Jatuh cinta sejak masih remaja. Sayangnya, pria yang ia cintai malah tidak membalas perasaannya hingga menikah dengan wanita lain. Namun takdir, memang sangat suka mempermainkan hati. Saat sang pria sudah menduda, dia dipersatukan kembali dengan pria tersebut. Sayang, takdir masih belum memihak. Ia menikah, namun tetap tidak dianggap ada oleh pria yang ia cintai. Hingga akhirnya, rasa lelah itu datang. Ditambah, sebuah fitnah menghampiri. Dia pada akhirnya memilih menyerah, lalu menutup hati rapat-rapat. Membunuh rasa cinta yang ada dalam hatinya dengan sedemikian rupa.
Lalu, apa yang akan terjadi setelah dia menutup hati? Takdir memang tidak bisa ditebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Part 33
Saat Saga ingin beranjak pergi, dirinya disamperin oleh Karya. Pria itu duluan datang dengan wajah bahagia. Tidak pula Karya sadari akan wajah Saga yang terlihat sangat tidak baik-baik saja sekarang.
"Dokter Saga." Karya menyapa dengan nada yang terkesan sedang sangat bahagia.
"Mau ke mana?"
"Ke-- "
"Ah! Tunggu. Tahan dulu. Aku ada sesuatu yang ingin dibagikan denganmu."
"Apa?"
"Sesuatu yang mungkin ... mm ... apa ya. Tapi, aku yakin kamu pasti akan terkejut."
"Jangan bertele-tele, Karya. Aku sedang terburu-buru."
"Mau ke mana memangnya? Apa ada pasien gawat darurat, Ga?"
"Gak! Tapi ini lebih bahaya dari pada pasien gawat darurat."
"Aku harus pergi sekarang. Bicaranya nanti saja," ucap Saga pada akhirnya sambil beranjak meninggalkan Karya.
Penasaran pada apa yang sedang sahabatnya sembunyikan, Karya malah mengikuti Saga dari belakang. Sementara Saga tidak pula ingin ambil pusing. Dia terus saja berjalan cepat menuju ke arah pikirannya saat ini inginkan.
Sekian lama mengikuti, akhirnya Karya tidak bisa diam lagi. "Ga. Hei, tunggu! Inikan jalan ... ke taman. Ngapain kamu ke taman, Sagara?"
"Bukan urusan kamu. Tapi jika ingin ikut, sebaiknya diam saja. Karena nanti kamu juga akan tahu kenapa aku datang ke sini." Kesal Saga. Namun kaki tetap melangkah tanpa berniat untuk berhenti sedikitpun.
Taman belakang akhirnya telah kaki mereka injak. Mata Saga lincah menyapu ke setiap sudut yang bisa dia jangkau. Tajam matanya melihat ke arah pojokan. Di sana, sosok yang ingin dia temui akhirnya terlihat.
"Ga."
"Apa?"
"Ngapain ke--"
"Iky dengan Lusi?"
"Kamu ingin bertemu mereka, Saga?"
"Tunggu deh! Jangan bilang kalau kamu tidak suka Iky dekat dengan Lusi," ucap Karya yang pada akhirnya langsung menghentikan langkah kaki Karya.
"Apa kamu bilang? Kamu juga tahu kalau Iky dekat dengan Lusi, Karya?"
"Tunggu! Jangan bilang kalau wanita yang Iky sukai sejak lama itu Lusi. Dan kamu sudah tahu bahwa Iky suka Lusi sejak lama."
Perasaan kesal yang saat ini Saga rasakan benar-benar tidak lagi bisa Saga sembunyikan. Bahkan, dia terlihat sangat marah pada Karya saat tahu kenyataan temannya sudah tahu bahwa adiknya suka dengan Lusi.
Sebaliknya, Karya malah masih tidak memahami dengan jelas perasaan Saga saat ini. Dia malah masih berpikir kalau Saga marah karena Saga tidak suka Lusi.
"Ga. Jangan gini juga dong kamu nya. Aku tahu kamu tidak suka Lusi. Tapi menurut aku, Lusi itu tidak seburuk yang kamu pikirkan kok. Dan lagi, Iky sangat suka padanya. Dia adalah perempuan pertama yang Iky-- "
"Cukup, Karya. Tolong jangan lanjutkan lagi."
Selesai berucap, Saga malah langsung melanjutkan langkah kakinya mendekat ke arah Lusi dan Iky. Tidak dia hiraukan usaha Karya yang sedang ingin menahannya agar tidak merusak suasana hangat yang saat ini sedang tercipta antara Iky dengan Lusi.
"Ga!"
"Ga tunggu, Ga!"
"Diam! Jangan banyak bicara."
"Tapi, Ga!"
"Lusi!"
Sontak, panggilan itu langsung mengalihkan perhatian Iky dan Lusi yang sedang sibuk ngobrol ringan. Keduanya yang sedang duduk di satu kursi kayu di bawah pohon itu pun langsung bangun dari duduknya.
"Sagara!" Kesal Karya kini.
Namun, Saga malah semakin memperlihatkan amarahnya pada Karya. "Diam, Karya!"
"Lusiana. Kenapa kamu ada di sini?"
"Saga."
Tangan Saga sontak langsung menyambar tangan Lusi dengan cepat. "Ikut aku sekarang!"
Belum sempat Lusi menjawab, Iky duluan yang angkat bicara. "Kak Saga. Apa-apaan ini, kak? Lepaskan tangan temanku! Dia bisa sakit kalau kak Saga cengkram begitu."
Sontak, tatapan tajam langsung Saga perlihatkan. "Dia teman mu, tapi aku suaminya. Aku yang lebih berhak dari kamu."
Duarrrr! Bak guntur di siang bolong, semuanya terkejut bukan kepalang. Tatapan mata Karya, Iky, juga kedua teman Lusi yang baru datang ke taman tersebut membulat sempurna. Seakan, bola mata mereka ingin meloncat keluar dari tempatnya.
"Apa! Jangan main-main kamu, Saga." Karya lah yang duluan angkat bicara mewakili suara hati mereka semua.
"Apakah aku terlihat sedang bercanda, Karya? Wanita ini, Lusiana. Dia istriku. Istri dari dokter Sagara Sanjaya. Apa itu kurang jelas?"
"Sagara, cukup!" Kini Lusi yang sudah tidak tahan dengan ulah Saga akhirnya angkat bicara. "Kau yang tidak menginginkan aku. Jadi tolong, jangan bertingkah sekarang."
"Lepaskan tanganku! Kita hanya menikah karena permintaan orang tua. Dan tak lama lagi, pernikahan itu juga akan berakhir. Kita akan ber-- "
"Tidak akan." Saga memotong cepat ucapan Lusi. "Aku akan pastikan kalau kita tidak akan pernah berpisah, Lusi. Jadi jangan pernah berpikir untuk bersama dengan pria lain."
"Sagara!"
Tanpa pikir panjang pula, Saga malah meraih tubuh Lusi. Dia angkat wanitanya itu ke atas bahu. Lalu, dia pikul dengan cepat. Dia bawa Lusi menjauh dari keramaian tanpa menghiraukan seperti apa pendapat orang-orang tentang dirinya. Tidak pula Saga hiraukan usaha Lusi untuk melepaskan diri.
"Lepaskan aku, Saga! Kamu kurang ajar."
Saga tidak memperdulikan apapun usaha Lusi, dia terus menggendong tubuh istrinya menjauh, menuju ke arah parkiran mobil. Sampai ke tempat yang ingin ia tuju, barulah tubuh Lusi dia turunkan. Tapi, tidak di atas tanah melainkan langsung dia masukkan ke dalam mobil.
"Sagara kamu gila!" Teriak Lusi dengan suara nyaring.
"Biarkan saja. Asal kamu tahu aku bisa lebih gila dari ini, Lusiana. Karena sekali aku sayang, maka aku tidak akan pernah melepaskan kesayanganku itu. Ngerti kamu?"
Setelah masuk ke dalam mobil, Saga langsung meminta sopir untuk menjalankan mobil. Sementara itu, Lusi yang terus berontak malah tangannya di tahan Saga dengan satu tangan.
"Jangan paksa aku untuk menjadikan dirimu sebagai hak milik sekarang juga, Si. Karena aku sudah bilang kalau aku bisa jauh lebih gila dari apa yang telah kamu lihat sebelumnya."
"Sagara!"
"Apa! Aku suami kamu, Lusi."
Tidak bisa berkata-kata sekarang, Lusi malah memberikan tatapan tajam pada Saga. Tatapan tajam menusuk. Tapi benar, Saga memang terlihat semakin gila sekarang. Sungguh sangat menakutkan buat Lusi. Saga adalah tipe pria yang terbilang sangat nekat. Jika dia benar-benar menunaikan kata-katanya, kekuatan Lusi tidak akan bisa menolak hal gila yang akan Saga lakukan.
Lusi pun langsung memilih tenang. Dia yakin, semakin dia berontak, maka Saga akan semakin menjadi gila.
"Lepaskan tanganku, Sagara."
"Durimu yang duluan tidak menginginkan aku. Jangan lupakan akan hal itu sekarang."
"Tapi aku sudah bilang kalau aku sedang berusaha, Lusiana. Kenapa kamu harus menyerah saat aku sudah mulai jatuh hati padamu, ha?"
"Kamu tidak jatuh hati padaku, Saga! Kamu hanya terobsesi saja. Kamu hanya merasa kalau dirimu tidak pantas untuk diabaikan. Dari perasaan itu, kamu mulai-- "
Ucapan Lusi tertahan saat wajah Saga malah datang mendekat ke arah wajahnya. Jantung Lusi kini berdetak tak karuan. Entahlah. Entah rasa apa yang pasti. Mungkin karena takut dengan ancaman yang sudah sempat Saga katakan sebelumnya atau juga karena hal lain. Yang pasti, jantung itu menahan bibir untuk bicara.
Tapi thank's ya thor buat tulisannya. tetep semangat menulis
. q tunggu cerita br nya🥰
sebenernya masih kurang sih... he he..
tpi kalau emang kk author lelah, y udh berhenti aja jngn dipaksakan...🥰🥰🥰
ditunggu karya barunya..🥰😍
pdahal blm puas... he he... effort saga buat deketin lusi masoh kurang...😢
dan satu... kmu menghukum saga aja bsa knp kmu gak bsa mnghukung org yg telah mmfitnah menantu mu itu... ayooookkk begerak cepat papa... jgn mw kalah ma cewek2 ular itu