayah perbatasan yang harus dijaga, dan peran masing-masing prajurit.
Setelah pertemuan itu selesai, Endalast merasa lega bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat. Dia ingin kerajaannya tidak hanya aman dari ancaman luar, tetapi juga menjadi tempat di mana setiap warga dan prajurit merasa dihargai dan dilindungi.
Beberapa minggu kemudian, sistem rotasi mingguan mulai diimplementasikan di seluruh perbatasan kerajaan. Prajurit-prajurit merasakan perubahan yang signifikan dalam rutinitas mereka.
Mereka tidak lagi harus berpisah lama dari keluarga mereka, dapat menghabiskan waktu lebih banyak bersama anak-anak dan pasangan mereka.
Salah satu prajurit, bernama Elara, merasa terharu dengan keputusan Endalast. Dia duduk di teras rumahnya, sambil memeluk anaknya yang masih kecil. "Ayah akan ada di sini setiap minggu, Nak," ucapnya dengan senyum hangat. "Kami tidak perlu lagi menunggu berbulan-bulan untuk bertemu."
Anaknya mengangguk kecil, matanya bersinar bahagia. "Saya senang, Ayah!"
Elara merasa semangat dan kinerjanya meningkat sejak diperkenankan untuk lebih sering berada di rumah. Dia merasa lebih terhubung dengan keluarganya, dan hal ini memberikan kekuatan tambahan saat dia kembali ke perbatasan untuk menjaga kerajaan mereka.
Sementara itu, Endalast juga merasa puas dengan keputusannya. Dia sering mengunjungi berbagai pos perbatasan, berbicara dengan prajurit-prajurit dan keluarga mereka. Dia ingin memastikan bahwa sistem rotasi ini tidak hanya menjadi kebijakan formal, tetapi juga menjadi budaya yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari kerajaan.
Pada salah satu kunjungan ke perbatasan timur, Endalast bertemu dengan seorang prajurit muda yang sedang bertugas. Prajurit itu, bernama Kael, baru saja menikah beberapa bulan yang lalu.
"Bagaimana perasaanmu tentang sistem rotasi ini, Kael?" tanya Endalast, sambil duduk di samping api unggun di malam hari.
Kael tersenyum, meskipun sedikit lelah. "Ini adalah anugerah bagi kami, Yang Mulia. Saya bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama istri saya, tanpa khawatir harus bertugas terlalu lama di perbatasan. Saya merasa lebih kuat dan lebih siap setiap kali harus kembali ke sini."
Endalast mengangguk mengerti. "Saya senang mendengarnya, Kael. Keluarga adalah hal yang paling berharga, dan saya percaya bahwa prajurit yang memiliki dukungan dari keluarga mereka akan menjadi lebih tangguh dalam menjalankan tugas mereka."
Mereka duduk berdampingan untuk beberapa saat, menikmati kehangatan api unggun di malam yang tenang. Endalast merenungkan perjalanan hidupnya selama beberapa tahun terakhir. Dari seorang pangeran muda yang terbebani oleh tanggung jawab, menjadi seorang pemimpin yang ingin membangun kerajaannya tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga dari dalam.
Pada saat yang sama, di kota kerajaan, berita tentang sistem rotasi ini tersebar dengan cepat. Warga merasa bangga dengan keputusan Endalast yang peduli terhadap kesejahteraan prajurit mereka.
Mereka mulai melihat perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari mereka, merasa lebih aman dan lebih terhubung dengan pemerintahan mereka.
Seiring berjalannya waktu, sistem rotasi mingguan menjadi salah satu warisan dari masa pemerintahan Endalast yang diingat dengan penuh kebaikan. Ini tidak hanya meningkatkan kehidupan prajurit, tetapi juga memperkuat kedekatan antara kerajaan dan rakyatnya.
...——————————...
Di suatu sore yang cerah, Endalast duduk di balkon istananya, memandang ke arah perbatasan yang jauh. Dia merasa lega bahwa keputusannya untuk memperkenalkan sistem rotasi telah membawa dampak positif yang begitu besar bagi kerajaannya.
Namun, dia juga sadar bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Pada malam hari itu, dia mengadakan pertemuan dengan penasihatnya untuk membahas proyek-proyek baru yang akan menguntungkan kerajaannya.
Endalast merencanakan untuk memperluas program pendidikan untuk anak-anak di desa-desa terpencil, membangun infrastruktur yang lebih baik untuk perdagangan, dan berbagai inisiatif lainnya yang akan memperkuat kedaulatan dan kesejahteraan kerajaannya.
Setelah pertemuan itu selesai, Endalast kembali memikirkan Kael, prajurit yang baru saja menikah tak lama ini. Waktu itu..
"Selamat malam Yang Mulia," sapa Kael sambil memberi hormat.
"Sore, Kael. Bagaimana keadaanmu?" tanya Endalast.
Kael tersenyum lebar. "Saya baik, Yang Mulia. Saya sangat berterima kasih atas sistem rotasi ini. Sekarang saya bisa lebih sering pulang dan bertemu istri saya."
Endalast tersenyum kembali. "Saya senang mendengarnya. Bagaimana kamu bertemu dengan istrimu, Kael?"
Kael terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tetapi kemudian ia tersenyum lagi. "Itu cerita panjang, Yang Mulia. Kami bertemu di pasar. Saat itu, kami tidak memiliki apa-apa, tidak ada harta benda. Kami hanya memiliki cinta satu sama lain."
Kael yang duduk di sebelah Endalast, tersenyum mengingat masa lalunya sendiri. "Cinta bisa membuat seseorang menjadi kuat dalam sekejap."
Kael melanjutkan ceritanya, "Karena dorongan cinta itu, saya berhasil lolos dalam seleksi prajurit di kerajaan Ganfera. Itu membuat saya percaya diri untuk menikahi wanita yang sangat saya cintai. Dengan gaji yang saya dapatkan, saya berhasil membahagiakan wanitaku dan berjanji untuk selalu berbahagia bersamanya."
Endalast mendengarkan dengan penuh perhatian. Cerita Kael membuatnya merenung. Prajuritnya, meskipun tidak memiliki banyak harta, memiliki kebahagiaan yang luar biasa karena cinta dan dedikasi mereka.
Tanpa sengaja, Kael kemudian bertanya, "Yang Mulia, mengingat umur kita tidak jauh berbeda, apakah Anda sudah mulai memikirkan calon istri? Seperti apa wanita yang Anda dambakan?"
Endalast terkejut dengan pertanyaan itu. Dia tidak bisa langsung menjawab dan memilih mengalihkan pembicaraan. "Itu pertanyaan yang menarik, Kael. Namun, saat ini saya lebih fokus pada tugas-tugas kerajaan."
Percakapan mereka berlanjut ke topik lain, tetapi pertanyaan Kael tetap menggelayuti pikiran Endalast. Malam itu, saat kembali ke kamarnya, Endalast duduk di meja kerjanya, merenung tentang hidupnya. Dia tersenyum singkat, menyadari bahwa dia telah melupakan dirinya sendiri karena segala kesibukannya.
Endalast merenung. "Apakah aku sudah terlalu fokus pada kerajaan hingga melupakan diriku sendiri?" pikirnya.
Dia teringat betapa pentingnya keluarga bagi prajurit-prajuritnya dan bagaimana cinta telah memberikan mereka kekuatan. Dia bertanya-tanya apakah dia juga pantas merasakan kebahagiaan yang sama. Namun, tanggung jawab yang besar seringkali menghalangi pikirannya untuk memikirkan hal-hal pribadi.
Keesokan harinya, Endalast memutuskan untuk berkonsultasi dengan penasihat terdekatnya, Sir Eldrin. Mereka duduk di ruang rapat kecil yang biasanya digunakan untuk diskusi pribadi.
"Sir Eldrin, saya ingin mendiskusikan sesuatu yang agak pribadi," kata Endalast dengan nada serius.
Sir Eldrin, seorang pria tua bijaksana yang telah melayani keluarga kerajaan selama bertahun-tahun, mengangguk. "Tentu saja, Yang Mulia. Apa yang ingin Anda bicarakan?"
Endalast menghela nafas. "Saya merasa, dengan semua tanggung jawab yang saya pikul, saya telah melupakan diri saya sendiri. Kemarin, seorang prajurit bertanya apakah saya sudah memikirkan calon istri. Saya tidak bisa menjawabnya. Apakah wajar jika saya merasa seperti ini?"
Sir Eldrin tersenyum bijak. "Yang Mulia, Anda masih sangat muda, tetapi Anda telah menunjukkan kebijaksanaan dan dedikasi yang luar biasa. Memikirkan diri sendiri dan kebahagiaan pribadi tidak berarti Anda melupakan tanggung jawab Anda. Justru, menemukan keseimbangan antara tugas dan kehidupan pribadi adalah hal yang penting bagi seorang pemimpin."
Endalast mengangguk, merasa sedikit lega. "Mungkin saya perlu meluangkan waktu untuk diri sendiri, memikirkan apa yang saya inginkan dalam hidup selain dari tugas kerajaan."
Sir Eldrin mengangguk setuju. "Itu adalah langkah yang baik, Yang Mulia. Luangkan waktu untuk merenung dan mencari tahu apa yang membuat Anda bahagia. Anda berhak untuk bahagia, seperti halnya rakyat Anda."
Percakapan itu memberi Endalast perspektif baru. Dia menyadari bahwa kebahagiaan pribadinya sama pentingnya dengan kesejahteraan kerajaannya. Seiring berjalannya waktu, dia berusaha menemukan keseimbangan antara tanggung jawab dan kehidupan pribadi.
Dia mulai meluangkan waktu untuk menikmati hal-hal sederhana, seperti berjalan-jalan di taman istana, membaca buku favoritnya, dan berbicara dengan orang-orang terdekatnya.
Dalam perjalanannya mencari keseimbangan, Endalast juga mulai membuka diri untuk mengenal orang-orang baru. Dia menghadiri berbagai acara sosial dan pertemuan, bukan hanya untuk kepentingan politik, tetapi juga untuk menemukan koneksi pribadi yang lebih dalam.
Sementara itu, kehidupan di perbatasan semakin membaik dengan sistem rotasi yang diterapkan. Prajurit-prajurit merasa lebih bahagia dan lebih terhubung dengan keluarga mereka. Semangat dan kinerja mereka meningkat, yang berdampak positif pada keamanan kerajaan.
Endalast sering mengunjungi pos-pos perbatasan, berbicara dengan prajurit-prajurit dan mendengarkan cerita-cerita mereka. Setiap cerita memberikan inspirasi dan mengingatkannya tentang pentingnya cinta, dedikasi, dan kebahagiaan.
Pada suatu malam, Endalast duduk di balkon istananya, memandang bintang-bintang yang bersinar di langit. Dia merasa lebih tenang dan lebih damai daripada sebelumnya. Dia tahu bahwa perjalanan mencari kebahagiaan dan keseimbangan masih panjang, tetapi dia merasa siap untuk menghadapi setiap tantangan dengan hati yang terbuka.
Endalast tersenyum, mengenang percakapan dengan Kael. "Cinta memang memberikan kekuatan," pikirnya. "Dan mungkin, suatu hari nanti, aku juga akan menemukan cinta yang memberiku kekuatan untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Namun aku tidak menginginkannya sekarang."
Dengan pikiran itu, Endalast memandang ke masa depan dengan penuh harapan dan keyakinan. Dia tahu bahwa kesejahteraan kerajaannya akan selalu menjadi prioritas, tetapi dia juga belajar bahwa kebahagiaan pribadi adalah bagian penting dari menjadi pemimpin yang sejati.