NovelToon NovelToon
Black Parade

Black Parade

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Identitas Tersembunyi / Kutukan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Sad Rocinante

Nb : konten sensitif untuk usia 18 tahun ke atas !

Parade Hitam, wabah Menari.
Kisah kelam dalam hidup dan musik.
Tentang hati seorang anak manusia,
mencintai tapi membenci diri sendiri.
Sebuah kisah gambaran dunia yang berantakan ketika adanya larangan akan musik dan terjadinya wabah menari yang menewaskan banyak orang.

------------------------------------------------

Menceritakan tentang Psikopat Bisu yg mampu merasakan bentuk, aroma, bahkan rasa dari suatu bunyi maupun suara.

Dia adalah pribadi yang sangat mencintai musik, mencintai suara kerikil bergesekan, kayu terbakar, angin berhembus, air tenang, bahkan tembok bangunan tua.

Namun, sangat membenci satu hal.
Yaitu, "SUARA UMAT MANUSIA"

------------------------------------------------

Apa kau tahu usus Manusia bisa menghasilkan suara?
Apa kau tahu kulitnya bisa jadi seni indah?
Apa kau tahu rasa manis dari lemak dan ototnya?
Apa kau tahu yang belum kau tahu?
Hahahaha...

Apakah kau tetap mau menari bersamaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sad Rocinante, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian III - Pain

Beberapa tahun telah berlalu, Mercury dan Hutton telah menginjak usia sembilan tahun.

Mereka tumbuh menjadi anak yang bijak serta paham betul mengenai ilmu pengetahuan, tak lain dan tak bukan semua itu karena ketekunan mereka dalam belajar. Dokter Jules setiap harinya selalu datang setidaknya untuk beberapa jam mengajari mereka  — menulis, membaca, melukis, berhitung maupun ilmu medis dan sejarah.

Keduanya tumbuh bagaikan saudara sedarah dan selalu bersama, tak pernah terpikirkan untuk mencari teman lain, walaupun banyak anak-anak seumuran mereka di sana.

Bagi hutton, Mercury merupakan segalanya yang dia butuhkan, bahkan ketika setiap tahunnya ulang tahun Mercury selalu dirayakan jauh lebih meriah dari pada ulang tahunnya sendiri, hal itu tidak menumbuhkan perasaan jengkel atau cemburu sama sekali.

Setiap Mercury ulang tahun — dirayakan tanggal 29 karena tanggal 27 merupakan perjamuan penting bagi Bangsawan — Hutton selalu di perlakukan layaknya anak seorang pelayan saja, dia dibiarkan melayani para tamu, pakaiannya juga selayaknya budak. Tidak ada yang menyadari bahwa Hutton adalah putra dari Nyonya Way.

Namun, semua itu tidaklah mengurangi rasa sayang Hutton terhadap saudaranya, dia tidak perduli dengan pesta maupun pakaian, dia sangat yakin semua itu hanya bentuk kasih sayang Mama kepada putranya. Tidak ada yang berubah, setidaknya hatinya tidak kosong lagi.

Setiap saatnya Hutton selalu bersama dengan Mercury, waktu bermain dan belajar tak pernah sama sekali mereka berpisah. Dimana ada satu, di situ pasti ada yang satunya.

Akhir-akhir ini dikalangan orang dewasa dan anak-anak sedang ramai-ramainya bahasan mengenai alat hukuman mati yang baru.

Yang dulunya menggunakan tali gantungan, sekarang telah diberlakukan hukuman penggal menggunakan alat bernama Guillotine.

Menurut penjelasan dari Dokter Jules,

Guillotine merupakan nama dari seorang fisikawan yang sangat dia kagumi. Namun, sialnya justru guillotine ditemukan oleh dokter seperguruannya yang bernama Louis. Mereka sama-sama seorang dokter bedah yang yang berasal dari Mekts.

Serta, Dia menjelaskan bahwa Guillotine dirancang untuk membuat sebuah eksekusi semanusiawi mungkin, dengan menghalangi sakit sebanyak mungkin.

Terdakwa disuruh tidur tengkurap dan leher ditaruh di antara dua balok kayu di mana di tengah ada lubang tempat jatuhnya pisau. Pada ketinggian 7 meter, pisau dijatuhkan oleh algojo dan kepala terdakwa jatuh di sebuah keranjang di depannya.

Eksekusi ini pertama kali pada tanggal 25 April beberapa tahun lalu, percobaannya dilakukan pada seorang mayat dengan kode nama : Jacques, dan hasilnya kepala mayat tersebut memang dengan cepat terputus dari tubuhnya.

Melihat keampuhannya, Kerajaan menyetujui hukuman ini sebagai hukuman yang berlaku, menggantikan hukum gantung yang terlalu menyiksa.

Tak perlu waktu lama, Guillotine menjadi alat hukum yang paling populer, bahkan anak-anak menjadikan Guillotine sebagai mainan, tetapi tidak menggunakan mata pisau asli tentunya, hanya sekedar mainan dari kayu ataupun kertas.

Jadi, kebanyakan orang tua dari kalangan miskin akan membuat tiruan Guillotine bagi anak-anak mereka sebagai mainan yang akan mereka gunakan secara bergantian sebagai algojo dan terhukum. Aneh memang, suatu hal yang mengerikan dapat menjadi sebuah kesenangan.

Lain halnya dengan Mercury dan Hutton, mainan Guillotine yang mereka miliki adalah miniatur yang sama persis seperti aslinya, mata pisaunya juga merupakan besi asli yang tajam.

Namun, ukurannya sangat kecil. Tujuannya agar anak-anak Bangsawan tidak memasukkan kepala mereka ke sana seperti anak-anak kampung yang tidak bermartabat itu, serta lubangnya hanya muat untuk hewan kecil dan sayuran saja.

Seringnya, setelah Dokter Jules selesai mengajari mereka, Mercury dan Hutton akan memainkan Guillotine mereka di taman samping istana.

Hutton akan membawa keranjang penuh dengan buah dan sayuran, dia lebih suka bermain menggunakan buah maupun tumbuhan karena bagi dia menyiksa atau membunuh mahluk hidup bukanlah sifat seorang pria terpelajar.

Bertentangan dengan Mercury. Mercury akan mencari hewan seperti tikus, cacing, ayam, dan serangga lainnya. Menurutnya, bermain dengan kehidupan itu adalah hal yang lebih menyenangkan dibandingkan menjadi seorang pria terpelajar.

Keduanya amat bertentangan, tetapi hal tersebut tidak menjadikan sebuah perpecahan, selayaknya dunia, siang dan malam adalah satu diantaranya, hitam dan putih adalah hal yang biasa.

Hutton memang selalu merasa mual bahkan tak sanggup menatap ke arah Mercury ketika sedang memainkan Guillotine. Namun, dia selalu berusaha bersikap biasa-biasa saja selayaknya tak ada yang terjadi.

Hutton pernah berdebat hebat dengan saudaranya mengenai mahluk hidup. Beberapa bulan lalu selepas mereka menyaksikan hukuman pancung di pusat kota, sikap Mercury menjadi sedikit aneh menurutnya, Mercury sangat bahagia ketika Nyonya Way membelikan mereka Guillotine, bahkan semua boneka di istana habis di pancung olehnya sampai-sampai Minette sangat geram dan memecat lima pelayan muda yang tidak dapat menghentikan keanehan Mercury, padahal para pelayan itu bukannya tidak melarang tetapi memangnya siapa mereka.

Lebih kecewa lagi adalah terpancungnya anak anjing Hutton, yang membuat hubungan mereka sempat renggang. Tetapi tentusaja Hutton tak sanggup berlama-lama menjauh dari Mercury, baginya kesendirian di masa lalu sudah cukup menyakitkan, dengan iklas Hutton menerima segala perlakuan yang saudaranya berikan.

Waktu itu Minggu pagi, Hutton melihat anjing kecilnya telah sekarat serta mulut berbusa, kemungkinan besar anjing itu keracunan makanan.

Berbagai cara dia lakukan untuk mengobati anjing itu, tetapi semuanya tidak berhasil. Hutton terus saja menangisi anjingnya jauh di dalam taman yang rindang agar tidak ada yang melihat dia menangis di sana. Itu memalukan sebagai seorang pria.

Namun, sejauh apapun dia bersembunyi, suara tangisannya terdengar jelas oleh Mercury, membuat Mercury amat terganggu ketika sedang asik menulis.

Mercury dengan tergesa-gesa mencari keberadaan Hutton untuk menghentikan tangisan mengganggu darinya. Dasar Hutton ... jauh sekali dia menyembunyikan tangisannya sampai ke arah hutan.

Hutton yang tersadar melihat kedatangan Mercury dengan cepat dan kikuk menyeka air mata di pipi dan mulutnya, sungguh malulah dia menangis sebagai seorang pria di depan saudaranya sendiri.

Dengan sebuah kartu, Mercury bertanya apa yang sedang Hutton tangisi di sana. Hutton yang masih kikuk menjawab bahwa anjing yang sangat dia sayangi sedang sekarat dan hampir mati, dan dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menyembuhkannya.

Mercury amat terlihat datar, tak ada mimik wajah kaget atau turut bersedih, dia hanya mengamati seonggok daging sekarat di depan sana.

Mercury kembali memberikan kartu, berisi pertanyaan.

'Apa yang engkau butuhkan, agar kamu berhenti menangis?'

Hutton menjawab dengan mata penuh harapan, karena dia yakin saudara pintarnya pasti tahu cara mengobati anjing kecilnya itu. Secara, Mercury adalah anak yang sangat pintar ketika belajar mengenai ilmu medis bersama Dokter Jules.

"Aku ingin anjing itu sembuh, dan tidak menderita lagi, saudaraku!"

Mercury yang bijak, dengan gerakan tubuhnya meminta agar Hutton menutup mata saja, biar dia yang akan menangani anjing itu.

Hutton pun sedikit menjauh, menempelkan wajahnya ke pohon di samping mereka, berharap saudara baiknya akan menyembuhkan dengan ilmu pengetahuannya yang hebat. Dia yakin saudaranya menyuruh dia untuk menutup mata agar saat Mercury menyembukan anjing itu dia tidak menjadi pengganggu yang dapat mengacaukan nantinya. Tak ada prasangka lainnya.

Penuh keyakinan dan hati berdebar, Hutton mencengkram kulit pohon seakan menunggu hasil menegangkan dari hidup matinya si anjing tersayang.

Tak butuh waktu lama, Mercury menepuk bahu Hutton, semuanya berjalan dengan baik.

"Apakah anjingnya sembuh, saudaraku ...?!" tanyanya sembari menoleh mengamati.

Begitu gemetarnya lutut Hutton, air mata mengalir tak terbendung, tangisnya pecah sekeras mungkin.

"Mercury ...! apa yang telah kau lakukan ...!"

Kepala anjing itu telah terpisah dari tubuhnya, terputus oleh mainan Guillotine milik Hutton sendiri.

"MERCURY ...!"

Suara parau tangisan hutton sungguh penuh amarah, entah hal apa yang dipikirkan saudaranya itu.

Seperti biasanya, Mercury hanya menulis sebuah kartu dan memberikannya kepada Hutton yang masih gemetaran. Tanpa rasa bersalah dia pergi kembali menuju istana, meninggalkan Hutton menangisi kepala anjingnya.

'Anjing itu telah sembuh, dan tidak akan menderita lagi. Seperti permintaanmu.'

Hutton membaca kartu itu dalam hati, tangannya tak kuasa menutup mulut dan tangisan, kepala terbentur ke tanah penuh rasa bersalah, tersungkur lemah tak berdaya.

"Ternyata ini salahku, aku yang memintanya, ini semua salahku ...."

Hutton amat terpukul, dia merasa saudaranya hanya melakukan apa yang dia inginkan, sama sekali tidak ada rasa dendam, kecuali kepada dirinya sendiri.

Dada sesak dan mata masih berkaca-kaca, Hutton menguburkan anjingnya di bawa sebuah pohon rindang. Menangisinya sebentar serta mengucapkan kata-kata perpisahan.

"Maafkan aku teman, ini semua salahku, aku telah gagal melindungimu. Mulai hari ini aku berjanji, tidak akan pernah memelihara anjing lagi, agar tidak ada anjing lain yang bernasip malang spertimu. Kau adalah yang pertama dan akan menjadi yang terakhir."

Hutton menaburi bunga serta menyiraminya air yang dia ambil menggunakan telapak tangannya, hatinya yang terpukul telah meninggalkan luka yang teramat dalam dan amat perih. Perpisahan memang selalu begitu.

"Setiap perjumpaan pasti di barengi perpisahan. Selamat tinggal ... Bob!"

Beberapa hari senyum tak pernah terlihat di wajah Hutton, hatinya masih terluka. Dia mencintai dengan sakit hati, membenci diri sendiri.

Berulang kali Minette bertanya akan hal apa yang telah terjadi sehingga Tuan Mudanya masam bagaikan bunga layu, berulang kali pula Minette mencoba menghibur, tetapi semuanya sia-sia, Hutton hanya menjawab pendek dan senyum palsu saja.

Semuanya baik-baik saja ....

Minette yang melihat Tuan Mudanya layu, sedangkan si kutu penghisap darah malah semakin mekar, membuat rasa jengkel di hatinya semakin menebal.

Dalam sepi Minette sering memarahi dan mengomeli Mercury, berbagai sindiran dan umpatan dia lontarkan sebagai gambaran betapa kesalnya dia.

Minette juga sering kali membiarkan Mercury tidak mendapatkan jatah makanan, tidak memberikan jus dan susu, serta bentakan-bentakan tak beralasan lainnya.

Sialnya, semua hal yang Minette lakukan seakan tak ada artinya bagi Mercury, justru Hutton yang semakin muram, merasa perbuatannya lah yang telah menjadikan Mercury sebagai bulan-bulanan Minette.

Hutton tidak sanggup melihat saudaranya selalu saja di kucilkan dan di marahi, Hutton dengan hati murninya mulai mencoba melupakan segala hal yang terjadi. Berpura tersenyum dan bahagia kembali, agar Minette percaya bahwa tidak ada apa-apa, serta tidak merundung Mercury lagi.

"Minette, kenapa engkau selalu saja merundung saudaraku yang aku kasihi? bukankah dia Tuan Mudamu juga? Aku baik-baik saja, cobalah bersikap seperti yang engkau lakukan padaku-kepadanya."

Permintaan Hutton pun diiakan oleh Minette, tentunya bukan karena hatinya mulai menerima si kutu penghisap darah, melainkan demi kebahagiaan sang Tuan Muda. Hutton yang berhati mulia.

***

Hari-hari semakin terlihat seperti biasa, seperti tak pernah ada kejadian sebelumnya.

Kedua Tuan Muda Way belajar dengan giat bersama Dokter Jules, walaupun perhatian Sang Dokter lebih bayak kepada Mercury dan Hutton sering kali terabaikan layaknya tidak ada. Hutton tak pernah merasa iri, bagaimanapun saudaranya adalah dirinya sendiri, serta memang sepantasnya Mercury mendapatkan perhatian lebih, dia adalah anak yang manis dan sangat cerdas. Selayaknya sang bijak dari timur.

Perhatian dari Dokter Jules sangat terlihat, setiap harinya dia selalu menyempatkan diri untuk datang berkunjung, tak pernah mangkir. Suaranya selalu lembut dan sopan, pandangannya selalu sayu dan pelan.

Berbeda ketika sedang mengajari Hutton, seringnya Sang Dokter menatap sinis dan bosan, suaranya tak mendayu bahkan membentak tak ragu, kumis panjang melancipnya selalu dia pelintir seakan sinis menyindir ketika berbicara dengan Hutton.

Hal itu terjadi semenjak Hutton tidak sengaja melihat Dokter Jules di koridor belakang , menciumi sapu tangan berlumur darah saudaranya. Sang Dokter terlihat aneh selayaknya orang mabuk atau gila, bahkan dia mengancam Hutton untuk tidak memberitahukan kepada siapapun hal yang dia lihat, atau Sang Dokter akan merampas saudaranya dari dia.

Pantas saja Dokter bekumis aneh ini selalu meminta izin melukai kulit saudaraku setiap harinya ....

Rahasia pun selalu disimpan oleh Hutton, dia tak sanggup jika harus kehilangan orang yang dia cintai lagi, menyaksikan kegilaan Sang Dokter aneh bukanlah bayaran yang terlalu mahal baginya, asalkan saudaranya tetap bahagia dan selalu di sisinya.

Perhatian Dokter kepada Mercury semakin dalam, dia mengusulkan agar Nyonya Way segera mengurus surat pergantian nama baptis secepatnya, agar sekiranya Mercury menjadi Bangsawan Way yang sebenar-benarnya — Menurut keterangan Nyonya Way dulu, dia sengaja membaptis Mercury dengan nama lain agar tidak terjamah oleh gereja.

Nyonya Way yang merasa hal itu adalah baik pun menyetujui. Nyonya Way, Mercury dan Hutton bersama para pengawal lainnya berangkat menuju kota asal dimana Mercury di baptis dulu, agar nama belakangnya segera di sahkan menjadi Bangsawan Way, serta data-data mengenai latar belakangnya yang dulu segera di musnahkan saja oleh gereja tersebut nantinya.

Tiga tahun yang singkat telah cukup bagi Nyonya Way berpikir dengan matang, semuanya baik, semuanya berjalan sebagaimana seharusnya.

Aku mencintaimu, Putraku ....

1
Sulis Tiani Lubis
negeri yang dibalik?
L'oreal ia
jadi bacaan cewek cocok, apalagi cowok.
pokoknya netral dah, baru kali ini ketemu novel klasik kayak novel terjemahan aja
Gregorius
thor, Lo gila kayak pas nulis ini
Anonymous
lupa waktu jadinya
hopitt
alur cerita penuh warna, tidak monoton, naik turun kayak mood gw wkwk
Kyo Miyamizu
cerita ini bikin segala macam perasaan muncul, dari senang sampai sedih. Gila!
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
total 2 replies
AmanteDelYaoi:3
Mendebarkan! 😮
SAD MASQUITO: terimakasih banyak, kakak pembaca pertama saya, akan saya ingat.
izin screenshot ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!