NovelToon NovelToon
Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Beda Usia / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Ryu dan Ringa pernah berjanji untuk menikah di masa depan. Namun, hubungan mereka terhalang karena dianggap tabu oleh orangtua Ringa?

Ryu yang selalu mencintai apel dan Ringa yang selalu mencintai apa yang dicintai Ryu.

Perjalanan kisah cinta mereka menembus ruang dan waktu, untuk menggapai keinginan mereka berdua demi mewujudkan mimpi yang pernah mereka bangun bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 : Aku Dan Inggit

Tiga bulan berlalu sejak masa-masa sulit yang mengguncang kehidupan kami. Selama waktu itu, banyak hal berubah. Inggit menunjukkan kemajuan yang luar biasa dalam proses pengobatannya. Aku merasa bangga melihat keteguhannya menghadapi masa lalunya yang kelam. Dalam proses ini, hubungan kami semakin dekat, dan aku mulai menyadari bahwa perasaan yang tumbuh di hatiku untuk Inggit lebih dari sekadar kepedulian.

Aku memutuskan untuk mengungkapkan perasaanku kepada Inggit. Aku ingin melakukan sesuatu yang istimewa namun tetap sederhana, sebuah perayaan yang megah dalam kesederhanaannya. Aku merencanakan malam yang akan menjadi momen berharga bagi kami berdua.

Malam itu, aku membawa Inggit ke tempat yang sangat istimewa—gazebo tempat aku dan Laura dulu sering duduk. Tempat itu memiliki makna khusus bagiku, dan aku ingin berbagi keindahannya dengan Inggit. Aku menghiasi gazebo dengan lampu-lampu kecil yang bersinar lembut, menciptakan suasana yang romantis dan magis. Di tengah gazebo, aku menyiapkan meja kecil dengan lilin-lilin yang menyala dan bunga-bunga yang indah.

Ketika kami tiba di gazebo, mata Inggit membesar melihat pemandangan yang ada di hadapannya. "Ryu, ini indah sekali," katanya dengan suara terharu.

Aku tersenyum dan menggenggam tangannya. "Aku ingin malam ini menjadi istimewa untukmu, Inggit. Kau telah melalui banyak hal, dan aku ingin merayakan kemajuanmu."

Kami duduk di meja kecil itu, dan aku menyajikan hidangan sederhana namun lezat yang telah aku siapkan sendiri. Kami makan sambil berbincang-bincang, tertawa, dan menikmati momen-momen kebersamaan yang semakin mempererat hubungan kami. Setelah makan malam, aku mengajak Inggit berdiri di tengah gazebo.

"Inggit," kataku dengan suara yang lembut namun penuh dengan emosi, "aku ingin mengatakan sesuatu yang sudah lama aku rasakan."

Dia menatapku dengan mata yang penuh harapan dan kehangatan. "Apa itu, Ryu?"

Aku mengambil napas dalam-dalam, merasakan jantungku berdebar-debar. "Inggit, sejak kita melewati semua ini bersama, aku mulai menyadari bahwa perasaanku padamu lebih dari sekadar sahabat. Aku mencintaimu, Inggit. Aku mencintai keberanianmu, keteguhanmu, dan semua yang membuatmu menjadi dirimu."

Mata Inggit berkaca-kaca mendengar pengakuanku. "Ryu, aku tidak tahu harus berkata apa. Aku juga merasakan hal yang sama padamu. Kau telah menjadi cahaya dalam kegelapan hidupku."

Dengan hati yang penuh kebahagiaan, aku meraih tangannya dan menggenggamnya erat. "Inggit, aku ingin malam ini menjadi awal dari perjalanan baru bagi kita. Aku ingin kita bersama-sama menghadapi masa depan dengan penuh cinta dan harapan."

Inggit tersenyum dan mengangguk. "Aku juga ingin itu, Ryu. Aku ingin kita selalu bersama."

Kami berdiri di sana, di bawah sinar lampu-lampu kecil yang bersinar lembut, merasakan kebahagiaan yang meluap-luap. Malam itu adalah malam yang tak terlupakan, malam di mana cinta kami terungkap dan tumbuh semakin kuat.

Beberapa hari setelah malam itu, aku merasa lebih yakin tentang hubungan kami. Aku ingin memberi Inggit sesuatu yang lebih, sesuatu yang bisa mengingatkan kami pada malam itu dan semua yang telah kami lalui. Aku memutuskan untuk memberinya hadiah kecil namun bermakna—sebuah gelang yang aku buat sendiri dari benang merah.

Aku mengajak Inggit ke tempat yang tenang di tepi danau, di bawah pohon besar yang rindang. Kami duduk di sana, menikmati ketenangan alam dan kebersamaan kami. Aku meraih tangannya dan mengeluarkan gelang dari saku.

"Inggit," kataku dengan suara yang lembut, "aku ingin memberimu sesuatu yang bisa mengingatkan kita pada malam itu dan semua yang telah kita lalui bersama."

Aku memasangkan gelang itu di pergelangan tangannya. "Gelang ini adalah simbol dari cinta dan harapan kita. Setiap kali kau melihatnya, ingatlah bahwa aku selalu ada di sini untukmu."

Inggit menatap gelang itu dengan mata yang berkaca-kaca. "Ryu, ini indah sekali. Terima kasih."

Aku meraih wajahnya dan menatap matanya yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan. "Aku mencintaimu, Inggit. Dan aku akan selalu mencintaimu."

Kami duduk di sana, merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Dalam momen itu, aku merasa semua beban dan kesulitan yang kami hadapi seolah menghilang. Yang ada hanya kebahagiaan dan harapan untuk masa depan kami bersama.

Malam itu, aku mengajak Inggit ke gazebo. Langit penuh dengan bintang-bintang yang bersinar terang, seakan merestui perasaan yang semakin mendalam di antara kami. Angin sepoi-sepoi mengelus lembut, membawa aroma bunga-bunga dari taman sekitar. Aku menatap Inggit, wajahnya bercahaya dalam cahaya lembut lampu-lampu kecil yang menghiasi gazebo.

"Inggit," bisikku lembut, "ada sesuatu yang ingin kubagikan denganmu."

Aku mengambil sebuah apel dari keranjang yang telah aku siapkan. Apel itu merah sempurna, berkilau di bawah cahaya lampu. "Apel ini," kataku sambil menyerahkannya padanya, "melambangkan perjalanan kita. Setiap gigitan adalah momen, setiap rasa adalah kenangan yang kita ciptakan bersama."

Inggit tersenyum, menerima apel itu dengan lembut. "Terima kasih, Ryu. Apel ini indah."

Aku duduk di sampingnya, memandang apel yang ada di tangannya. "Apel ini, Inggit, adalah simbol dari cinta kita. Seperti apel yang tumbuh dari bibit kecil menjadi buah yang sempurna, cinta kita juga tumbuh dari awal yang sederhana menjadi sesuatu yang luar biasa."

Dia menatapku dengan mata yang penuh kasih. "Ryu, aku merasa begitu beruntung bisa memiliki seseorang sepertimu."

Kami berbagi apel itu, bergantian menggigit dan merasakan manisnya. Setiap gigitan membawa kami lebih dekat, seakan menghapus semua jarak dan keraguan yang pernah ada. Aku merasakan kehangatan yang menyebar melalui setiap serat tubuhku, seperti rasa manis apel yang menyentuh lidah.

"Inggit," kataku dengan suara yang lembut namun penuh makna, "setiap kali kita berbagi momen seperti ini, aku merasa cinta kita semakin kuat. Seperti pohon apel yang berakar kuat di tanah, aku ingin cinta kita juga berakar kuat di hati kita."

Dia mengangguk, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "Aku juga, Ryu. Aku ingin kita selalu bersama, mengatasi segala rintangan dengan cinta yang kita miliki."

Kami berdua duduk di sana, menikmati manisnya apel dan kebersamaan yang tak ternilai. Dalam keheningan malam yang ditemani gemerlap bintang, kami saling berbagi cerita, tawa, dan impian. Setiap kata yang terucap adalah benih harapan yang kami tanam bersama, berharap akan tumbuh menjadi pohon cinta yang kokoh.

"Inggit," kataku, memegang tangannya erat, "aku ingin kau tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu. Seperti pohon apel yang setia memberikan buahnya, aku akan selalu memberikan cintaku padamu."

Dia tersenyum, dan dalam senyumnya aku menemukan kedamaian yang selama ini kucari. "Ryu, aku juga akan selalu mencintaimu. Setiap hari bersamamu adalah anugerah yang tak ternilai."

Malam itu, di bawah langit berbintang, kami merayakan cinta kami dengan cara yang sederhana namun penuh makna. Kami berbagi apel, setiap gigitan adalah janji yang kami buat untuk selalu saling mencintai dan mendukung. Dalam kebersamaan itu, aku merasa cinta kami semakin kuat, seperti akar pohon apel yang terus tumbuh dan mencari tanah yang subur.

Ketika malam semakin larut, kami berbaring di atas rumput, memandang bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit. Aku merasakan kehangatan tubuhnya di sampingku, dan aku tahu bahwa apa pun yang terjadi, kami akan selalu bersama.

"Inggit," bisikku, "cinta kita seperti bintang-bintang di langit. Meski terpisah oleh jarak dan waktu, cahayanya akan selalu bersinar, memberi harapan dan keindahan dalam hidup kita."

Dia menatapku dengan mata yang penuh cinta. "Aku percaya itu, Ryu. Kita akan selalu bersama, seperti bintang-bintang yang tak pernah padam."

Kami berbagi ciuman lembut, penuh dengan perasaan dan harapan. Dalam keheningan malam, kami merasakan cinta yang begitu mendalam, seakan menyatu dalam setiap detak jantung. Malam itu adalah malam yang akan selalu kuingat, malam di mana cinta kami tumbuh dan berakar kuat, seperti pohon apel yang setia memberikan buahnya.

Ketika fajar mulai menyingsing, membawa cahaya baru ke dunia, kami masih berbaring di sana, saling memeluk. Aku menatap wajahnya yang damai, merasa begitu beruntung memiliki seseorang seperti Inggit dalam hidupku. Kami saling tersenyum, merasakan kebahagiaan yang meluap-luap.

"Inggit," kataku dengan suara yang penuh cinta, "aku akan selalu mencintaimu, apa pun yang terjadi."

Dia menatapku dengan mata yang bersinar. "Aku juga, Ryu. Selalu."

Pagi itu, di bawah cahaya fajar yang lembut, kami memulai hari baru dengan cinta yang semakin kuat. Aku tahu bahwa apa pun yang terjadi, kami akan selalu menghadapi semuanya bersama, dengan cinta yang tak tergoyahkan, seperti pohon apel yang terus tumbuh dan memberikan buah manisnya.

1
ᴋɪᷡɴᷟɢ
Cerita ini kompleks, jujur unexpect banget ternyata Inggit ada hubungannya dengan bapaknya Ringa. Dunia memang sesempit itu, gue penasaran bgt sama lanjutannya, buat Author walaupun ceritanya sepi, sampai disini gue akuin ini cerita bener-bener masterpiece, gue gak nyangka dan diluar nalar banget.. bikin cliffhanger yang bagus di setiap episodenya, gila author nya diluar nalar cooook
Mitsuha
Itu kebun apelnya Abang Ryu sama Ringa, maen ngomong kita aja
Mitsuha
Novelnya bagus bangeeeet🫶🏻🫶🏻🫶🏻
流大伊佐山豊
Cepet banget, update thooor update
流大伊佐山豊
Laura idup lagi?
流大伊佐山豊
Apel
流大伊佐山豊
Gila sih, apasih lawak woy lawak.. meninggal? tiba2 bangeeeeeeeeeet
流大伊佐山豊
Hana b*b*
流大伊佐山豊
Ryu nih masih naif, apakah dia akan jadi Xu Zhu?
流大伊佐山豊
Anzaaaaaay Ryu dan Ringa ga siiii 😂😂
流大伊佐山豊
Ryu dan Hana ga sih 😂
流大伊佐山豊
Lah emang bener kata si Hana, Ryu ini bener-bener gak bisa lepas dari Ringa.. tapi Hana juga ya elah Hana Hana
流大伊佐山豊
Stress nih cewe
流大伊佐山豊
Kocak banget Hana, astagaaa
流大伊佐山豊
Niat banget si Laura
流大伊佐山豊
Laura.. Beautiful name
流大伊佐山豊
Asli keluarganya Ringa kelewatan
ona
hana redflag banget woy /Right Bah!/
ona
eh hana bjir banget /Panic/
流大伊佐山豊
Orangtuanya Ringa kolot ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!