Novel ini adalah novel fiktif yang dipenugi cerita kocak, serius, peperangan, perebutan kekuasaan, penuh misteri, kalimat-kalimat bijak dengan alur cerita yang akan membuka misteri satu persatu.
Tokoh Utama bernama Satriya dan Permata yang keduanya adalah ahli pedang tak terkalahkan.
Bagaimana cerita lengkapnya?
Siapa Satriya itu?
Seberapa besar kekuatan Satriya dan Permata?
Jangan sampai ketinggalan untuk selalu membaca novel ini
Novel ini akan di update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satriya mulai berlatih kekuatan Fisik
Pagi terlihat sangat cerah, udara dipegunungan terasa sangat sejuk sekali, Satriya dan Zuria keluar dari goa untuk mulai berlatih kekuatan fisik, Satriya diajak kesebuah hutan yang sangat banyak pohon-pohon besar.
“Tuanku, pelatihanmu akan sangat berat, ingat tuan harus kuat menahan beban latihan dariku”. kata Zuria
“Baiklah, baiklah, memangnya latihannya seperti apa?”.
“Angkatlah batu ini, bawalah dengan melompat dari pohon ke pohon menuju goa”.
“Apa apaan latihan model begini?, batu sebesar ini aku bawa melompat? tak boleh terbangkah?”
“Tidak, harus lompat dari pohon kepohon, dan harus sampai ke goa, jika tuan terjatuh dari pohon, maka diulangi lagi dari titik peryama ini!”.
“Walaaah, kejam juga kau zuria”.
“Kan aku sudah bilang tuan”.
“Ya, ya, ya, Oke, Okeee”. Satriya mulai mengangkat batu besar itu tapi tenaganya memang belum mampu untuk mengangkat batu sebesar itu.
“Bolehkan aku menggunakan sedikit kekuatan spiritualku?”
“Tidak boleh!”.
Satriya kembali mencoba mengangkat batu itu, ternyata memang sangatlah berat.
“Coba kau, angkat batu ini tanpa menggunakan kekuatan spiritualmu!”. bentak Satriya
“Baiklah tuan”. Zuria mengangkat batu itu dengan satu tangannya dan terlihat sangat enteng sekali.
“Wadaw!”. Satriya kaget, dan mencoba untuk mengangkat batu itu lagi tapi masih saja belum mampu untuk mengangkatnya.
Dikerajaan Sono Keling
“UPACARA PENOBATAN RAJA KANGSA AKAN SEGERA DIMULAI!, SANG RAJA MEMASUKI AREA PENOBATAN!”. Kangsa terlihat berjalan memakai baju kebesaran raja dengan sangat gagah.
“Anakku, kini kau sudah menjadi raja, kau harus mampu memimpin kerajaan ini”. gumam Wurawari.
“PENOBATAN RAJA BARU AKAN DIPIMPIN OLEH TUAN WURAWARI SEBAGAI PENGHAGENG KERAJAAN SEBELUMNYA”.
Proses pengangkatan raja baru berhasil dilaksanakan hingga akhir.
“Kenapa tidak ada pemberontakan? Apakah mereka sedang merencanakan pemberontakan setelah Kangsa menjadi seorang raja?”. Gumam Wurawari setelah penobatan raja selesai dilaksanakan.
Di Lokasi paman Sumantama
“Pangeran, ada sesuatu yang sedikit mengganjal di pemberontakan kerajaan kemarin”. Paman Sumantama mulai membuka pembicaraan
“Apa itu paman?”.
“Orang terdekat raja seharusnya ada enam orang, tetapi yang dihukum kemarin hanya lima orang saja, yang satu orang masih dalam teka-teki”.
“Siapa orang yang belum dihukum itu paman?”
“Penghageng Dasajiwa pangeran, dia tidak terlihat sama sekali kemarin”.
“Ooo, lalu, ada apalagi paman?”
“Sebagian orang yang pernah bekerja diistana kerajaan diasingkan ke tempat penambangan, aku akan pergi ke tempat penambangan itu untuk mencari tahu semuanya”.
“Bukankah tempat itu, jika sudah masuk maka tidak akan bisa keluar lagi paman?”.
“Tenang saja pangeran, aku sudah ada cara untuk masuk dan keluar secara bebas”.
“Baiklah kalau begitu, tapi jangan terlalu lama disana, aku khawatir nanti paman malah tertangkap disana”.
“Baik pangeran”.
Paman Sumantama bergegas mempersiapkan peralatan yang akan dibawa menuju lokasi pengasingan.
“Jangan keluar kemana-mana pangeran, kalau pangeran jenuh, pangeran bisa keluar untuk berburu di pegunungan ini”.
“Baiklah paman, jaga dirimu baik-baik, kau harus kembali lagi dengan selamat!”.
Paman Sumantama berlalu dari hadapan pangeran ketiga.
Tujuh hari berlalu, terlihat Satriya sudah mampu mengangkat batu besar itu, dan melompat dari pohon kepohon, tapi masih belum sampai ke goa sehingga harus diulangi dari awal lagi.
Sepuluh hari kemudian, Satriya berhasil mengangkat batu besar itu sembari berlompat dari pohon kepohon menuju ke goa.
“Akhirnya berhasil juga, fisikku terasa semakin kuat memang setelah berlatih fisik yang benar-benar tak masuk akal ini”. gumam Satriya dalam hatinya.
“Baik tuan, tuan sudah berhasil mengangkat batu itu sampai ke depan goa ini, selanjutnya adalah latihan spiritual sebelum latihan fisik selanjutnya”. Zuria menerangkan kepada Satriya bahwa akan ada latihan fisik lagi setelah ini.
“Oke, baiklah”.
“Kita ke gunung lagi tuan”. mereka berdua berjalan menuju ke gunung dimana Satriya mulai berlatih mengangkat batu besar.
“Sekarang tuan pejamkan mata, alirkan seluruh kekuatan spiritual tuan saat ini, dan coba tebas pohon-pohon ini dengan jari tuan, pusatkan seluruh kekuatan spiritual tuan dijari tuan”.
“Oke”.
Dengan sekali tebas, dua puluh pohon langsung tumbang
“Baik tuan, sudah selesai untuk latihan kekuatan spiritualnya, selanjutnya latihan kekuatan fisik lagi, didepan sana ada sebuah air terjun, tuan berendamlah disana dan pukul air yang berada dibawah air terjun itu hingga menjadi gelombang air yang sangat tinggi”.
“Bagaimana caranya?”.
“Ya, pukuli saja dengan kekuatan fisik tuan, tuan boleh menggunakan kekuatan spiritual tuan juga”.
“Baiklah, aku kesana sekarang!”.
cbuuur! Satriya sudah berada ditengah gombangan air dibawah air terjun yang sangat deras, Satriya mulai memukuli air itu tapi yang ada malah tubuhnya semakin basah kuyup.
Berhari-hari Satriya memukuli air itu tapi masih saja belum membuat sebuah gelombang air, dia mulai berfikir.
“Bukankah aku diperbolehkan untuk menggunakan kekuatan spiritual juga?”. Satriya memejamkan matanya dan memfokuskan kekuatannya di genggaman tangannya.
Byaaak! Suata gelombang air mulai terdengar, tapi masih belum begitu kuat dan masih pendek, lagi dan lagi Satriya memfokuskan kekuatan spiritualnya, kini sudah dua puluh hari Satriya berada di tengah kombangan air itu dan BYAK! Gelombang air yang tingginya sama dengan air terjun itu tercapai.
“Sudah cukup tuan, tuan sudah berhasil memanipulasi air, tuan boleh keluar dari sana”.
Satriya keluar dari air terjun itu dan kembali ke goa, Zuria terlihat sudah menyiapkan tiga ekor kelinci yang diburunya barusan.
“Saat ini sudah enam titik cakra tuan kembali normal, masih tersisa tiga titik cakra lagi yang harus diaktifkan kembali, besok latihan kekuatan fisik lagi tuan”.
“Oke, sepertinya asik juga latihan kekuatan fisik ya?”.
“Sepertinya tuan sudah mulai senang dengan latihan fisik, besok latihannya akan lebih berat lagi tuan”.
“Apa itu?”
“Besok akan aku terangkan”
“Baiklah”
Tutup Satriya sembari memakan kelinci yang sudah dibakar dengan sangat lahap sekali.
Dilokasi pengasingan kerajaan Biru Langit
“Siapa kau!”. tanya penjaga pengasingan
“Aku diutus oleh raja untuk mengantarkan tanaman-tanaman ini”. kata paman Sumantama yang menyamar menjadi orang tua yang sedang membawa beberapa tanaman untuk digunakan sebagai bahan makanan bagi para budak yang sedang dipekerjakan disana.
“Baiklah, Masuk, jika sudah selesai cepatlah keluar!”.
“Baiklah, terima kasih”.
Setelah paman Sumantama berhasik memasuki area pertambangan itu, terlihat banyak sekali orang-orang yang sedang menambang emas dan banyak sekali orang yang sudah tak bernyawa dibiarkan saja, juga beberapa orang yang sedang menerima cambukan dari petugas yang ada disana.
“Sepertinya mereka adalah orang-orang yang baru datang kemari, mereka pasti orang-orang dari dalam istana yang baru saja dikirim kemari”. gumam paman Sumantama yang melihat gerombolan orang yang masih memakai baju.
“Tuan, apakah tuan baru saja dikirim kemari?”.
“Benar, ada apa?”.
“Aku diperintahkan oleh pangeran keempat untuk menemui kalian disini dan menyelamatkan kalian dari sini”. bisik paman Sumantama
“Apa?, Pangeran keempat? apakah dia masih benar-benar hidup?”.
“Benar, jangan keras-keras”.
“Aku akan sering datang kesini nantinya, kalian kumpulkan saja orang-orang yang baru saja dikirim kesini untuk berkumpul di satu lokasi yang dikira aman”.
“Baiklah”.
“Aku pergi dulu”