Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 09
Siang pun sudah menyapa, pasangan muda ini sudah bersiap-siap untuk ke bandara, mereka berdua mulai berpamitan dengan kedua orang tuanya meskipun tanggapan ibu dari Seno kurang mengenakkan, tapi mereka tetap berpamitan dengan baik dan sopan.
"Mam, Papa kita berangkat dulu," pamit Seno.
Mereka berdua mulai meninggalkan rumah dan memasuki mobil untuk menuju ke bandara sesampainya di bandara pesawat yang mereka tumpangi sudah menunggu, setelahnya pesawat meluncur begitu sempurna ke tempat tujuan.
"Sayang akhirnya kita sampai juga di kota," ucap Seno, ketika sudah sampai di bandara Soekarno Hatta.
"Iya, Mas. Aku sangat bahagia pada akhirnya kita bisa hidup berdua," ungkap Shafina.
Mereka pun masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu dari tadi, dengan perasaan yang penuh dengan kebahagiaan akhirnya Shafina bisa merajut kasih dengan sang suami, tapi di perjalanan Seno mulai memberontak ketika, mobil yang membawanya tidak berjalan ke tempat tujuan.
"Maaf Pak, kok jalannya lewat sini," telisik Seno.
"Maaf Tuan, jalan utama macet jadi lewat jalan pintas saja," sahut sopir tersebut.
Seno pun mulai percaya dia sudah menurunkan egonya, tapi semakin lama, perjalanan sudah mulai kelewat batas dan dari sini akhirnya Seno mulai tak terkendali, akhirnya mencekik leher supir tersebut dari belakang.
"Kamu mau membohongi kami hah!" geram Seno, kemudian mobil mendadak berhenti.
"Saya hanya menjalankan tugas," sahut supir tersebut dengan senyum mengejek.
Setelah itu mereka berdua berantem di dalam mobil Seno seolah lepas kendali dan mulai menghantam kepala sopir tersebut di dinding kaca mobil, sedangkan Shafina mulai ketakutan melihat kejadian ini, perlahan dirinya mulai keluar dari mobil. Tapi sialnya di luar mobil sudah ada beberapa orang yang sudah menunggu.
'Astagfirullah, sebenarnya mereka ini siapa!' pekik Shafina di dalam hati.
"Mas sudah hentikan di luar sudah banyak orang yang mengintai," adu Shafina kepada suaminya itu.
Seno pun langsung menghempaskan tubuh supir itu ke jalan aspal begitu saja, setelah itu barulah dia mengajak sang istri untuk segera memasuki mobil dan langsung melaju dengan kecepatan tinggi, meskipun sudah melaju dengan kecepatan tinggi, orang-orang tak di kenal itu masih membuntuti dari belakang.
"Mas, gimana ini mereka masih mengikuti kita," ucap Shafina sambil mendekap bayinya.
"Tenang Sayang, kita akan berhenti di pusat keramaian saja, aku yakin jika kita berhenti di tempat keramaian mereka tidak akan pernah berani mendekat ke arah kita," sahut Seno.
Sebenarnya kalau tidak ada Shafina, Seno sangat berani melawan para penjahat tersebut, tapi di sini keadaan ada istri dan juga anaknya yang masih berumur beberapa hari ini, bahkan Seno sempat menitihkan air mata, melihat wajah sang anak yang harus di hadapkan dengan situasi semacam ini.
'Sayang maafkan Papa, yang masih belum bisa memberikanmu kenyamanan,' ucap Seno di dalam hatinya.
Seno terus melaju mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga pada akhirnya mobil tersebut di tempat keramaian, yaitu di sebuah mall yang cukup besar di kota jakarta, mobil pun mulai terparkir di res area, dengan cepat Seno menarik tangan istrinya untuk keluar dan tidak lupa dia mengambil koper yang ada di bagasi mobil karena di situ terdapat beberapa barang penting.
"Ayo Mas, cepetan," ucap Shafina harap-harap cemas.
"Iya Sayang ini sudah selesai," sahut Seno.
Mereka langsung lari meninggalkan mobil tersebut, setelah di rasa cukup aman Seno mulai memanggil sopir taksi yang kebetulan lewat di hadapannya, beruntung ada sopir taksi itu sehingga jalannya terbantu untuk segera meninggalkan tempat ini.
"Mas sepertinya kita sudah tidak aman di kota ini," ucap Shafina.
"Bener banget Sayang, oh ya aku baru ingat sesuatu," tutur Seno.
"Ingat apa Mas?" tanya Shafina.
"Sayang kita ingat gak, kenapa Papa tiba-tiba memberi ijin kita untuk pergi, bahkan dia memberikan tempat untuk kita," sahut Seno.
"Apa mungkin Papamu juga tidak merestui hubungan kita," ucap Shafina.
"Papa dan Mama memang tidak menyetujui hubungan kita Sayang, dan dengan bodohnya aku percaya begitu saja dengan sikap Papa yang tiba-tiba baik sama kita," sahut Seno dengan nada sesalnya.
"Berarti sekarang di sini kita tidak aman Mas, " ungkap Shafina.
"Iya Sayang bener banget."
"Terus langkah kita selanjutnya?" tanya Shafina.
"Kita akan pergi ke suatu tempat Sayang," bisik Seno.
****
Masih di depan Mall, lima orang tanpa di kenal itu menunggui mobil yang di tumpangi oleh Seno dan istrinya, hampir satu jam mereka menuju di sini tapi mereka berdua tak kunjung keluar, setelah dari salah satu temannya menelusuri di dalam Mall, hasilnya nihil mereka sudah tidak ada di tempat.
"Bos, sepertinya mereka berdua sudah kabur," salah satu komplotan mereka.
"Ah sial, bagaimana mereka bisa kabur secepat ini," sahut bos preman itu.
Setelah berkeliling di area depan Mall ternyata benar mereka berdua sudah meninggal tempat ini, lalu salah satu dari mereka menghubungi seseorang yang memang sudah merancang semua ini.
"Halo Bos, kayaknya mereka sudah kabur," adu seseorang melalui telepon genggamnya.
"Pekerjaan kecil seperti ini saja kalian tidak becus!" murka seseorang di seberang sana, yang merupakan orang terdekat dari Seno.
****
Sedangkan saat ini mereka berdua sudah mulai naik bus yang bertujuan ke daerah terpencil yang sudah di rencanakan oleh Seno, mungkin di tempat baru tidak ada seseorang yang tahu dengan keberadaannya, apalagi sebelum menaiki bus Seno sudah terlebih dahulu menjual handphone, dan menguras semua isi ATMnya, untuk keberlangsungan hidupnya nanti.
Bus pun melaju dengan kecepatan tinggi, di sini Seno dan Shafina dua orang insan yang sedang berjuang untuk merajut kasih yang sudah di ikat dengan suatu pernikahan. Pasangan muda ini hanya ingin hidup nyaman dan menghindar dari orang-orang yang sengaja ingin memisahkan mereka berdua.
"Mas, kira-kira mereka bisa melacak keberadaan kita nggak?" tanya Shafina.
"Insyaallah tidak Sayang, karena aku sudah meninggalkan jejakku di kota Jakarta, kalaupun mereka melacak, mungkin mereka akan melacak tempat terakhir ku melakukan transaksi tadi, dan sekarang kita sudah berada jauh dari tempat tersebut," jelas Seno.
"Semoga di tempat baru nanti kita bisa hidup bahagia," harapan Shafina.
"Insyaallah Sayang," sahut Seno sambil menggenggam tangan istrinya itu.
Bus sudah sampai di dermaga pelabuhan Merak, Banten. Mulai meninggalkan kota menuju pelabuhan Bakauheni Lampung.
"Mas, lihatlah anak kita begitu anteng," tunjuk Shafina kepada anak yang masih terlelap dalam tidurnya itu.
"Sayang beruntung aku cepat mengambil keputusan, kalau tidak pasti aku akan menyesal seumur hidupku sudah menelantarkan kalian berdua, Mas minta maaf ya," ucap Seno sambil menitihkan air mata.
"Mas, aku sudah melupakan jadi jangan kau ulangi lagi perkataan itu, mulai sekarang kita buka lembaran baru ya," pinta Shafina kepada suaminya itu.
"Baiklah kalau begitu kita tutup lembaran lama untuk memulai hidup di pulau Sumatera ini," ucap Seno kepada istrinya itu.
🌹 bersambung....,🌹